√ Sistem Ekskresi

Sistem Ekskresi – Setiap hari kita menciptakan urine 1–1,5 liter. Sementara itu, ikan air tawar mengeluarkan urine setara dgn total volume darahnya setiap 2 jam hingga 3 jam. Adapun kanguru mengeluarkan urine cuma beberapa mililiter urine setiap harinya. Apa yg menciptakan volume urine yg dikeluarkan masing-masing makhluk hidup berlawanan?

Selain urine, insan pun mengeluarkan keringat & uap air. Di manakah keringat dibuat? Melalui apakah uap air dikeluarkan? Kenapa kita mesti mencampakkan zat-zat tertentu dr badan?

Semua jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas mampu Anda peroleh jawabannya setelah mempelajari klarifikasi berikut. Tanyakanlah pada guru apabila ada hal-hal yg tak Anda ketahui. Selain itu, Anda akan mendapatkan keajaiban-keajaiban badan insan yg merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

A. Sistem Ekskresi pada Manusia

Di dlm tubuh insan terjadi metabolisme. Metabolisme merupakan proses molekul suatu zat dlm sel dr bentuk sederhana ke bentuk kompleks atau sebaliknya. Metabolisme tak menghasilkan bahan-materi yg berfaedah bagi tubuh. Jika materi-bahan tersebut terus berada di dlm tubuh kita, akan terjadi ketidakseimbangan kimia di dlm badan kita. Ketidakseimbangan tersebut akan mengganggu proses-proses metabolisme yg lain.

Proses pengeluaran bahan-materi sisa metabolisme ini disebut ekskresi. Ekskresi menolong menjaga homeostasis dgn menjaga lingkungan dlm tubuh mudah-mudahan tetap stabil & bebas dr materi-materi yg membahayakan. Bahan-materi hasil metabolisme yg harus dikeluarkan dr dlm tubuh di antaranya yakni karbon dioksida, keunggulan air, & urea. Karbon dioksida dihasilkan di antaranya dr proses respirasi seluler, sedangkan urea yakni zat kimia yg berasal dr hasil pemecahan protein. Alat-alat ekskresi yg ada pada manusia adalah kulit, paru-paru, hati, & ginjal.

1. Kulit

Sebagai alat ekskresi, kulit mengeluarkan keringat. Keringat terdiri atas air & garam-garam mineral (utamanya NaCl, itu sebabnya keringat terasa asin), serta sedikit sampah buangan, seperti urea, asam urat, & amonia. Keringat dikeluarkan tubuh dlm jumlah besar tatkala melaksanakan program berat & berada di lingkungan yg panas. Pengeluaran keringat pula dipengaruhi oleh masakan, kondisi kesehatan, & emosi.

Kulit dibagi menjadi dua lapisan utama, yakni epidermis & dermis (Gambar 8.1). Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar & lebih tipis dibandingkan lapisan dermis. Epidermis terdiri atas beberapa lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum, stratum granulosum, & stratum germinativum (Kurnadi, 1995 : 234).
Sayatan melintang pada kulit insan. Pada lapisan dermis terdapat kelenjar keringat & kelenjar lemak

Stratum korneum yakni lapisan sel- sel epidermis (sel epitel selapis pipih) yg mati & menumpuk menjadi berlapis-lapis. Stratum lusidum merupakan lapisan bening di bawah stratum korneum. Stratum granulosum yakni lapisan sel yg mengandung pigmen melanin yg besar lengan berkuasa terhadap warna kulit. Stratum germinativum yaitu lapisan yg membelah terus-menerus & mendesak lapisan sel lama ke atas, serta mengambil alih sel-sel di lapisan stratum korneum.

Baca juga

Sistem Regulasi

Lapisan kulit penggalan bawah ialah dermis. Di lapisan dermis terdapat serabut saraf & pembuluh darah. Selain itu, di lapisan dermis terdapat struktur lain, ibarat kelenjar keringat, rambut, & kelenjar minyak. Minyak yg dihasilkan oleh kelenjar di sekeliling folikel rambut berfungsi menjaga permukaan kulit semoga tetap lembap.

Kelenjar keringat dibagi menjadi dua potongan, yakni penggalan pangkal berupa gulungan anyaman yg terletak di dermis, & cuilan akses yg berujung di permukaan kulit (epidermis). Bagian pangkal yg bergulung tersebut dikelilingi oleh kapiler darah. Melalui kapiler darah tersebut kelenjar keringat menyerap cairan di jaringan. Cairan tersebut kemudian dikeluarkan selaku keringat.

Ekskresi keringat berhubungan pula dgn upaya tubuh dlm menjaga kestabilan suhu tubuh. Tatkala suhu tubuh naik, suhu darah akan meningkat & merangsang kelenjar hipotalamus di otak. Hormon yg disekresikan kelenjar ini masuk ke darah & merangsang pembuluh darah untuk melebar sehingga kecepatan pemikiran darah menurun & kelenjar keringat memproduksi keringat. Dengan demikian, suhu tubuh akan menurun.

2. Paru-paru

Paru-paru berperan dlm proses ekskresi karena paru-paru mengeluarkan gas karbon dioksida & air lewat proses respirasi.

Dalam paru-paru, terdapat alveoli tempat terjadinya pertukaran gas antara oksigen & karbon dioksida. Dinding alveoli & kapiler sungguh tipis & basah sehingga mempermudah pertukaran gas (Gambar 8.2).
Struktur alveoli. Di sinilah terjadi pertukaran gas O₂ & CO₂

Setelah udara masuk ke alveolus, oksigen masuk lewat dinding alveolus & secepatnya memasuki dinding kapiler darah. Sebaliknya, karbon dioksida & air terlepas dr darah & masuk ke alveoli untuk berikutnya dikeluarkan dr dlm badan.

3. Hati

Hati tergolong dlm sistem ekskresi karena hati mengeluarkan empedu (Gambar 8.3). Setiap hari, hati menyekresi sekitar 600–1.000 mL cairan empedu. Cairan empedu terdiri atas kolesterol, lemak, hormon pelarut lemak, & lesitin. Fungsi cairan empedu, di antaranya mengemulsi lemak dlm usus halus. Cairan empedu tersebut disimpan dlm kantung empedu untuk disalurkan ke dlm usus halus.

Sebagai potongan dr metode ekskresi, hati menghasilkan produk ekskretori, mirip zat pewarna cairan empedu (bile pigmen ), yaitu bilirubin. Bilirubin berasal dr pemecahan hemoglobin darah yg berjalan dlm hati.

Sel darah merah yg sudah rusak & mati dirombak oleh hati melalui sel-sel khusus yg disebut histiosit. Hemoglobin dlm sel darah merah dipecah menjadi hemin, globin, & zat besi. Globin & zat besi disimpan kembali di hati untuk berikutnya dikembalikan ke limfa & sumsum tulang belakang & dipakai dlm pembentukan hemoglobin baru. Hemin dipakai selaku zat warna empedu yg disebut bilirubin. Bilirubin berwarna hijau biru. Zat tersebut selanjutnya disalurkan ke usus dua belas jari & dioksidasi menjadi urobilin yg berwarna kuning kecokelatan. Zat warna inilah yg memberi warna pada urine & feses.
Hati tergolong organ pada metode ekskresi karena mengeluarkan cairan empedu
  Deuteromycota

4. Ginjal

Ginjal yaitu organ utama dlm metode ekskresi. Ginjal mengeluarkan urea, keunggulan air, & material sampah lainnya dlm bentuk urine. Urine dialirkan lewat ureter menuju kantung urine. Keinginan untuk mengeluarkan urine muncul tatkala kantung urine terisi sarat . Urine dikeluarkan dr tubuh lewat uretra.

Ginjal manusia berupa mirip kacang dgn panjang kira-kira 13 cm, lebar 8 cm, & tebal 2,5 cm. Ginjal berskala lebih kurang seukuran dgn kepalan tangan Anda. Ukuran organ tersebut memang kecil, tetapi mempunyai manfaat & efektivitas kerja yg sungguh menakjubkan. Manusia mempunyai dua buah ginjal yg terletak di sebelah kanan & kiri tubuhnya (Gambar 8.4) . Dari kepingan luar ke dalam, ginjal terdiri atas tiga lapisan, yaitu korteks renalis (korteks), medula renalis (medula) & pelvis renalis.
Manusia mempunyai 2 buah ginjal, yakni ginjal kanan & ginjal kiri.

Unit fungsional terkecil dr ginjal disebut nefron. Nefron terletak di korteks renalis & medula renalis. Nefron terdiri atas tiga belahan utama, yakni glomerulus (tempat darah disaring), kapsula Bowman, dua buah tubulus panjang. Tubulus tersebut dibagi menjadi tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, & yg terakhir yakni tubulus pengumpul (Gambar 8.5).
Sayatan melintang ginjal, memperlihatkan struktur pecahan dlm ginjal

Glomerulus yakni untaian pembuluh kapiler yg dinding-dindingnya bertautan dgn dinding kapsula Bowman. Kapiler yg membentuk glomerulus merupakan percabangan dr arteriol aferen. Kapsula Bowman sendiri bekerjasama dgn tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, & tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.

Urine dibikin dgn serangkaian proses yg rumit & sungguh efektif. Secara lazim, terdapat tiga peristiwa penting dlm pembentukan urine, yakni penyaringan (filtrasi), penyerapan (reabsorpsi), & pengumpulan (augmentasi).

a.  Penyaringan Darah (Filtrasi)

Proses filtrasi terjadi di antara glomerulus & kapsula Bowman. Tatkala darah dr arteriol aferen memasuki glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi. Hal tersebut menyebabkan air & molekul-molekul yg tak larut dlm darah melalui dinding kapiler pada glomerulus. Kemudian, air & molekul-molekul memasuki lempeng filtrasi dr kapsula Bowman. Hasil filtrasi ini disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Filtrat ini akan dipindahkan lewat tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, kemudian menuju tubulus pengumpul.

b.  Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)

Tatkala filtrat dipindahkan, darah di arteriol eferen glomerulus menjadi sungguh pekat. Hal tersebut terjadi karena hilangnya begitu banyak air. Selain itu, filtrasi mengandung substansi-substansi besar yg tak mampu melalui dinding kapiler glomerulus, seperti sel darah, protein-protein besar, & kepingan-kepingan lemak.

Sementara itu, urine primer yg dihasilkan dr kapsula Bowman, memasuki tubulus kontortus proksimal. Di titik pertautan antara kapiler-kapiler yg melingkupi tubulus, diserap glukosa & asam amino serta ion Na+.

Urine primer yg memasuki lengkung Henle telah lebih isotonik dgn darah di kapiler. Pada lengkung Henle terjadi penyerapan garam NaCl & air.

Penyerapan berlanjut di tubulus kontortus distal. Di sini terjadi penyerapan urea, kreatinin, materi obat-obatan, H+, & NH4–. Sementara itu, garam NaCl & air serta ion HCO3– kembali diserap. Perhatikan Gambar 8.6.

Urine yg dihasilkan dr tubulus kontortus distal, disebut urine sekunder. Hasil reabsorpsi ini mengandung air, garam, urea, & pigmen empedu yg memperlihatkan busuk & warna pada urine.
Pergerakan cairan & ion yg terjadi dlm filtrat & lingkungan sekelilingnya sebagai perpindahan filtrat dlm nefron

c.  Pengumpulan (Augmentasi)

Urine sekunder dr tubulus kontortus distal akan memasuki tubulus pengumpul. Di tubulus ini, masih terjadi penyerapan kembali air, garam NaCl, & urea sehingga terbentuk urine yg mesti dibuang dr tubuh.

Dari tubulus pengumpul, urine memasuki pelvis renalis, kemudian mengalir menuju ureter menuju kandung kemih (vesika urinaria). Tatkala kandung kemih penuh, orang akan merasakan cita-cita untuk buang air kecil.

Beberapa hal yg memengaruhi volume urine, di antaranya zat-zat diuretik, suhu, konsentrasi darah, & emosi. Jika sering mengonsumsi kopi & teh, zat diuretik (kafein) yg dikandungnya akan menghambat reabsorpsi air sehingga volume urine meningkat.

Pada dikala terjadi peningkatan suhu, kapiler di kulit melebar & air berdifusi keluar serta kelenjar keringat menjadi aktif. Saat volume air turun, penyerapan air di ginjal menyusut sehingga volume urine menurun. Begitu pula halnya tatkala konsentrasi darah meningkat, atau tatkala darah menjadi lebih cair karena banyak mengonsumsi cairan. Emosi tertentu merangsang peningkatan atau penghematan volume urine, contohnya orang menjadi lebih sering buang air kecil pada dikala nervous, tegang, atau takut.

B. Gangguan pada Sistem Ekskresi

Gangguan pada tata cara ekskresi yg lazim terjadi antara lain sebagai berikut.

  1. Sistitis (Cystitis) yakni peradangan yg terjadi di kantung urinaria. Biasanya, terjadi karena infeksi oleh kuman yg masuk ke dlm tubuh.
  2. Hematuria, terjadi tatkala didapatkan eritrosit dlm urine. Penyebabnya bermacam-macam, mirip adanya watu dlm ginjal, tumor di renal pelvis, ureter, kandung kemih, kelenjar prostat atau uretra.
  3. Glomerulonefritis ialah peradangan yg terjadi di glomerulus sehingga proses filtrasi darah terganggu.
  4. Batu ginjal yaitu adanya objek keras yg ditemukan di pelvis renalis ginjal. Komposisi kerikil ginjal yakni asam urat, kalsium oksalat, & kalsium fosfat. Batu ginjal terjadi karena terlampau banyak mengonsumsi garam mineral, namun sedikit mengonsumsi air. Batu ginjal tersebut sering menimbulkan iritasi & pendarahan pada kepingan ginjal yg kontak dengannya.
  5. Gagal ginjal, terjadi lantaran ketidakmampuan ginjal untuk melaksanakan fungsinya dengan-cara wajar . Hal ini bisa terjadi karena senyawa toksik, mirip merkuri, arsenik, karbon tetraklorida, insektisida, antibiotik, & obat penghilang sakit pada tingkat yg tinggi. Gagal ginjal mampu dituntaskan dgn dialisis. Kita lebih mengenalnya selaku proses cuci darah. Jika kerusakan ginjal sungguh parah, dapat dijalankan transplantasi ginjal yg baru (Gambar 8.7).
    (a) Pasien gagal ginjal yg sedang dicuci darahnya oleh mesin dialisis. (b) Posisi ginjal hasil transplantasi
  6. Dermatitis yakni suatu peradangan yg terjadi di kulit, yg berulang-ulang & sering kambuh. Contoh dermatitis yg biasa yakni eksim.
  7. Prostatis ialah peradangan di prostat. Akibat peradangan tersebut, penderitanya sulit buang air seni.
  8. Impetigo yaitu penyakit kulit yg disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini terjadi pada anak-anak, utamanya pada mereka yg kelemahan gizi. Impetigo ditandai dgn kulit yg berbintik-bintik berisi nanah yg lazimnya timbul di wajah & tangan.
  9. Penyakit kuning yg disebabkan oleh tersumbatnya jalan masuk empedu karena adanya penumpukan kolesterol & membentuk watu empedu. Feses penderita akan berwarna cokelat debu-debu, sedangkan darahnya kekuningan karena cairan empedu masuk ke anutan darah.
  10. Glikosuria, hematuria, dan albuminaria. Glikosuria yakni kelainan yg dicirikan dgn ditemukannya glukosa pada urine. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelainan pada tubulus ginjal. Hematuria adalah kelainan dgn tanda ditemukannya sel darah merah di dlm urine. Penyebabnya merupakan peradangan pada ginjal atau lantaran iritasi final bergesekan dgn kerikil ginjal. Albuminaria merupakan kelainan, yg ditandai dgn ditemukannya zat putih telur (albumin) dlm urine. Hal tersebut disebabkan kerusakan membran pada kapsula Bowman yg menyebabkan protein berukuran besar mirip albumin mampu lolos dr filtrasi.

C. Sistem Ekskresi pada Hewan

Kesetimbangan kimia dlm tubuh menjadi salah satu syarat utama untuk bisa bertahan hidup. Berikut akan dibahas perihal prosedur ekskresi pada beberapa binatang.

1. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata

Sistem ekskresi pada binatang invertebrata lebih sederhana dibandingkan binatang vertebrata. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai metode ekskresi beberapa hewan invertebrata.

a.  Makhluk Hidup Satu Sel (Protozoa)

Makhluk hidup satu sel mengeluarkan sisa-sisa metabolismenya dgn cara difusi. Karbon dioksida hasil respirasi seluler dikeluarkan dgn cara difusi. Selain itu, ada cara lain, yakni dgn membentuk vakuola yg berisi sisa metabolisme (Gambar 8.8).
Makhluk hidup satu sel membentuk vakuola yg berisi sisa metabolisme, kemudian mengeluarkannya dr dlm sel

Pada hewan Coelenterata & Porifera yg hidup selaku koloni sel-sel, mekanisme ekskresinya dgn cara mendifusikan zat-zat yg akan dibuang dr satu sel ke sel yg lain hingga kesudahannya dilepaskan ke lingkungan.

b.  Planaria

Organ ekskresi yg paling sederhana mampu ditemukan pada cacing pipih atau planaria. Organ tersebut bernama protonefridia, berbentukjaringan pipa yg bercabang-cabang di sepanjang tubuhnya. Jaringan pipa tersebut dinamakan nefridiofor. Ujung dr cabang nefridiofor disebut sel api (flame cell). Disebut demikian lantaran ujung sel tersebut terus bergerak menyerap & menyaring sisa metabolisme pada sel-sel di sekitarnya. Kemudian, mengalirkannya lewat nefridiofor menuju pembuluh ekskretori (Gambar 8.9).
Sistem ekskresi pada planaria

c.  Cacing Tanah

Cacing tanah, moluska, & beberapa binatang invertebrata yang lain mempunyai struktur ginjal sederhana yg disebut nefridia . Struktur tersebut terdapat di setiap segmen tubuhnya. Dalam cairan badan cacing tanah yg memenuhi rongga tubuhnya, terkandung sisa metabolisme maupun nutrien. Cairan inilah yg disaring oleh ujung tabung berupa corong dgn silia yg disebut nefrostom.

Dari nefrostom, hasil yg disaring tersebut kemudian dibawa lewat tubulus sederhana yg pula diselaputi oleh kapiler-kapiler darah. Pada tubulus ini, terjadi proses reabsorpsi bahan-bahan yg penting, seperti garam-garam & nutrien terlarut. Air & zat-zat buangan dikumpulkan dalam tubulus pengumpul, suatu wadah yg merupakan potongan dr nefridia untuk selanjutnya dikeluarkan lewat lubang ekskretori di dinding tubuh, yg biasa disebut nefridiofor (Gambar 8.10)
Cacing tanah mempunyai struktur ginjal sederhana yg disebut nefridia

d.  Serangga

Alat ekskresi pada serangga, misalnya belalang yakni tubulus Malpighi (Gambar 8.11). Badan Malpighi berupa buluh-buluh halus yg terikat pada ujung usus posterior belalang & berwarna kekuningan.

Zat-zat buangan diambil dr cairan tubuh (hemolimfa) oleh saluran Malpighi di pecahan ujung. Kemudian, cairan masuk ke serpihan proksimal lalu masuk ke usus belakang & dikeluarkan bareng feses dlm bentuk kristal-kristal asam urat (Hopson & Wessells, 1990: 598).
Badan Malpighi pada belalang
  12 Fungsi Tulang Hasta Pada Tubuh Manusia

2. Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata

Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal. Di antaranya merupakan pronefros, mesonefros, & metanefros. Pronefros yakni tipe ginjal yg berkembang pada fase embrio atau larva. Pada tahap berikutnya, ginjal pronefros digantikan oleh tipe ginjal mesonefros. Tatkala binatang cukup umur, ginjal mesonefros digantikan oleh ginjal metanefros. Pada Mammalia, Reptilia, & Aves tipe ginjal yg dimiliki yakni mesonefros. Namun, sehabis sampaumur mesonefros akan diganti oleh metanefros.

a.  Pisces (Ikan)

Ginjal pada ikan yakni sepasang ginjal sederhana yg disebut mesonefros. Setelah remaja, mesonefros akan meningkat menjadi ginjal opistonefros. Tubulus ginjal pada ikan mengalami modifikasi menjadi kanal yg berperan dlm transport spermatozoa (duktus eferen) ke arah kloaka.

Ikan memiliki bentuk ginjal yg berlainan, sebagai bentuk pembiasaan terhadap lingkungan sekitarnya. Pada ikan air tawar, kondisi lingkungan sekitar yg hipotonis membuat jaringan ikan sungguh simpel mengalami keunggulan cairan. Ginjal ikan air tawar mempunyai kemiripan dgn ginjal insan.

Mekanisme filtrasi & reabsorpsi pula terjadi pada ginjal ikan. Mineral & zat-zat kuliner lebih banyak diabsorbsi, sedangkan air hanya sedikit diserap. Dengan sedikit minum & mengeluarkan urine dlm volume besar, ikan air tawar menjaga jaringan tubuhnya agar tetap dlm kondisi hipertonik. Ekskresi amonia dilakukan dgn cara difusi lewat insangnya.

Ikan yg hidup di air bahari, mempunyai cara penyesuaian yg berlawanan. Ikan air maritim sungguh gampang mengalami kekurangan cairan tubuh lantaran air dlm tubuhnya akan condong mengalir keluar ke lingkungan sekitar lewat insang, mengikuti perbedaan tekanan osmotik.

Ikan air maritim tak mempunyai glomerulus sehingga mekanisme filtrasi tak terjadi & reabsorpsi pada tubulus pula terjadi dlm skala yg kecil. Oleh lantaran itu, ikan air laut menyesuaikan diri dgn banyak meminum air laut, melakukan desalinasi (menghilangkan kadar garam dgn melepaskannya lewat insang), & membuat sedikit urine (Gambar 8.12). Urine yg dihasilkan akan dikeluarkan lewat lubang di erat anus. Hal ini berlainan dgn pengeluaran urine dr ikan Chondrichthyes, misalnya hiu. Ikan hiu mengeluarkan urine lewat seluruh permukaan kulitnya.
Sistem ekskresi pada (a) ikan air tawar & (b) ikan air maritim

b.  Amphibia (Katak)

Tipe ginjal pada Amphibia yaitu tipe ginjal opistonefros. Katak jantan mempunyai susukan ginjal & saluran kelamin yg bersatu & berakhir di kloaka. Namun, hal tersebut tak terjadi pada katak betina. Ginjal pada katak ibarat halnya pada ikan, pula menjadi salah satu organ yg sungguh berperan dlm pengaturan kadar air dlm tubuhnya.

Kulit Amphibia yg tipis bisa mengakibatkan Amphibia kehabisan cairan kalau terlalu usang berada di darat. Begitu pula bila katak berada terlalu lama dlm air tawar. Air dgn sangat simpel masuk dengan-cara osmosis ke dlm jaringan tubuh lewat kulitnya.
Sistem ekskresi pada Amphibia dibandingkan tata cara ekskresi pada ikan air tawar

Katak mampu mengatur laju filtrasi dgn sumbangan hormon, sesuai dgn kondisi air di sekitarnya. Tatkala berada dlm air dgn jangka waktu yg usang, katak mengeluarkan urine dlm volume yg besar. Namun, kandung kemih katak bisa dgn gampang terisi air. Air tersebut dapat diserap oleh dinding kandung kemihnya selaku cadangan air tatkala katak berada di darat untuk waktu yg lama.

c.  Reptilia

Tipe ginjal pada Reptilia ialah metanefros. Pada saat embrio, Reptilia mempunyai ginjal tipe pronefros, kemudian pada dikala dewasa menjelma mesonefros sampai metanefros (Gambar 8.14).
Sistem ekskresi pada Reptilia, memakai tipe ginjal metanefros

Hasil ekskresi pada Reptilia yakni asam urat. Asam urat ini tak terlalu toksik jika dibandingkan dgn amonia yg dihasilkan oleh Mammalia. Asam urat bisa pula diekskresikan tanpa diikuti air dlm volume yg besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dlm bentuk pasta berwarna putih.

Beberapa jenis Reptilia pula menciptakan amonia. Misalnya, pada buaya & kura-kura. Penyu yg hidup di lautan mempunyai kelenjar ekskresi untuk mengeluarkan garam yg dikandung dlm tubuhnya. Muara kelenjar ini yakni di dekat mata. Hasil ekskresi yg dihasilkan berbentukair yg mengandung garam. Tatkala penyu sedang bertelur, kita kadang-kadang melihatnya mengeluarkan semacam air mata. Namun, yg kita lihat sebetulnya merupakan hasil ekskresi garam. Ular, buaya, & aligator tak mempunyai kandung kemih sehingga asam urat yg dihasilkan ginjalnya keluar bareng feses lewat kloaka.

d.  Aves (Burung)

Burung mempunyai ginjal dgn tipe metanefros. Burung tak mempunyai kandung kemih sehingga urine & fesesnya bersatu & keluar lewat lubang kloaka. Urine pada burung diekskresikan dlm bentuk asam urat.

Metabolisme burung sangat cepat. Dengan demikian, metode ekskresi pula harus mempunyai dinamika yg sangat tinggi. Peningkatan efektivitas ini terlihat pada jumlah nefron yg dimiliki oleh ginjal burung. Setiap 1 mm3 ginjal burung, terdapat 100–500 nefron. Jumlah tersebut nyaris 100 kali lipat jumlah nefron pada insan.

Jenis burung laut pula mempunyai kelenjar ekskresi garam yg bermuara pada ujung matanya. Hal tersebut untuk mengimbangi pola makannya yg memangsa ikan bahari dgn kadar garam tinggi.

Itulah postingan & penjelasan postingan yg admin bagikan perihal Sistem Ekskresi. Semoga memiliki kegunaan & dgn adanya artikel diatas, dapat menjadi sebagai materi acuan atau selaku materi bacaan untuk menambah ilmu & wawasan anda selama ini.