Memahami acuan ekonomi politik perkotaan – desa Pontianak – Jakarta, maka dilanjutkan dengan aspek kehidupan sosial memiliki ragam budaya dan agama yang saling berkaitan kepada asimilasi kehidupan masyarakat yang hidup disekitar daerah perkotaan, sebab keadilan dan kebenaran maka kota itu akan diampuni.
Ketika memahami berbagai hal terkait dengan aspek budaya lokal, akan paham dengan adanya karakteristik masyarakat yang berada pada posisi masyarakat yang hidup pada daerah kota dan desa. Maka, akan terlihat bagaimana mereka bekerja sesuai dengan kepentingan seksualitas ekonomi kota dan rumah tangga.
Hal ini menjelaskan adanya metode budaya sosial yang berasal dari kehidupan masyarakat desa sebelumnya dengan adanya penyimpangan agama, ekonomi dan budaya yang berlainan, namun hal ini saling menghipnotis aneka macam ragam kehidupan sosial yang tidak terencana.
Berbagai penjelasan dalam hal ini akan berbeda dengan adanya kehidupan sosial yang dimulai dari kota, pinggiran, dan kelas pekerja. Disitu akan terlihat dengan adanya perubahan masyarakat lokal yang berasal dari era kehidupan permulaan penduduk Tionghoa pada era sesudah kemerdekaan 1960an – Reformasi.
Adanya kepentingan ekonomi dan pembentukan kota menjadikan mereka berasimilasi budaya dan ekonomi sejalan dengan adanya pergeseran sosial dan wilayah yang menempatkan banyak sekali hak terkat aspek kehidupan sosial, baik itu disengaja atau tidak kepada banyak sekali kekerasan yang terjadi.
Berbagai gambaran permulaan dari kehidupan sosial dan miskinnya kota Pontianak sebelum adanya aneka macam kepentingan penduduk yang tinggal dari desa ke kota. Tepatnya memiliki peranan penting terhadap masalah sosial budaya berdasarkan teladan hidup di tengah penduduk .
Ketika mengerti masyarakat desa sesuai dengan problem masyarakat kota yang pantas dimengerti adanya perubahan penduduk Desa, maka aneka macam ekonomi politik dan sistem sosial yang berefek pada kehidupan ekonomi yang di rencanakan dengan adanya aspek kehidupan budaya mereka sendiri.
Tampak ingin menguasai atau tidak maka metode ekonomi dipraktekkan berdasarkan asimilasi budaya terlihat dengan adanya kepentingan budaya dan agama. Dari situ terlihat dengan adanya moralitas dan adat yang berlanjut pada kepentingan ekonomi kota 2002 – 2008.
Kepentingan ekonomi politik, dan impian masuk pada kelas sosial keatas tampak dengan lelahnya miskin pengetahuan dan budaya, dan adab serta moralitas sebelumnya dibangun oleh kedua orang bau tanah mereka hasil dari seksualitas dan kepentingan agama Kristen – Protestan dan non kristiani di Indonesia, kepada budaya mereka dikala ini, sebelumnya hidup selaku perompak kapal (Batak – Tionghoa), hasil seksualitas.
Tidak jauh berlawanan dari budaya sebelumnya abad kolonial Belanda, dan konsumsi masakan, dan teknologi serta wawasan yang tidak memiliki rasa budaya malu kepada pembangunan ekonomi mereka di penduduk Tionghoa sebelumnya adanya agama masuk.
hingga dikala ini, begitu juga dengan orang biadab Sihombing yang tampak dengan munafik hidup pada agama Nasrani dan Protestan guna bertahan hidup sesuai dengan moralitas rendah mereka di penduduk Khek dan Tiochu (Budha – Konghucu), serta Dayak disini terlebih masuk pada agama Katolik di Indonesia, pembangunan ekonomi yang tidak mampu mengeluarkan uang pekerja Pontianak – Jakarta.