Ummu Salamah dan Kesabaran yang Mengangkat Derajatnya (Bagian 2)

Lanjutan dr Ummu Salamah & Kesabaran yg Mengangkat Derajatnya

Selanjutnya, mereka merebut tali kekang unta dr tangan Abu Salamah & merampas diriku.

Karena peristiwa itu, marahlah Bani Abdul Asad. Mereka pergi untuk mengambil anak kami, Salamah. Mereka berkata,

“Demi Allah, kami takkan biarkan anak kami pada ibunya apabila kalian merebut ia dr orang kami.”

Selanjutnya, mereka saling memperebutkan anakku, Salamah, hingga akhirnya mereka berhasil merebutnya dr genggaman orang-orang dr sukuku, kemudian dibawa lari oleh orang-orang dr suku Abu Salamah, Bani Asad.

Sedangkan gue sendiri ditahan oleh Bani Al-Mughirah. Sementara suamiku, Abu Salamah, meneruskan perjalanannya ke Madinah. Mereka sudah memisahkan antara saya, suamiku, & anakku.

Setiap pagi gue keluar lalu duduk di Abthah. Di sana gue terus-menerus menangis. Demikianlah keadaanku sampai nyaris satu tahun.

Hingga pada suatu sewaktu, lewatlah seorang laki-laki dr kalangan sepupu-sepupuku melintasi aku. ia melihat roman wajahku, & merasa kasihan kepadaku. ia berkata pada Bani Al-Mughirah,

“Tidakkah kalian lepaskan perempuan malang ini? Kenapa pisahkan ia dr suami & anaknya?”

Mereka pun berkata, “Susullah suamimu, jikalau ananda mau.”

Sementara itu, Bani Asad pula mengembalikan anakku kepadaku. Lalu, gue merencanakan untaku & meletakkan anakku di pangkuanku, kemudian gue berangkat hendak menemui suamiku di Madinah, tanpa ditemani siapa pun.

Aku terus berlangsung hingga tiba di Tan`im, gue bertemu dgn Utsman bin Thalhah, seorang warga dr Bani Abdud Dar.

Dia bertanya, “Hendak ke mana, hai putri Abu Umaiyah?”

“Aku hendak menemui suamiku di Madinah,” jawabku.

“Adakah seseorang yg menemanimu?” tanyanya pula.

  Kisah di Balik Live Facebook BersamaDakwah Aksi Bela Umat islam

Aku jawab, “Tidak ada, demi Allah, selain Allah & anakku ini.”

Utsman berkata, “Demi Allah, ananda tak boleh dibiarkan.”

Lantas ia pun memegang kendali untaku, kemudian berangkat menuntun gue dlm perjalanan itu. Demi Allah, gue tak pernah berteman dgn seorang laki-laki Arab yg kulihat lebih mulia dr ia.

Apabila singgah di sebuah daerah, ia mengistirahatkan untaku kemudian ia pun menghindarke sebatang pohon, kemudian berbaring di bawahnya. Apabila dikala keberangkatan hampir tiba, ia bangkit mendekati untaku.

Dia menghidupkan unta itu, lalu merencanakan segala sesuatunya, kemudian ia mundur ke belakang, barulah ia berkata kepadaku, “Naiklah.”

Apabila gue sudah naik, lalu duduk tegak di atas unta, ia pun datang lagi kepadaku lalu mengambil kontrol untaku, kemudian menuntun perjalananku hingga singgah di suatu daerah selanjutnya.

Demikian seterusnya Utsman melaksanakan seperti itu, hingga sampai di Madinah.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Berlanjut ke Ummu Salamah & Kesabaran yg Mengangkat Derajatnya (Bagian 3)