close

√ Pengertian Dan Model multikulturalisme

Pengertian Dan Model multikulturalisme. multikulturalisme Berasal dr kata multi (plural) & kultural (ihwal budaya), multikulturalisme ialah merupakan pengakuan terhadap realitas keragaman kultural, yg bermakna meliputi baik keberagaman tradisional seperti keberagaman suku, ras, ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-bentuk kehidupan (subkultur) yg terus bermunculan di setiap tahap sejarah kehidupan penduduk . Pluralisme bekerjasama dgn hak hidup golongan-kelompok penduduk yg ada dlm sebuah komunitas yg mempunyai budaya masing-masing.
Pada tahun 1950 Istilah multikulturalisme marak dipakai di Kanada. Istilah ini diderivasi dr kata multicultural yg dipopulerkan surat kabar-surat kabar di Kanada, yg menggambarkan penduduk Montreal selaku penduduk multikultural & multilingual. Pengertian wacana multikulturalisme memiliki dua ciri utama:
  1. Kebutuhan terhadap pengesahan (the need of recognition),
  2. Legitimasi keanekaragaman budaya atau pluralisme budaya.
Multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dlm kesederajatan. Multikulturalisme lahir dr benih-benih rancangan yg sama dgn demokrasi, supremasi hukum, hak asasi insan, & prinsip-prinsip adab & moral egaliter sosial-politik 
Lahirnya paham multikulturalisme berlatar belakang keperluan akan akreditasi (the need of recognition) terhadap kemajemukan budaya, yg menjadi realitas sehari-hari banyak bangsa, tergolong Indonesia. Oleh karena itu, semenjak semula multikulturalisme mesti disadari sebagai suatu ideologi, menjadi alat atau wahana untuk meningkatkan penghargaan atas kesetaraan semua manusia & kemanusiaannya yg dengan-cara operasional mewujud lewat pranata-pranata sosialnya, yakni budaya selaku pemandu kehidupan sekelompok manusia sehari-hari. Dalam hal ini, multikulturalisme ialah rancangan yg melegitimasi keanekaragaman budaya. 
Model multikulturalisme:

  1. Multikulturalisme isolasionis, adalah penduduk yg berbagai golongan kulturalnya mengerjakan hidup dengan-cara otonom & terlibat dlm interaksi minimal satu sama lain.
  2. Multikulturalisme akomodatif, ialah penduduk yg memiliki kultur mayoritas yg bikin pembiasaan & kemudahan-fasilitas tertentu bagi keperluan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan & menerapkan undang-undang, hukum, & ketentuan-ketentuan yg sensitif dengan-cara kultural, & memperlihatkan kebebasan pada kaum minoritas untuk menjaga & mengembangkan kebudayaan mereka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tak menantang kultur mayoritas. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
  3. Multikulturalisme otonomis, yakni penduduk plural yg kelompok-golongan kultural khususnya berupaya merealisasikan kesetaraan (equality) dgn budaya dominan & menginginkan kehidupan otonom dlm kerangka politik yg dengan-cara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok kultural ini ialah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yg mempunyai hak yg sama dgn golongan lebih banyak didominasi mereka menantang kelompok secara umum dikuasai & berupaya membuat suatu penduduk yg semua kelompoknya bisa eksis sebagai kawan sejajar.
  4. Multikulturalisme kritikal/interaktif, yakni masyarakat plural yg kalangan-kalangan kulturalnya tak terlalu terfokus (concerned) dgn kehidupan kultural otonom, namun lebih membentuk penciptaan kolektif yg mencerminkan & memastikan perspektif-perspektif khas mereka.
  5. Multikulturalisme kosmopolitan, ialah masyarakat plural yg berusaha meniadakan batas- batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat kawasan setiap individu tak lagi terikat pada budaya tertentu, sebaliknya dengan-cara bebas terlibat dlm percobaan- percobaan interkultural & sekaligus membuatkan kehidupan kultural masing-masing.
  Membangun Budaya Organisasi Dalam Rangka Reformasi Birokrasi

Dikutip Dari Berbagai Sumber