Wahai Istri, Sambutlah Suami Ketika Pulang Kerja (Bagian 2)

Lanjutan dr Wahai Istri, Sambutlah Suami Tatkala Pulang Kerja

Sungguh, gerimis yg jatuh pada trend panas mampu menghilangkan kelembutan baju, menghancurkan gemerlap setrikaannya & membasahinya.

Sementara itu, berondongan pertanyaan kolot seorang istri pada suaminya mampu menghilangkan selera makannya & ketenangannya.

Untuk itu, wahai para istri yg terhormat, hindarilah langkah-langkah-langkah-langkah kurang pandai & berondongan pertanyaan & tuduhan sepulang suamimu dr kerja.

Mungkin ananda heran dgn pesan yang tersirat seperti ini.

Namun demikian, ada satu hal yg harus ananda mengerti, bahwa keadaan suamimu yg terlambat pulang akan terus berulang, kalau beliau terpengaruh dgn tindakanmu sesampai dia di rumah.

Suamimu pula akan menjauh dr rumah agar dia tak murka-marah membalas semua tuduhanmu sehingga pikirannya tak tertumpuk problem denganmu.

Terkadang istri yg tak tahu aib itu menyatakan, bahwa motif dia melakukan itu semua alasannya cintanya yg besar, agar suaminya tiba tepat waktu & niatnya tulus dikala melakukan itu semua.

Namun, satu hal yg menjadi pertanyaannya adalah apakah kesuksesan hidup dengan-cara umum terutama kehidupan rumah tangga dapat tercipta cuma dgn niat yg nrimo?

Jawabnya, niscaya tidak, alasannya adalah ketulusan hati tanpa diikuti dgn tindakan yg benar alhasil berbalik seratus delapan puluh derajat.

Tensi darah naik, lambung bocor & penyumbatan urat syaraf mudah menghinggapi orang-orang bertipikal perasa & bergaul dgn orang yg membuatnya murka saban hari, baik mereka di rumah, di jalan atau pun di daerah kerja.

Banyak sekali warung-warung makan yg sesak ramai dipadati oleh para suami untuk makan sarapan pagi, siang & malam cuma untuk menjauh dr istri-istri mereka yg tak terpelajar mengolah masakan, tak berilmu berbicara, tak bisa bercengkerama dgn baik & tersenyum saat melepas & menyambut kedatangan mereka.

  Mereka yang Gerak Cepat untuk Sang Atlet Akhirat

Sungguh, para suami yg baik tak mau dihargai dengan-cara berlebihan. Mereka hanya ingin mengenali, bahwa kepulangannya ke rumah ditunggu-tunggu oleh istrinya.

Mereka ingin senyuman pertama yg ia lihat sebelum meninggalkan rumah ialah senyuman istri & anak-anaknya. Hal yg sama pula ingin mereka lihat ketika pulang ke rumah.

Dikutip dr buku Kuni Aniqah karya Shafa Syamandi.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]