Waktu dan Tempat Keluarnya Dabbah

Dalam suatu riwayat diceritakan: Keluarnya Dabbah besok bertepatan pada dikala Nabi Isa as. Sedang thawaf di Ka’bah Baitullah, namun berdasarkan banyak riwayat dan kecondongan usulan para ulama, keluarnya Dabbah yaitu sehabis pintu taubat tertutup. Dabbah keluar dari jurang Tihamah erat Pesangen atau dari sebelah dua pal hijau, di situ bumi bergetar sampai jadinya terbelah, lalu dari dalam bumi keluarlah Dabbah (Sahab) sebagaimana firman Allah Swt dalam surat An-Naml ayat 82:
وَإِذَاوَقَحَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْنَالَهُمْ دَابَّةًمِنَ اْلأَرْضِ تُكَلَّمُهُمْ أَنَّ لنَّاسَ كَانُوْابِآيَاتِنَالاَيُوْقِنُوْنَ
“Apabila telah kami putuskan sebuah siksaan atas mereka itu, lalu kami keluarkan hewan merangkak dari bumi (dabbatul ardhi) dan berbicara mengatakan bahwa manusia itu tidak percaya akan gejala kebesaran kami.”
Diriwayatkan dari Abi Qatadah dari Al-Alla’ bin ziyad al-Adawi dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُحَتَّى يَجْتَمِحُ أَهْلَ الْبَيْتِ عَلَى الإِنَاءِالْوَاحِدِوَهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ كَافِرُهُمْ وَمُُؤْمِنُهُمْ:قِيْلَ وَكَيْفَ كَانَ ذَلِكَ قَالَ تَخْرُجُ الدَّابَّةُوَهِيَ ذَابَّةُاْلأَرْضِ فَتُمْسِخُ كُلُّ إِنْسَانٍ فَأَمَّاالْمُؤْمِنُ فَتَكُوْنُ نَكْتَهُ بَيْضَا ءَفَتَغْشُوْافِيْ وَجْهِهِ حَتَّى يَبْيَضَ لَهَا وَأَمَّاالْكَافِرُفَتَكُوْنُ نَكْتَهُ سَوْدَاءٌفَتَفْشُوْافِيْ وَجْهِهِ حَتَّى يَسُوْدُلَهَاوَجْهُهُ حَتَّى تَتَبَا يَعُوْافِيْ أَسْوَاقِهِمْ فَيَقُوْلُوا : كَيْفَ يَبِيْحُ هَذَايَامُؤْمِنُ وَكَيْفَ تَأْخُذُهَذَايَ كَافِرُفَمَايُرِدْبعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
Tidak terjadi hari akhir zaman ahlul bait berkumpul pada satu kawasan dan mereka tidak mampu mengenali orang kafir atau orang muslim. Dikatakan: “Bagiamana kondisi mereka?”
Nabi menjawab: “Keluarnya Dabbah yakni Dabbatul-ardhi, beliau mengusap paras setiap insan. Adapun orang mukmin , maka dicaplah berwarna putih hingga parasnya bermetamorfosis putih. Sedangkan orang kafir dicap berwarna hitam sampai parasnya menjelma hitam, sehingga mereka saling memperjualbelikan di pasar-pasar, mereka (orang kafir) berkata: “Apakah engkau memasarkan (wajahmu) ini hai orang mukmin?”Dan orang mukmin menjawab: “Bagaimana (cara) mengambil (wajahku) ini hai orang kafir?”, Maka tidak (terealisasi) yang mereka harapkan di antara mereka.