close

Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan 
Tujuan Pendidikan Nasional ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembang kan manusia Indoensia seutuhnya, ialah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai wawasan dan keahlian, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-kontes dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala faktor kehidupan.
Pendidikan ialah salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Pendidikan Tinggi. Intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk huruf seseorang yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya Ujian Nasional sebagai tolak ukur kesuksesan pendidikan tanpa menyaksikan proses pembentukan  aksara dan kecerdikan pekerti anak.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Dasar 1945 (model Amandemen) disebutkan bahwa:
1.    Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyeleng-garakan satu sistem pendidikan nasional, yang memajukan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
2.    Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk pertumbuhan peradaban serta kemakmuran umat manusia.”
Dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 disebutkan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional dalam Jabaran UUD 1945 wacana pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi menyebarkan kemampuan dan membentuk sopan santun serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik biar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cendekia, piawai, kreatif, mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Sejalan dengan Tujuan Pendidikan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Tujuan Pendidikan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003, UNESCO menyebutkan bahwa : Dalam upaya meningkatkan mutu sebuah bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui kenaikan mutu pendidikan. Berangkat dari pedoman itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk periode kini maupun kala depan, adalah: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut memadukan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
     Bertolak dari usulan di atas dapat ditegaskan bahwa: Tujuan pendidikan, yakni membentuk insan seutuhnya yang Pancasilais, dimotori oleh pembangunan afeksi. ini cuma mampu dikerjakan dengan ilmu pendidikan bercorak Indonesia sesuai dengan keadaan Indonesia, dan dengan penyelenggaraan pendidikan yang menggunakan konsep sistem.Penyelenggaraan pendidikan yang bagus yaitu sesuai dengan landasan-landasan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang berlandaskan aturan akan mengakibatkan penyelenggaraan pendidikan terarah, terstruktur dan sesuai dengan akar kebudayaan nasional. Tujuan pendidikan juga mampu diartikan sebagai upaya untuk menciptakan eksklusif bermutu dan mempunyai karakter sehingga mempunyai visi yang luas kedepan untuk menggapai cita-cita yang dibutuhkan serta bisa menyesuaikan diri secara efisien dalam aneka macam lingkungan. Jadi salah satu rancangan pendidikan itu sendiri adalah untuk sarana motivasi diri biar menjadi lebih baik. Pendidikan bisa dimulai sejak bayi masih berada dalam kandungan mirip yang banyak orang lakukan dengan memperdengarkan musik, membaca untuk sang bayi yang masih berada dalam kandungan atau mengajaknya bercakap-mahir. Hal ini dijalankan dengan harapan mampu memberi masukan ilmu kepada sang bayi sebelum proses kelahiran.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan insan Indoensia seutuhnya, adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan kemampuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri untuk lebih baik dalam segala faktor kehidupan. Pendidikan ialah salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan Perguruan Tinggi.Pada pada dasarnya pendidikan itu bermaksud untuk membentuk huruf seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan namun disini pendidikan cuma menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya Ujian Nasional sebagai standar kesuksesan pendidikan tanpa menyaksikan proses pembentukan abjad dan kebijaksanaan pekerti.
1.     Tujuan Pendidikan dalam UUD 1945 (Versi Amandemen)
  1. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyeleng-garakan satu metode pendidikan nasional, yang mengembangkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
  2. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk perkembangan peradaban serta kesejahteraan umat insan”.
2.     Tujuan Pendidikan dalam UU No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 ihwal pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kesanggupan dan membentuk adab serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bermaksud untuk berkembangnya potensi akseptor didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, pintar, mahir, inovatif, mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Secara historis pendidikan ialah hal yang sudah ada sejak zaman dulu. Sejak sejarah bangsa Yunani, ialah mengarahkan terhadap ketentraman. Dengan kata lain, tujuan pendidikan berdasarkan bangsa Yunani ialah untuk menciptakan kedamaian dalam kehidupan. Tujuan pendidikan ialah seperangkat hasil pendidikan yang diraih oleh penerima bimbing sesudah diselenggatan acara pendidikan. 
Beberapa tokoh lain mempunyai beberapa desain pemahaman tujuan pendidikan antara lain sebagai berikut:
1.   Ki Hadjar Dewantoro.Tujuan pendidikan adalah untuk mendidik anak semoga menjadi insan yang sempurna hidupnya, adalah kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.
2.     Friedrich Frobel.Tujuan pendidikan yaitu membentuk anak menjadi makhluk aktif dan inovatif, bisa menata hidup diri, keluarga dan lingkungan yang lebih luas, serta untuk meraih meraih kemakmuran hidup patut.
3.  John Dewey.Tujuan pendidikan yaitu membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang bagus, yaitu anggota masyarakat yang memiliki kecakapan simpel dan mampu memecahkan dilema sosial sehari-hari dengan baik. John Dewey ialah seorang filsuf dari Amerika Serikat yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain selaku filsuf, Dewey juga dikenal selaku kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
4.  Menurut UU No. 2 Tahun 1985 Menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsadan membuatkan manusia yang seutuhnya adalah yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki wawasan dan kemampuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
5.   Tap MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diinginkan oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 945.
6.     UUD 1945 (Versi Amandemen) 1) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusaha-kan dan mengadakan satu tata cara pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang dikelola dengan undang-undang.” 2) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk perkembangan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
7.  UU. No.20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membuatkan potensi penerima ajar agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdik, piawai, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
8.     Bloom. Pendidikan memiliki tiga tujuan utama yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif berafiliasi dengan kesanggupan otak atau intelektual  mental penerima ajar. Afektif berhubungan dengan sikap serta perasaan dan nilai nilai sopan santun peserta latih. Dan terakhir ialah Psikomotorik yang menyangkut kesanggupan motoris penerima bimbing.
9.     Unesco menyebutkan dalam upaya mengembangkan mutu suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan kualitas pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui forum UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk kurun sekarang maupun periode depan, yaitu: (1) learning to Know,(2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
10.  Sistem Pendidikan Nasional Indonesia meliputi beberapa tujuan pendidikan yang kemudian disebut selaku kompetesi latih atau kompetensi pendidikan.  selaku  (1)Tujuan Pendidikan Nasional atau TPN yang tercantum dalam UU. No. 20 Tahun 2003. Selanjutnya dikenal dengan (2) Tujuan Institusional. yaitiu tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dapat dibilang sebagai kualifikasi yang mesti ada dalam setiap peserta latih ketika lulus dari institusi tersebut. Sehingga bentuk dari tujuan biasa seperti standar kompetensi pendidikan dasar, patokan kompetensi pendidikan menengah kejuruan dan yang lain. Ketiga (3)Tujuan Kurikuler yaitu  tujuan yang harus diraih oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Kaprikornus, setelah dikontrol pada tingkat forum, kini diatur pada tingkat pelajaran yang diterima penerima asuh atau anak asuh. Diterangkan pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan , dan khusus pada jenjang pendidikan dan menengah terdiri atas 5 bagian besar adalah:
a.  Kelompok mata pelajaran agama dan adab mulia (The group of religious subjects and morals)
b.     Kelompok mata pelajaran Ilmu wawasan dan teknologi (Group of subjects Science and technology).
c.   Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian (Group of subjects of citizenship and personality).
d.  Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan (Group of physical subjects, sports, and health).
e.     Kelompok mata pelajaran estetika (Group of aesthetic subjects).
11.  Tujuan Pendidikan Menurut Pembelajaran/Instruksional ialah ialah tujuan yang paling khusus dan ialah bab dari tujuan kurikuler.Tujuan Pembelajaran berdasarkan konsep ini adalah kemampuan yang mesti dimiliki penerima latih setelah mereka mempelajari bahasan tertentu  dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Tujuan Pembelajaran dijabarkan oleh guru-dosen yang mengajarkan/mengampu mata kuliah/pelajaran tersebut. Tegasnya  sebelum guru-dosen mengajar, atau masuk tahun ajaran gres, maka materi yang guru-dosen ajarkan tersebut  mesti mempunyai tujuan pembelajaran atau disebut juga selaku tujuan instruksional.
Indonesia selaku negara berdaulat memiliki tujuan pendidikan tersendiri yang dikontrol dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan nasional menurut UUD 1945, yang diatur dalam pasal 31 ayat 3 dan pasal 31 ayat 5  Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 3 menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan mengadakan satu sistem pendidikan nasional, yang mengembangkan keimanan dan ketakwaan serta etika mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang dikontrol dengan undang-undang”.Selanjutnya dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu wawasan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk perkembangan peradaban serta kesejahteraan umat insan”.Ditegaskan dalam UU No.20 Tahun 2003 bahwa:Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kesanggupan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional juga untuk membuatkan potensi peserta latih semoga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berakal, piawai, inovatif, berdikari, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 
12.   M.J. Langeveld menyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah upaya dalam membimbing insan yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan yakni suatu usaha dalam menolong anak untuk melaksanakan peran-tugas hidupnya, biar mandiri dan bertanggung jawab secara etika. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab.Martinus Jan Langeveld   menambahkan bahwa Pendidikan ialah upaya menolong anak untuk mampu melakukan tugas hidupnya secara mampu berdiri diatas kaki sendiri semoga mampu bertanggung jawab secara akhlak. Pendidikan merupakan usaha manusia remaja dalam membimbing insan yang belum cukup umur menuju kedewasaan. Secara khusus M.J. Langeveld mengkategorikan tujuan pendidikan itu menjadi enam (6) bentuk sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan Umum. Tujuan pendidikan secara lazim ialah untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani anak bimbing. Pertumbuhan jasmani yang dimaksud dalam tujuan pendidikan adalah apabila batas pertumb2uhan fisik maksimal yang bisa diraih oleh seorang anak. Sementara kedewasaan rohani dalam tujuan pendidikan bermakna mampunya seorang anak untuk menolong dirinya sendiri ketika mengalami permasalahan dan mampu bertanggung jawab atas semua perbuatannya. 
2.  Tujuan Pendidikan Khusus. Tujuan pendidikan secara khusus ialah tujuan pendidikan yang mau diraih secara khusus menurut usia, jenis kelamin, sifat, bakat, intelegensi, lingkungan sosial budaya, dan lain sebagainya. 
3. Tujuan Pendidikan Tidak Lengkap. Tujuan pendidikan tidak lengkap adalah tujuan pendidikan yang menyangkut cuma sebagian aspek pada hidup insan. 
4.  Tujuan Pendidikan Sementara. Tujuan pendidikan seringkali tidak dapat dicapai hanya melalui satu langkah. Tujuan pendidikan sementara mampu dipahami sebagai proses yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan utama setingkat demi setingkat. Tujuan pendidikan pada tiap tingkatan inilah yang dimengerti sebagai tujuan pendidikan sementara. 
5.   Tujuan Pendidikan Intermediet. Tujuan pendidikan intermedier ialah tujuan pendidikan sampingan yang berfungsi sebagai perantara tujuan pendidikan pokok. Contohnya, orang renta membiasakan anaknya untuk mencuci piring sesudah simpulan makan. Kebiasaan ini ditanamkan sebagai tujuan pendidikan agar anak mempunyai rasa tanggung jawab. 
6.   Tujuan Pendidikan Insidental. Tujuan pendidikan insidental ialah tujuan pendidikan yang dicapai pada dikala-saat tertentu dengan sifat saat itu juga dan impulsif. Contohnya orang renta menegur anaknya semoga tidak melukai binatang dikala si anak hendak mengambil kerikil untuk melempar hewan kesayangannya seperti Kucing, Kelinci Burung dan sebagainya.orang tua melarang anaknya,namun anaknya tetap melakukannya.
3.     Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya mengembangkan mutu suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan kualitas pendidikan. Berangkat dari anutan itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk abad sekarang maupun era depan, ialah: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut memadukan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ yang ialah rancangan pendidikan berdasarkan Daniel Goleman
4.     Tujuan Pendidikan Menurut Kemdiknas 
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan: Tujuan Pendidikan Nasional ialah membuatkan potensi peserta ajar supaya menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, akil, cakap, inovatif, mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.“Intelligence plus character that is the goal of true education (Martin Luther King Jerman). Semua orang pasti setuju jikalau pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menolong seseorang mencapai kedewasaan dan kesuksesannya, walaupun sesungguhnya pendidikan bukanlah satu-satunya hal yang memilih keberhasilan tersebut. Kepandaian tanpa pembentukan karakter yang bagus hanya akan menghasilkan sebuah ijazah, tetapi tidak menciptakan generasi yang berbudi luhur. 
Saat ini, banyak belum dewasa bangsa yang telah menempuh pendidikan sejak usia dini, bahkan semenjak umur mereka masih dua atau tiga tahun. Meskipun demikian pendidikan formal sesungguhnya baru mulai di Sekolah Dasar (Sekolah Dasar) saat anak berumur tujuh tahun Setelah menempuh pendidikan “Pra Sekolah” (PAUD/Taman Kanak-kanak). Ketika di Sekolah Dasar, bawah umur diajari ilmu-ilmu mendasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Kurikulum yang dibuat dari pendidikan di SD pun cenderung ringan karena anak usia Sekolah Dasar tidak cuma difokuskan untuk belajar, namun juga bermain. Salah satu dilema fundamental pendidikan yakni kaburnya tujuan pendidikan. Hal ini menimbulkan isi dan tata cara pendidikan kerap kali tidak tepat alasannya tujuan pendidikan yang tidak terperinci. Tujuan pendidikan bantu-membantu sangat berguna untuk menentukan ke arah mana seorang pelajar akan dibawa.Pendidikan sebagai sebuah usaha sadar memerlukan tujuan yang dirumuskan. Karena tanpa tujuan, maka pelaksanaan pendidikan akan kesasar.Tujuan pendidikan dijadikan selaku sebuah aliran bagaimanakah proses pendidikan semestinya dikerjakan, dan hasil apa yang dibutuhkan dalam proses pendidikan. Setiap aktivitas yang berkala, pendidikan memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Sulit dibayangkan dalam benak, bila ada suatu aktivitas tanpa memiliki kejelasan tujuan. Demikian pentingnya tujuan tersebut tak mengherankan jikalau ditemui banyak kajian yang sungguh sungguh di kalangan para hebat mengenai tujuan tersebut. Berbagai buku yang mengkaji pendidikan selalu berusaha merumuskan tujuan baik secara lazim dan secara khusus.
Tujuan pendidikan mengarah pada kondisi apa yang diharapkan dalam proses pendidikan. Kondisi yang diharapkan atau tujuan yang ingin dicapai tentunya akan berbeda sesuai dengan pandangan hidup seseorang juga hasratnegara kawasan ia hidup. Pandangan hidup insan wacana tujuan pendidikan agak berbeda dengan tujuan pendidikan yang dianut kaum kapitalis, contohnya. Tujuan pendidikan di sebuah negara berlawanan pula dengan tujuan pendidikan di negara lain. Namun, meskipun perumusan tujuan pendidikan di banyak sekali negara itu berlawanan-beda, ada satu tujuan yang disepakati,yakni manusia pandai, terampil, dan menjadi warga negara yang baik.Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya sebuah bangsa akan ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan dari suatu bangsa tersebut.
Tujuan pendidikan ialah persyaratan usaha yang mampu diputuskan, serta mengarahkan perjuangan yang hendak dilalui dan merupakan titik pangkal untuk meraih tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan mampu menghalangi ruang gerak usaha supaya aktivitas mampu terkonsentrasi pada apa yang dicitacitakan, dan yang paling penting ialah dapat memberi evaluasi atau evaluasi kepada perjuangan-usaha pendidikan.Tujuan Pendidikan  ialah hal pertama dan paling penting jika akan merancang, membuat program, serta mengevaluasi pendidikan. Program pendidikan diputuskan oleh rumusan tujuan pendidikan. Dalam bahasa sederhana, kualitas pendidikan secepatnya tampakpada rumusan tujuan pendidikan. Sesusungguhnya tujuan pendidikan itu wajib mengandung tiga hal utama yaitu; pertama Autonomy adalah memberi kesadaran, wawasan dan kemampuan mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik. Kedua Equity (keadilan), mempunyai arti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberi potensi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk mampu ikut serta dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang serupa. KetigaSurvival yang bermakna bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi terhadap generasi selanjutnya.
Berdasarkan ketiga nilai tersebut di atas pendidikan mengemban tugas untuk menciptakan generasi muda bangsa yang lebih baik, adalah manusia-manusia yang berkebudayaan. Manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai di atas menggambarkan pendidikan dalam sebuah konteks yang sungguh luas, menyangkut kehidupan seluruh umat insan, di mana digambarkan bahwa tujuan pendidikan ialah untuk membuat sebuah kehidupan yang lebih baik.Pendidikan dan pembelajaran ialah sebuah kegiatan yang mengarah pada tujuannya, sebagaimana tercantum dalam GBHN dengan tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan tersebut masih biasa dan luas, sehingga tujuan-tujuan tersebut perlu diuraikan lagi dan membentuk hierarki yang saling menghipnotis serta berkaitan.Menurut M.J. Lavengeld (1980) tujuan umum pendidikan yakni kedewasaan atau manusia sampaumur, adalah insan yang memilih sendiri secara mandiri atas tanggung jawab sendiri. Pengertian lain perihal tujuan umum pendidikan ialah mampu melakukan peran keagamaan(Tuhan) dengan sebaik mungkin, melakukan tugas kemanusiaan, melakukan tugassebgai warga negara, bisa melaksanakan tugas kemasyarakatan, serta bisa melaksnakan peran sebagai pribadi yang berkeperibadian Pancasila dan UUD 1945. 
Tujuan Pendidikan secara biasa dikenal dengan Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional, yang dilandasi oleh falsafah suatu Negara. Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara, dasar pendidikan nasional yakni Falsafah Negara pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 3 dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1973 menyebutkan selaku berikut:
Tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia pembangunan ber-Pancasila dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki wawasan dan kemampuan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh empati, mampu menyebarkan kecerdasan yang tinggi diikuti kebijaksanaan pekerti yang luhur, menyayangi bangsanya dan sesame insan dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya dalam  Undang-Undang No. 20 tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan: Pendidikan Nasional berfungsi menyebarkan kemampuan dan membentuk adab serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi akseptor latih supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berakal, piawai, inovatif, berdikari dan menjadi warga Negara yang demokratis secara bertanggung jawab.
Berkaitan dengan Tujuan Pendidikan, Plato menyebutkan bahwa Tujuan Pendidikan adalah untuk merealisasikan negara yang ideal. Plato memastikan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui wawasan serta melepaskan diri dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran.Selanjutnya Aristoteles sebagai murid Plato menambahkan tujuan pendidikan yang seperti dengan Plato, namun ia mengaitkannya dengan tujuan negara. Ia menyampaikan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan tujuan simpulan dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan target utama pengerjaan dan penyusunan aturan serta mesti pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yakni kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia).
Tujuan Pendidikan menurut UUD1945 (Versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan mengadakan satu sistem pendidikan nasional, yang memajukan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang dikelola dengan undang-undang.” Pasal 31, ayat 5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk perkembangan peradaban serta kemakmuran umat insan.”
Jabaran UUD 1945 ihwal pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk adab serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta bimbing semoga menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, akil, piawai, inovatif, berdikari, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bila ketimbang undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.2/1989, ada kemiripan kecuali berlainan dalam pengungkapan. Pada pasal 4 dituliskan; “Pendidikan Nasional bermaksud mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan insan Indonesia seutuhnya, ialah insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki wawasan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. “Pasal 15 Undang-Undang yang serupa, tertulis, “Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan akseptor bimbing menjadi anggota penduduk yang mempunyai kemampuan mengadakan korelasi timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat menyebarkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.”
Pendidikan ialah salah satu hal yang sungguh diwajibkan oleh setiap pemerintah di Negara manapun, termasuk di Indonesia. Di Indonesia telah ada undang-undang yang mengontrol tentang sistem pelaksanaan pendidikan, yakni mulai dari usia sekolah dasar sampai SMP, yang masuk ke dalam hukum wajib berguru 9 tahun, sampai jenjang sekolah lanjut, sekolah kejuruan, hingga jenjang pendidikan  tinggi.Pendidikan tidak cuma dapatkan di dalam ruang lingkup formal saja, melainkan jugaada beberapa macam penidikan yang diberikan secara informal, baik secara pribadi maupun tidak pribadi diantaranya:
1.     Pendidikan susila.
2.     Pendidikan adab.
3.     Pendidikan kemampuan.
4.     Dan aneka macam macam bentuk pendidikan informal lainnyadi luar sekolah.
Pendidikan ialah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Dengan demikian tujuan ialah salah satu hal yang penting dalam acara pendidikan, alasannya tidak akan memberi arah kemana akan menuju, tetapi juga memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih maeri (isi), sistem, alat penilaian dalam kegiaan yang di lakukan.Secara lazim tujuan pendidikan mampu di katakan menjinjing anak ke arah tingkat kedewasaan.Artinya, menenteng anak ajar biar mampu berdiri sendiri (mampu berdiri diatas kaki sendiri) di dalam hidupnua di tengah-tengah masyarakat. Dalam bab ini akan di uraikan empat macam tujuan pendidikan yang di katakan luasnya berlawanan, yakni tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan intruksional.
Berhasil tidaknya sebuah perjuangan atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidaknya tujuan yang mau di capai oleh orang atau forum yang melaksanakannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka betapa perlunya suatu tujuan di rumuskan sejelas-jelasnya dan kemudian berulah menyusun suatu acara kegiatan yang objektif dan kongkret sehingga segala energy dan kemungkinan ongkos yang berlimpah tidak terbuang tidak berguna.Sehubungan dengan itu, kalau berbicara ihwal pendidikan biasanya, maka mesti menyadari bahwa segala proses pendidikan selalu di arahkan untuk dapat menyediakan atau menciptakan tenaga-tenaga terdidik bagi kepentingan bangsa, negara, dan tanah air. Apabila negara, bangsa dan tanah air kita membutuhkan tenaga-tenaga terdidik dalam banyak sekali macam bidang pembangunan, maka segenap proses pendidikan tergolong pula pembangunan, maka segenap proses pendidkan tergolong pula sistem pendidikannya mesti di tujukan atau di arahkan pada kepentingan pembangunan kurun sekarang dan periode-abad selanjutnya.
Karena pembangunan ialah proses perkembangan, ialah suatu proses yang berkembangdan dinamis, maka pendidikan harus bisa membentuk atau membuat tenaga-tenaga yang mampu mengikuti dan melibatkan diri dalam proses kemajuan tersebut, tidak melepaskan diri dasar-dasar adab dan kepentingan negara, banga dan tanah air kita. Ini bearti bahwa membangun cuma mampu di kerjakan oleh insan-manusia yang berjiwa pembangunan, yakni insan yang mampu menunjang pembanguan bangsa dalam arti yang luas, baik material, spiritual, dan sosial budaya.Dalam sejarah pendidikan Indonesia mampu menerapkan perkembangan pendidikan dan usaha-perjuangan perwujudan selaku satu harapan bangsa dan negara, masyarakat atau era dan memberikan ciri khas pelaksanaan pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut, maka pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan kepada filsafat hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.Filsafat Pancasila inilah yang menjadi pedoman pokok dalam pendidikan, lewat usaha-perjuangan pendidikan, dalam keluarga, masyarakat, sekolah, dan Perguruan Tinggi.
Kilas balik kebelakang, GBHN/1973 mencantumkan tujuan pendidikan adalah membentuk manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila. GBHN/1978 mencantumkan Tujuan Dasar Pendidikan Nasional: pendidikan nasional menurut asas Pancasila dan berujuan untuk menigkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, kemampuan, mempertinggi kebijaksanaan pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar mampu menumbuhkan insan-insan pembangunan yang mampu membangun dirinya sendiri serta mampu bersama-sama bertanggung jawab atas pembagunan bangsa.
Kilas balik kebelakang, instruksi presiden Republik Indonesia, lewat Mentri P dan K pada tanggal 25 Agustus 1978 membentuk sebuah misi pembaharuan Pedidikan Nasional. Tugas komisi ini, menyusun rancangan wacana Sistem Pendidikan Nasional semesta, menyeluruh dan terpadu.Pada tanggal 5 Agustus 1979 di terbitkan pokok-pook anggapan Pembaruan Pendidikan Nasional oleh komisi tersebut.Usaha pembangunan insan Indonesia menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan mengusahakan pertumbuhan spiritual, perilaku dan nilai hidup, wawasan, kemampuan, pengembangan estetika, serta pengembangan jasmani, sehingga insan Indonesia dapat menyebarkan dirinya, bersama dengan sesama insan yang lain membangun penduduk , serta membudayakan alam sekitarnya. Pada hakikatnya, pendidikan nasional itu mesti dapat membina dan mengembangkan kesanggupan berkomunikasi, kesadaran bermasyarakat dan lingkungan.
Tujuan Pendidikan Nasional  membangun kulitas insan yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan senantiasa mampu memajukan kebudayaan selaku warga negara yang berjiwa Pancasila mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang besar lengan berkuasa, pintar, terampil, dapat mengembangkn dan menyuburkan sikap demokrasi dapat memelihara hubungan dengan baik antara sesama manusia dan lingkungannya, sehat jasmani, bisa mengembangkan daya estetika, berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakatnya.Fungsi pendidikan nasional: merealisasikan masyarakat yang berbudaya dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, maka pedidikan nasional harus mampu berfungsi selaku berikut:
a.Pengembangan pribadi
b.Pengembangan warga negara
c.      Pengembangan kedudukan, dan
d.     Pengembanga bangsa

1.     Tujuan Institusional
Tujuan institusional yakni tujuan yang mesti diraih oleh setiap forum pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan selaku kualifikasi yang mesti dimiliki oleh setiap siswa sesudah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu forum pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan biasa yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti patokan kompetensi pendidikan dasar, menengah kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 perihal Standar Nasional Pendidikan bagian V pasal 26 diterangkan persyaratan kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk menaruh dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keahlian untuk hidup mampu berdiri diatas kaki sendiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, wawasan, kepribadian, ahlak mulia, serta kemampuan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bermaksud meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup berdikari, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan tinggi bermaksud untuk menyiapkan peserta ajar menjadi anggota penduduk yang berahlak mulia, memiliki pengetahuan, keahlian, kemandirian, dan perilaku untuk menemukan, menyebarkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang berguna bagi kemanusiaan.
2.     Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang mesti dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan forum pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus mampu mendukung dan diarahkan untuk meraih tujuan institusional.
Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan lazim, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dan menengah terdiri atas lima kalangan utama sebagai berikut:
1.     Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia
2.     Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3.     Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.     Kelompok mata pelajaran estetika.
5.     Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, maka Badan Standar Nasional Pendidikan merumuskan tujuan setiap kelompok mata pelajaran selaku berikut
1.    Kelompok mata pelajaran Agama dan ahlak mulia bermaksud; menolong peserta asuh menjadi insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berahlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, Kewarganegaraan, Kepribadian, ilmu wawasan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga dan kesehatan.
2.   Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan; membentuk peserta asuh menjadi insan menjadi memiliki rasa pujian dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, ahlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.
3.   Kelompok mata pelajaran Ilmu wawasan dan teknologi bermaksud mengembangkan akal, kemampuan berpikir dan analisis peserta asuh.
4.   Pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar/MI/SD-LB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau acara bahasa, matematika, ilmu pemngetahuan alam, ilmu wawasan sosial, kemampuan/kejuruan, dan muatan setempat yang relevan.
5.      Pada Satuan Pendidikan SMP/MTs/SMP-LB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau aktivitas bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,kemampuan/kejuruan dan/teknologi informasi dan komunikasi  serta muatan lokal yang berkaitan.
6.      Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengan Atas/MA/SMA-LB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau aktivitas bahasa, matematika, ilmu wawasan alam, ilmu pengetahuan sosial, kemampuan/kejuruan, teknologi info dan komunikasi, serta muatan setempat yang relevan.
7.     Pada Satuan Pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau aktivitas bahasa, matematika, ilmu wawasan alam, ilmu pengetahuan sosial, keahlian, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan setempat yang berkaitan.
8.      Kelompok mata pelajaran estetika bermaksud membentuk karakter peserta didik menjadi insan yang memiliki rasa seni dan pengertian budaya. Tujuan ini diraih melalui muatan dan/atau aktivitas bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang berkaitan.
9.   Kelompok mata pelajaran Jasmani, olah raga dan kesehatan bermaksud membentuk huruf peserta ajar agar sehat jasmani dan rohani, danmenumbuhkan rasa sportifitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang berhubungan .
Telah dikatakan di atas bahwa setiap tujuan kurikuler di pastikan oleh tujuan institusional lembaga pendidikan masing-masing.Tujuan kurikuler sedemikian rupa sehingga dapat di gunakan untuk mencapai pola prilaku dan acuan kesanggupan serta keterampilann yang mesti di miliki oleh lulusan suatu forum yang bergotong-royong merupakan tujuan institusional dan forum pendidikan tersebut.Melalui rumusan tujuan kurikuler ini dapat dikenali macam kesanggupan dan kemampuan apa yang ingin di berikan kepada siswa. Namun dalam tingkat ini, rumusan tujuan kurikuler masih belum dinyatakan masih belum terperinci.Tujuan kurikuler ini berhubungan dengan tujuan dan masing-masing bidang studi atau mata kuliah yang diberikan terhadap siswa. Tujuan kurikuler ini penting untuk menentukan macam wawasan, kesanggupan, dan kemampuan, atau dengan singkat: macam pengalaman apa yang di berikan terhadap siswa. Apabila tujuan kurikuler di pastikan oleh tujuan institusional, maka pada gilirannya tujuan kurikuler ini menghipnotis dan menentukan rumusan tujuan institusional, yang mau di diskusikan dalam pembahasan selanjutnya.
3.     Tujuan Instruksional/Pembelajarn  
            Dalam penjabaran tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bab dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajran mampu didefinisikan sebagai kesanggupan yang harus dimiliki anak asuh setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali konferensi. Karena cuma guru yang mengerti keadaan lapangan, tergolong memahami karakteristik siswa yang hendak melakukan pembelajaran di sebuah sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah peran guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu
Tujuan instiusional yakni merumuskan secara biasa pola perilaku dan acuan kesanggupan yang mesti di miliki oleh lulusan sebuah forum pendidikan.Misalnya lembaga sebuah penddikan harus;
a.     Mampu berfikir secara inovatif dan kritis 
b.  Mampu untuk membuatkan pola pengambilan keputusan dalam bidang  keahliannya menurut kesadaran bahwa keputusan-keputusan tersebut selalu menyangkut juga sisi kebudayaan serta nilai-nilai hidup penduduk .
c.      Mampu belajar terus secara mandiri untuk senantiasa mengikuti pertumbuhan bidang keahliannya
d.     Dan lain-lain
Perumusan tujuan institusional untuk masing-masing forum pendidikan berlainan-beda, sesuai dengan fungsi dann tugas yang di pikul oleh masing-masing lembaga dalam rangka menciptakan lulusan dengan ketentuan dan keterampian yang tertentu yang di butuhkan oleh masyarakat dan negara.Sebagai subsistem pendidika national, tujuan institusional untuk masing-masing forum pedidikan tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang telah dibahas di atas. Hal ini di sebabkan karena setiap lembaga pendidikan ingin meghasilkan lulusan yang akan menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya dan bertekat untuk mempertahankan filsafat pancasila selaku dasar negara, di samping berupaya agar lulusannya mengembangkan kemampuan dan keahlian tertentu sesuai dengan kekhususannya masing-masing. Dengan demikian perumusan tujuan institusional dipengaruhu oleh tiga hal yang penting, adalah:
a.     Tujuan Pendidikan Nasional
b. Kekhusussan masing-masing forum dalam menawarkan pengalaman, kesanggupan,dan kemampuan tertentu yang diperoleh oleh bangsa dan penduduk .
c.  Tigkat usia siswa yang mau mengikuti pendidikan dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dapat diberikan contoh misalnya rumusan tujuan forum pendidikan SKKP berlawanan dengan tujuan forum pendidikan SKKA, di sebabkan antara lain oleh adanya pendidikan SKKP berbeda dengan forum tujuan pendidikan SKKA, di sebabkan antara lain oleh adanya perbedaan usia antar siswa lembaga pendidikan itu.
Tujuan institusional akan di capai lewat tunjangan selaku pengalaman mencar ilmu terhadap sisiwanya dapat juga dibilang bahwa segala pengalaman mencar ilmu yang di berikan di pilih dan di sesuakan atau dengan di pengaruhi oleh tujuan institusional masing-masing forum pendidikan. Segala pengalaman belajar yang di berikan oleh sekolah ataulembaga pendidikan dengan maksud untukmengubah tingkah laris siswa dengan menawarkan kemapuan dan keahlian tertentu di sebut denga istilah kurikulum.Dengan demikian mampu di katakana pula bahwa setiap tujuan kurikuler dapat di tentukan oleh tujuan institusional masing-masing lembaga pendidikan, sehingga pengalaman mencar ilmu yang di berikan terhadap siswanya sungguh-sungguh berkhasiat untuk menghasilkan lulusan seperti yang di harapkan oleh tujuan institusional lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Tujuan instruksional adalah rumusan secara terperinci apa saja yang mesti dikuasai oleh siswa atau anak bimbing sesudah dia melalui kegiatan instruksional yang bersangkutan dengan berhasil. Kita membedakan dua macam tujuan instruksional adalah tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.Orientasi yang penting untuk rumusan tujua instruksional ini, terlebih-lebih untuk tujuan instruksional yang khuus adalah bahwa rumusan tersebut mesti di arahkan terhadap anak ajar, atau terhadap output oriental.Hal ini di daraskan terhadap pandangan bahwa kegiatan pendidikan adalah ditujukan kepada anak asuh, dan hasl yang sudah di capai oleh anakdidik dalam mengikuti aktivitas instruksional tersebut mesti mampu di nilai secara kasatmata pada tingkah laris anak latih.
Agar hasil tersebut mampu di ukur secara objektif, maka rumusan tujuan intruksional harus di buat secara bebavioral (menurut tingkah laris). Tujuan intruksional secara faktual akan mensugesti penyeleksian tata cara, materi pengajaran, dan seni manajemen instruksionallainnya, demi untuk mencapai instruksional yang sudah di rumuskan.