Wahai Istri, Milikilah Suamimu!

Wanita ideal bisa menerjemahkan setiap reaksi suaminya & memahami keterkaitannya dgn orang sekitarnya sehingga ia mampu menenteramkan hatinya & berinteraksi dengannya dgn sarat kelemah-lembutan.

Dia senantiasa mengukur perbuatan suaminya dgn ukuran yg sempurna. Seorang istri melakukan kesalahan fatal jika berupaya menghimpun keayuan luar dgn buruknya pelayanan.

Dia terbujuk dgn keayuan wajahnya, kekayaan yg dimilkinya atau dgn kehormatan nasabnya. ia menduga itu semua menjadi poros yg menjadi pusat peredaran kehidupan di dunia ini.

Dia memaksa orang lain untuk toleran dgn buruk perangainya & menjaga perasaannya. Sementara ia sendiri tak mempedulikan kesopanan & budbahasa yg berlaku & menundukkan manusia yg berpegang dgn kesopanan untuk membiarkannya.

Sehingga, mereka terpaksa menutup mata atas kesalahannya & mereka pura-pura tak mengetahuinya, padahal jiwa-jiwa mereka stress.

Jika sifat ini yg ditampakkan tatkala berinteraksi dgn manusia sekitar, lalu bagaimana interaksinya dgn suaminya?

Wanita ideal ialah sebaik-baiknya orang yg bisa mengerti suaminya, sebaik mungkin orang yg menjadi partner pengetahuannya, sebaik mungkin orang yg bisa melupakan kesedihannya, sebaik mungkin orang yg mengetahui pandangannya & diamnya.

Jika sang suami mengangkat kedua pandangannya ke langit-langit rumah, ia mampu menangkap apa yg ada dlm pikirannya.

Jika insan sekitar tak mampu memuaskannya, maka ia sebagai orang yg paling mengerti alur pemikirannya, sehingga ia bisa memuaskannya, karena perhatiannya sama dgn perhatian suaminya.

Dia berupaya mengetahui dirinya semoga mampu mengetahui suaminya. prioritasnya berlangsung beriringan dgn prioritas sang suami tersayang.

Neraca yg dipergunakan wanita ideal layaknya suatu termometer. Jika air raksa yg berada di dalamnya naik atau turun seiring dgn suhu panas, maka ia naik & turun menurut reaksi suami menanggapi perbuatan & omongannya, sehingga ia mampu menyingkapi angka rahasianya.

  Suami Ingat Masakan Ibu dan Saudarinya? Ini Trik Mengatasinya

Jika perbuatan yg dilakukannya menawarkan keberhasilan & menguntungkan, maka ia berusaha untuk meneruskannya dgn sarat kehati-hatian & secukupnya, sebagaimana seorang yg sedang minum air, ia mencicipi kenikmatan tatkala merasakan kesegaran saja.

Dia akan meneruskan perbuatannya sampai manfaatnya berkurang. Dan tatkala itu terjadi, ia secepatnya mengubah dgn tindakan yg lainnya.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Bersambung ke Wahai Istri, Milikilah Suamimu! (Bagian 2)