Ummu Kultsum, Mujahidah Putri Nabi (Bagian 3)

Lanjutan dr Ummu Kultsum, Mujahidah Putri Nabi (Bagian 2)

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, tak lama kemudian Zaid bin Haritsah tiba untuk menemani Ummu Kultsum & Fathimah beserta keluarga Abu Bakar menuju Darulhijrah (Madinah).

Mereka pun berangkat dgn penuh kerinduan menuju Madinah Al-Munawwarah, & di sana mereka disambut oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengajak mereka ke rumahnya yg telah beliau siapkan untuk keluarganya sesudah menyelesaikan pembangunan Masjid Nabawi.

Saat perang Badar terjadi, Ruqayyah yg merupakan kakak dr Ummu Kultsum Radhiyallahu Anha dan sekaligus istri dr Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, wafat.

Setelah masa berkabung atas kepergiannya berakhir, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahkan Ummu Kultsum dgn Utsman bin Affan pada bulan Rabiul Awwal tahun ketiga hijrah.

Dengan pernikahannya ini, & pernikahannya yg sebelumnya dgn Ruqayyah, Utsman bin Affan dijuluki Dzunnurain (orang yg memiliki dua cahaya). Ini merupakan sebuah kehormatan & kemuliaan yg tak pernah ditemukan oleh shahabat lain.

Ummu Kultsum pun mengarungi bahtera rumah tangganya dgn Utsman dlm keadaan yg sebaik mungkin. Ia ikut menyaksikan bagaimana bendera Islam terus naik hari demi hari.

Ummu Kultsum pula menyaksikan usaha yg dijalankan oleh suaminya dlm mengabdikan dirinya pada Islam.

Ia hidup bareng Utsman selama enam tahun, namun ia tak melahirkan anak untuknya.

Kemudian Ummu Kultsum diserang oleh penyakit yg memaksanya untuk tetap berbaring di tempat tidurnya untuk beberapa usang, hingga kesudahannya ajal datang menjemputnya pada bulan Sya’ban tahun kesembilan hijrah.

Ayahnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencicipi kepedihan atas kepergiannya, & meminta pada Ummu Athiyah untuk memandikannya dlm jumlah yg ganjil.

  Fathimah, Pemimpin Kaum Wanita Surga yang Sangat Pemalu (Bagian 4)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pula memperlihatkan kainnya biar dipakai untuk mengkafaninya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri di atas makamnya dgn berderai air mata, & hati yg penuh kesedihan, atas kepergian putrinya tersayang Ummu Kultsum.

Al-Bukhari meriwayatkan di dlm kitab Shahih-nya dr Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa ia berkata,

“Kami ikut mengantarkan mayat putri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam” maksudnya ialah Ummu Kultsum, “Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas makamnya & gue menyaksikan beliau meneteskan air mata.”

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Berlanjut ke Ummu Kultsum, Mujahidah Putri Nabi (Bagian 4)