Di antara bentuk perumpamaan cinta Anda pada bawah umur adalah mencium mereka. Ciumlah anak Anda setiap hari & izinkan mereka mencium kepala Anda & kepala ibunya setiap hari pula.
Sungguh, ciuman seorang ayah atau ibu memiliki efek kasatmata pada anak-anaknya. Sebab, ciuman merupakan istilah cinta, perhatian, kerinduan & lain sebagainya dr makna-makna keindahan yg bisa mempertahankan keserasian rumah tangga.
Berusahalah Anda untuk mencium bawah umur Anda saban hari dlm rangka mengungkapkan rasa sayang & cinta Anda pada mereka.
Hal ini pula dilaksanakan oleh Nabi kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Suatu saat, ia mengajukan pertanyaan pada seorang badui,
“Apakah kalian mencium anak kalian saban hari?”
Orang itu menjawab, “Sesungguhnya gue mempunyai sepuluh orang anak yg tak pernah gue cium satupun di antara mereka.”
Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,
“Apa yg sudah kau-sekalian lakukan? Sesungguhnya Allah sudah mencabut rahmat dr hatimu.” (HR. Muslim & At-Tirmidzi).
Telah diriwayatkan dlm sebuah atsar dr Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, bahwa ia menuturkan,
“Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di rumahku. Tatkala itu pembantu menyampaikan bahwa Ali & Fathimah ada dlm kamarnya.
Ketika itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku,
“Bangunlah ananda tolong panggilkan hebat baitku.”
Mendengar sabda dia itu, gue bangkit & berdehem di erat rumah. Seketika itu juga, masuklah Ali & Fathimah, bersama kedua anaknya Al-Hasan & Al-Husain yg masih balita
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menggendong kedua balita tersebut & meletakkannya di atas pangkuannya lalu mencium keduanya.
Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memeluk Ali pada satu tangannya & Fathimah pada tangan yg lain, dia mencium Fathimah & mencium Ali, kemudian Rasulullah memberi mereka suatu kain hitam, kemudian dia berdoa,
“Ya Allah, gue minta terhadap-Mu supaya menjauhkan gue & keluargaku dr neraka.”
Aku (Ummu Salamah) katakan, “Aku bagaimana wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Kamu juga.” (HR. Ahmad dlm Musnad-nya [6/296]).
Dikutip dr buku Kaifa Takûnâ Abawain Mahbûbain karya Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini. Semoga berguna.
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]