Ya Allah Aku Lelah Menjalani Hidup Ini
Mungkinkah seseorang itu mampu naik ke anak tangga ke 3 tanpa meniti tangga 1 dan 2 apalagi dahulu? Jawabannya tidak mungkin. Namun sering saat sudah ditangga ke 10 atau dipuncak, seseorang melalaikan tangga pertamanya. Dimana ia dahulu berguru meninggi..
Dalam hidup ini, selalu ada guru yang mengajari kita. Orang tua, ajari kita makan, bicara, duduk, bangun, berjalan hingga berlari.
Di pondok kita diajari alif ba ta, sampai pandai membaca al Quran. Dan sekarang kita menghafalnya. Disana kita diajari siapa ilahi kita, bagaimana cara mengimaninya dan lalu kita mendakwahkannya dikala ini.
Disekolah dasar, kita diajari membaca, berhitung dll. Disekolah menengah kita diajari soal yang lebih rumit. Di sekolah tinggi kita diajari untuk berfikir, mengenal potensi diri.
Dan akhirnya kita kuliah, mengasah kemampuan berfikir dan risikonya beliau menjadi senjata yang bisa kita mainkan dikehidupan faktual. Menebas rintangan dan kendala menuju harapan. Akhirnya, dari kesungguhan berguru bareng guru-guru yang berlalu kita meraih puncak. Dan kita pun melayang kesana-kemari..
Tahukah saudaraku, disuatu ketika engkau lelah mengayuh perahu kehidupan. Disuatu kala engkau akan merasa letih dan ada kalanya sayapmu melemah dan patah, lalu engkaupun terjatuh. Maka, ketahuilah disana ada banyak guru lain. Guru kehidupan!
Engkau melihatnya sederhana, bahkan tidak ada seorangpun memanggilnya guru. Ia berkata-kata dan dengannya engkau berubah, Allah berkenan mengakibatkan kedua tangan dan lisannya sebagai asbab cahaya hidayah yang masuk kehatimu.
Dan, engkaupun bangun dengan kaki yang gres. Berjalan dan berlari. Lalu meninggi lagi. Ingatkah bahwa kehidupan ini keseluruhannya ujian. Nabi Adam Alaiyhissalam diturunkan kebumi ini untuk diuji. Bukan expedisi kekutub selatan atau jalan-jalan.
Maka engkaupun akan diuji. Semakin engkau meninggi, maka kemungkinan makin berat engkau rasakan ketika kelak terjatuh..
Ketika engkau sudah meninggi, sebetulnya gurumu lah yang paling bahagia melihat ketinggianmu dari bawah. Dan dia tak akan pernah lupa kepadamu, megangimu dan menguatkanmu. Meski engkau kini, mungkin sudah melupakannya.
Jangan lupa, anak tangga itu mirip batuan dalam bangunan ia saling menopang lalu membentuk satu istana. Istanamu tak akan awet jikalau engkau lupakan untuk perhatikan pondasinya.
Meski pondasi tak pernah ingin diatas, dialah yang dahulu mengirim dan menahanmu. Ayah ibumu, guru-gurumu dan guru kehidupanmu. Disekitarmu..
Jangan pernah meninggi tanpa restu gurumu, apalagi menghancurkan anak tangga yang dahulu engkau injak. Karena dia akan merobohkan dirimu. Menghancurkanmu dari puncak sana.
Betapa banyak orang-orang sukses dunianya, namun hatinya dalam kesedihan dan kesulitan. Bukanlah ilmu itu yang berkah itu melahirkan amal, keberkahan dan fasilitas?
Kenapa hari-hari semakin sulit dan menyesakkan, penuh kerapuhan dan kegoyahan?
Lihatlah kebawah, sambungkan kembali rantai yang engkau putus. Susun kembali silaturahim. Bangun kembali pondasi dan anak-anak tangga pertama, kedua hingga tangga puncak dimana engkau bangkit.
Jangan lihat keatas terus, sesekali lihatlah kebawah. Siapakah dirimu 2 atau 3 tahun lalu. 5 atau 10 tahun lalu. Dan peluklah lukisan kisahmu, beserta pelukis-pelukis agung disebaliknya. Maka pagi ini, tak lama lagi engkau akan rasakan nikmatnya secangkir kebahagiaan.
Anggaplah goresan pena ini yaitu celoteh.
Dari seorang sobat, ditangga kehidupanmu.
Nuruddin Al Indunissy
Kediri 15 Agustus 2019
Ya Allah Aku Lelah Menjalani Hidup ini, By: Nuruddin Al Indunissy |