Membuat Peta – Suatu peta bisa bersumber dr interpretasi gambaran penginderaan jauh atau menurut pengukuran langsung. Melalui pengukuran dengan-cara langsung, dikumpulkan data jarak, arah, & sudut. Hasil pengukuran parameter ini dikoreksi semoga diperoleh hasil yg akurat. Selain itu, semoga hasil pengukuran bisa disajikan dlm sebuah peta diharapkan skala untuk menggambarkannya.
Suatu peta mampu dibuat dr hasil pengukuran langsung. Mengapa peta dibuat dgn suatu pengukuran? Ya, alasannya peta merupakan ilustrasi konvensional permukaan Bumi yg diperkecil dgn skala tertentu & digambarkan dlm bidang datar. Oleh karenanya, pengerjaan peta memerlukan pengukuran supaya letak & ukuran mewakili ukuran sesungguhnya. Jika peta dapat dibuat dgn pengukuran, bagaimana pengukuran tersebut dilakukan?
Daftar Isi
A. Prinsip Pengukuran dlm Pemetaan
Tentunya ananda pernah melaksanakan pengukuran, meskipun yg ananda lakukan merupakan pengukuran sederhana. Kamu pernah mengukur panjang & lebar suatu bidang dgn penggaris bukan? Seperti itulah prinsip pengukuran untuk pemetaan, yakni mengukur suatu bidang atau area di permukaan Bumi dgn alat ukur. Tentu saja tak mungkin ananda mengukur bidang di permukaan Bumi hanya dgn penggaris. Menurutmu, peralatan apa sajakah yg bisa dipakai untuk melaksanakan pengukuran di permukaan Bumi?
Pembuatan peta zaman dahulu menggunakan tata cara pengukuran pribadi. Alat yg dipakai pada waktu itu yakni meteran untuk mengetahui jarak & kompas untuk mengetahui arah. Metode ini masih dapat kita gunakan tetapi untuk daerah yg sempit.
Baca juga
Jika wilayah yg akan dipetakan sungguh luas, metode pengukuran pribadi menjadi tak efektif. Selain melelahkan, tata cara pengukuran pribadi akan memakan waktu yg usang. Beruntunglah sekarang ada alat ukur yg disebut theodolit. Dengan alat ini, jarak dua titik & sudut arahnya dapat dimengerti dgn cepat. Kamu akan menggunakan alat ini bila kelak melanjutkan studi di Fakultas Geografi atau Teknik Geodesi.
Secara keseluruhan, pembuatan peta dgn pengukuran melalui beberapa tahap yg harus dilalui, yaitu:
1. Kerja Lapangan
Pada tahapan ini, aktivitas yg dijalankan meliputi observasi, pengukuran, serta pencatatan data dr pengukuran. Pada prinsipnya, aktivitas di tahap ini dapat dilakukan dgn alat-alat mulai dr yg paling sederhana, menyerupai kayu ukur, rol meter, kompas, hingga alat-alat yg lebih mutakhir mirip penyipat datar, theodolit, & sebagainya.
2. Pengelolaan Data Hasil Pengukuran
Pada tahap ini dijalankan penghitungan, pengolahan, & koreksi data guna memilih posisi (koordinat) setiap titik hasil pengukuran dr daerah yg dipetakan. Pada tahap ini perlu dijalankan koreksi lantaran bisa saja terjadi kesalahan dlm peng-ukuran. Baik dari human error (kesalahan petugas pengukuran) maupun kesalahan yg bersumber dr alat.
3. Penyajian Peta
Pada tahap ini dilakukan pengolahan peta dgn menggambar data sesuai dgn hasil pengukuran jarak maupun posisinya dlm peta.
Di dlm pemetaan, pengukuran yg dijalankan dgn menggunakan alat ukur sederhana disebut dgn ungkapan pengukuran dengan-cara pribadi. Hasil pengukuran ini mampu diketahui pada dikala itu juga. Dua unsur penting yg mesti diukur di lapangan, yakni jarak antara dua titik & sudut arah. Bagaimana mengukur kedua unsur penting tersebut?
B. Pengukuran Jarak
Berapakah luas halaman sekolahmu? Untuk mengetahuinya tentu ananda mesti mengetahui panjang & lebarnya terlebih dahulu. Cobalah melaksanakan pengukuran dengan-cara berkelompok. Kamu cukup membutuhkan meteran gulung & tongkat sebagai penanda untuk melaksanakan kegiatan ini.
Apabila jarak antara dua titik yg akan diukur lebih panjang dr alat ukurnya, maka ada dua tahapan, yaitu pelurusan pembanjaran & pengukuran. Pengukuran mampu dilakukan sesudah pembanjaran dijalankan.
Dalam pembanjaran paling tak dibutuhkan sedikitnya empat buah yalon & beberapa buah patok. Yalon bisa dibikin dr kayu ataupun logam dgn ukuran panjang 2–3 meter yg dicat merah berselang putih atau putih berselang hitam. Pembanjaran dikerjakan oleh dua orang, seorang membidik, sementara itu satu orang lagi menancapkan yalon sesuai dgn komando si pembidik. Agar ananda lebih terang, amati gambar berikut.
Pembanjaran tanpa rintangan |
Keterangan :
Y3 & Y4 ialah yalon extra sesuai dgn jangkauan meteran.
Pada dikala pembanjaran dilakukan, sering terjadi beberapa ham-batan mirip adanya bangunan yg menghalangi pengukuran, mirip rumah & lain-lain. Agar ananda lebih terang, amati pola gambar berikut.
Pembanjaran dgn rintangan |
Guna mengukur garis AB yg terhalang rintangan, dilakukan pengukuran dengan-cara bertahap. Untuk membuat garis lurus AB diinginkan garis dukungan XY yg sejajar. Selanjutnya, diputuskan titik P & Q di antara XY dgn syarat sudut AXP = sudut BYQ = 90°. Pembuatan sudut siku-siku ini dijalankan dgn cara memperpanjang garis AX & BY. Dari titik X & Y masing-masing diputuskan dua titik yg sama panjang ke arah kanan & kiri. Dari kedua titik ini pula dibuat dua buah busur yg berpotongan di titik P & Q. Apabila XPQ & PQY lurus, mempunyai arti posisi titik X & Y sudah benar.
Hambatan lain dapat ditemukan tatkala pembanjaran dilaksanakan, yakni kondisi lapangan yg bergelombang. Seperti mempunyai batas dgn tebing yg curam atau dgn dua tembok yg tinggi. Dalam kondisi seperti ini tak mungkin pembidik membidik di balik yalon yg ditancapkan pada batas areal yg diukur. Bagaimana melakukannya? Ya, pekerjaan ini mampu dijalankan dengan-cara bertahap. Agar ananda mengetahui lebih terang bagaimana pembelajaran dilakukan, amati gambar berikut & penjelasannya.
Tahap permulaan dijalankan dgn menancapkan yalon di atas titik A & B. Kemudian menancapkan dua buah yalon lain selaku yalon bantu (P & Q) & yalon gerak (P1, P2, & Q1, Q2). Pekerjaan bisa dimulai dgn menancapkan yalon Q di antara AB. Dalam menancapkan yalon Q petugas mesti mampu menyaksikan dgn terperinci yalon A. Petugas membidik dr belakang yalon Q ke arah yalon A, sementara petugas yg lain menancapkan yalon B di antara & segaris dgn AQ (sesuai dgn perintah si pembidik).
Selanjutnya, petugas di titik P membidik ke arah titik B & memperhatikan apakah yalon Q sudah satu garis lurus dgn PB. Jika belum, petugas lain mesti memindahkan yalon Q ke posisi yg lurus dgn garis PQ sesuai dgn perintah pembidik. Langkah ini diulangi lagi hingga diperoleh hasil PQB satu garis lurus, demikian pula QPA pula satu garis lurus. Keadaan ini memperlihatkan bahwa APQB sudah terletak pada satu garis lurus. Jika jarak AP, PQ, & QB tak terjangkau oleh alat ukur yg ada, maka perlu dilakukan pembanjaran lagi.
2. Pengukuran
Pengukuran dgn peralatan mutakhir sekarang banyak dilakukan. Namun demikian, hal tersebut tak pribadi menciptakan peralatan kuno tak difungsikan lagi. Dengan beberapa pertimbangan, peralatan kuno ini masih dipakai, mirip areal yg sempit, datar, & gampang sebab lebih praktis & efisien. Demi keakuratan peta, beberapa teknik pengukuran mesti dipraktekkan.
Beberapa prinsip yg perlu diamati dlm pengukuran, yakni:
- Menentukan terlebih dahulu batasan areal yg akan diukur.
- Pemilihan satu atau lebih garis ukur yg akan digunakan selaku patokan pengukuran terhadap titik-titik yg lain. Garis ini akan menyampaikan kepraktisan dlm pengukuran.
- Letak garis ukur mesti bersahabat dgn kenampakan-kenampakan yg akan diukur & tak menimbulkan offset yg panjang.
- Membuat sketsa yg terang sebelum melakukan. Hal ini akan menolong & memudahkan pekerjaan.
Informasi di atas menunjukkan gambaran tindakan teknis yg ditempuh sebelum melaksanakan pengukuran. Langkah-langkah teknis pengukuran bisa berlawanan-beda tergantung bagaimana kondisi daerah yg diukur, ada wilayah dgn bentuk teratur, ada pula kawasan dgn batas yg kompleks.
a. Wilayah dgn Batas yg Teratur & Sederhana
Contoh pengukuran pada tempat dgn batas yg terencana & sederhana mampu ananda cermati pada gambar di samping.
Pengukuran dgn batas yg teratur & sederhana |
Apabila daerah yg akan diukur menyerupai pada gambar, maka langkah sempurna yg diambil, yakni dgn menarik garis AC. Dengan demikian, wilayah dibagi menjadi dua kawasan segitiga. Langkah pertama mengukur AC, selanjutnya mengukur jarak-jarak AD, CD, & AB.
Setelah pengukuran, pekerjaan berikutnya menggambarkan hasil pengukuran pada kertas. Penggambaran pada kertas dimulai dgn menentukan skala apalagi dahulu. Selanjutnya, penggambaran hasil pengukuran dimulai dr garis ukur AC. Kemudian dgn digambar busur-busur AD, CD, AB, & BC. Perpotongan antara busur AD & CD merupakan titik D, sedang perpotongan antara busur AB & BC merupakan letak titik B. Praktis bukan? Memang dlm penggambaran hasil pengukuran ini, ananda diminta menerapkan ilmu matematikamu.
b. Wilayah dgn Batas yg Tidak Teratur
Contoh pengukuran pada wilayah dgn batas yg tak terencana ibarat gambar di samping.
Pengukuran pada wilayah dgn batas yg tak terstruktur |
Pada tempat menyerupai ini dibutuhkan pengukuran yg lebih banyak, dikehendaki beberapa garis ukur yg digunakan sebagai patokan pengukuran terhadap kenampakan batas areal. AB, BC, & AC merupakan garis ukur yg dipakai. Untuk mendapatkan ketelitian yg tinggi, pada batas wilayah yg tak A teratur (berlekuk) ditarik garis offset, yaitu garis yg tegak lurus terhadap garis ukur. Garis offset ini tak boleh terlalu panjang supaya ketelitian tetap terjaga.
Jumlah garis offset yg mesti diukur tergantung pada perbedaan bentuk batas kawasan & tingkat ketelitian yg diinginkan.
Penentuan offset yg akan diukur (a1, a2, a3, & seterusnya) menurut pergeseran lebar yg mempunyai perbedaan tajam.
Orang mengukur jarak antara A & titik B dgn meteran |
Apa yg anda jalankan itu tahap permulaan dr proses pembuatan peta. Bagaimana menggambarkan halaman sekolahmu pada selembar kertas? Tentu saja ananda tak bisa menggambarkan dgn ukuran sesungguhnya. Oleh alasannya itu, ananda mesti menentukan skalanya apalagi dulu. Sebagai teladan, panjang halaman sekolahmu 47 meter & lebarnya 26 meter. Kamu mampu memutuskan skala 1 : 200. Dengan skala itu, berapa panjang & lebar halaman sekolah yg harus ananda gambar di kertasmu? Perbandingan hasil pengukuran dgn skala merupakan hal yg penting dlm pembuatan peta. Oleh karena itu mesti ada keterpaduan antara skala peta yg akan disajikan dgn media yg dipakai untuk menggambar-kannya.
C. Pengukuran Sudut Arah
Jika ditanya wacana letak sekolahmu, apa jawaban yg ananda berikan? Boleh jadi ananda menjawab bahwa letak sekolahmu di sebelah utara Kantor X, atau di sebelah barat Jalan Y, & seterusnya. Mungkin benar, namun lebih sering salah sebab bisa jadi bergotong-royong sekolahmu berada di sebelah utara agak ke barat dr Kantor X & tak persis berada di sebelah barat Jalan Y.
Untuk mengetahui arah bahwasanya, ananda memerlukan kompas. Kompas berfungsi selaku penunjuk arah & sudut. Cermati gambar 2.8! Berapakah besar sudut pada aneka macam arah yg ditunjukkan oleh kompas tersebut?
Arah utara mempunyai sudut 0°. Jika pengukuran diawali dr arah utara, arah selatan mempunyai sudut 180°. Pernyataan arah yg demikian disebut selaku pernyataan sudut arah dgn Azimuth.
Dalam ilmu ukur tanah atau Handasah, diketahui dua cara untuk menyatakan besarnya sudut arah, yakni Bearing & Azimuth. Bagaimanakah perbedaan antara keduanya?
Menurutmu, berapakah besar sudut arah Uc? Ya, mungkin ananda akan menjawab bahwa besar sudut arah tersebut yakni 135° atau S 45° T (Selatan 45° Timur). Kedua bentuk pernyataan tersebut tak salah, pernyataan sudut arah 135° merupakan pernyataan dlm bentuk Azimuth, sedangkan pernyataan S 45° T merupakan pernyataan dlm bentuk Bearing. Perhatikan gambar 2.10, manakah gambar yg merupakan pernyataan sudut dgn Azimuth, & mana yg berbentukpernyataan Bearing.
Berbagai macam pernyataan sudut arah |
Anda telah bisa membedakan kedua pernyataan sudut arah tersebut. Berikan kesimpulanmu mengenai perbedaan kedua hal tersebut, jangan lupa diskusikan dgn guru & sahabat-temanmu.
Pernyataan Bearing, merupakan sudut arah yg diukur dr utara atau selatan magnet Bumi ke titik lain searah atau berlawanan arah jarum jam dgn sudut maksimum 90°. Untuk memperlihatkan permulaan & arah pengukuran, di depan angka mesti ditulis S (dari selatan) atau U (utara) serta di belakang angka disertai huruf T (timur) atau B (barat).
Pernyataan Azimuth, merupakan besarnya sudut arah yg diukur dr utara magnet Bumi ke titik yg lain searah putaran jarum jam. Dengan demikian, pengukuran dgn tata cara Azimuth memiliki kisaran 0°–360°.
Jika ananda akan menciptakan peta tanpa pengukuran langsung, ananda membutuhkan peta dasar. Kamu pernah mempelajari aneka macam jenis peta termasuk peta dasar. Peta umum bisa disebut pula selaku peta dasar. Nah, dr peta-peta tersebut dapat dibuat menjadi peta tematik. Apakah perbedaan dr peta-peta tersebut?
Peta biasa merupakan peta yg menampung kenampakan dengan-cara biasa , baik kenampakan asli maupun bikinan. Contoh-contoh peta lazim antara lain peta topografi, peta administrasi, & sebagainya. Apabila dr peta lazim tersebut ananda buat lagi menjadi peta dgn tema tertentu, maka peta biasa tersebut mampu disebut sebagai peta dasar. Langkah yg biasa dilaksanakan dlm penggunaan peta dasar merupakan menambahatau memperkecil peta. Nah, hal ini pernah ananda kerjakan pada waktu SMP, menggunakan tata cara grid. Pembesaran & pengecilan peta mampu pula ananda kerjakan dgn fotokopi atau dgn alat pantograf.
Adapun peta dgn tema tertentu yg dibuat menurut peta dasar, mampu disebut sebagai peta tematik. Ada berbagai teladan-teladan peta tematik, ibarat peta geologi yg menggambarkan kondisi kulit Bumi maupun keadaan di dlm Bumi. Pada peta geologi terdapat keterangan mengenai jalur-jalur gunung api, keadaan perlapisan kerikil-an, garis-garis patahan kulit Bumi, & sebagainya. Contoh peta tematik yg lain mirip peta persebaran penduduk, peta iklim, peta tanah, peta pariwisata, & masih banyak lagi. Informasi yg ada pada peta tematik sungguh mendukung wacana tema apa yg dipetakan. Seperti peta iklim sering disertai dgn info unsur-unsur iklim ibarat suhu udara & arah angin. Begitu pula dgn peta pariwisata yg mengangkutisu persebaran objek wisata pula akomodasi pelengkapnya, ibarat hotel, bandara, stasiun, money changer, & lain-lain. Berbagai macam keadaan di sekolahmu pun dapat disajikan dgn peta tematik. Tetapi yg mesti ananda ingat dlm pembuatan peta yaitu patokan bagaimana peta yg baik.
Syarat-syarat peta yg baik antara lain adanya kelengkapan bagian-unsur peta mirip judul, skala, legenda, penanda arah, simbol, proyeksi, gambar, koordinat peta, serta tahun pembuatan. Semakin lengkap unsur-unsur tersebut pada suatu peta, akan sangat menolong dlm menggali gunjingan dr peta. Namun, dlm pengerjaan peta ananda pula mesti memerhatikan penggunaan unsur & komposisi peta. Hal itu akan kita bahas nanti.
D. Kesalahan & Koreksi Hasil Pengukuran
Di dlm sebuah pengukuran, hampir tak ada satu metode ataupun alat yg dapat menunjukkan hasil yg pasti benar. Artinya, setiap pengukuran selalu ada kesalahannya. Hal yg perlu diamati yakni bagaimana semoga besar kesalahan mampu diterima. Nah, oleh ka-rena itulah dibutuhkan koreksi untuk memperkecil kesalahan tersebut.
Kesalahan dlm sebuah pengukuran dapat terjadi lantaran beberapa alasannya adalah, yakni:
1. Kesalahan Alami (Natural Error)
Kesalahan mirip ini bisa terjadi karena imbas gangguan alami ibarat angin, suhu yg tinggi, serta gaya berat.
2. Kesalahan Alat (Instrumental Error)
Kesalahan ini terjadi antara lain lantaran perbedaan panjang alat dr dua alat ukur dgn seri atau bikinan pabrik yg berlainan.
3. Kesalahan Petugas Pengukur
Kesalahan ini bisa terjadi lantaran petugas kurang cermat dlm memasang & membaca alat.
Adanya kesalahan seperti yg bersumber dr ketiga sumber di atas bisa mengakibatkan terjadinya kesalahan merambat maupun kesalahan kumulatif yg mungkin masih bisa dikoreksi. Ada pula yg tak bisa dikoreksi. Beberapa kesalahan tersebut bisa dikoreksi dgn perbuatan berikut.
1. Kesalahan Panjang Alat Ukur
Misalnya panjang suatu pita ukur = 50 m, sedangkan diketahui ukuran tolok ukur panjang pita ukur = 50,02 m. Sehingga faktor koreksi C₁ = (50,02 –50)/50 = 0,0004 m. Kaprikornus, jarak antara dua titik diukur dgn pita ukur sebesar = 225 m, maka jarak pundak-membahu = 225 + 0,0004 (225) = 225,09 m.
2. Alat Ukur yg Tidak Horizontal
Pada dikala pengukuran jarak, sering jarak yg diukur cukup jauh, sampai alat ukur tak cukup untuk mengukurnya. Pengukuran pun dilakukan dengan-cara bertahap. Akibatnya, kesalahan yg bersifat merambat bisa terjadi, yakni jarak yg terukur lebih panjang dr jarak sebetulnya. Kesalahan mirip ini bisa diperkecil dgn menggunakan hand level atau waterpass.
3. Interpolasi Angka
Koreksi dgn cara ini dilaksanakan bila pengukuran memakai alat ukur dgn garis skala besar. Misalnya, tiap 50 cm ada satu garis skala. Guna memperkecil kesalahan ini, direkomendasikan memakai alat ukur extra seperti penggaris dgn skala yg lebih terperinci khusus pada final pengukuran saja.
4. Kesalahan Menghitung
Pengukuran dlm pemetaan sering dilakukan dengan-cara bertahap menggunakan alat ukur sederhana (rol meter atau kayu ukur). Kondisi ini memungkinkan petugas lupa sudah berapa kali alat ukurnya dipakai. Nah, kesalahan semacam ini termasuk kesalahan yg bersifat eksidental, artinya jikalau kesalahan ibarat ini terjadi, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Upaya yg bisa dilakukan untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan ini bisa dijalankan dgn memberi tanda yg berbeda pada sepasang alat ukur yg dipakai.
Koreksi Sudut
Kesalahan dlm pengukuran sudut mampu terjadi alasannya adalah kekurang-tepatan dlm membidik arah yg benar & ketidaktelitian alat. Kesalahan bisa dideteksi apabila selisih pengukuran sudut datang & sudut pulang sebesar 180°.
Contoh :
- Sudut tiba (X ke Y) = 106° Sudut pulang (Y ke X) = 289°
- Selisih = 289° – 106° = 183°, lebih 3° dr 180°.
- Kelebihan 3° dibagi 2 menjadi 1°30′. Koreksi dijalankan dgn memperbesar 1°30′ pada sudut datang & mengurangi 1°30′ untuk sudut pulang.
Lihat juga
Akhirnya, admin menyelesaikan artikel kali ini tentang Membuat Peta. Semoga memiliki kegunaan & dgn adanya artikel di atas, anda dapat lebih berdikari dlm membuat peta yg baik & benar.