Tokoh Tionghoa Dalam Sejarah Indonesia

Penulis : J.B Satrio Nugroho
Inilah beberapa tokoh dari kalangan Tionghoa yang turut memberi warna dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Liem Ching Gie (1911 – 1970).
Nama pribuminya adalah Abdul Malik. Seorang mubalik, guru, politikus, dan perintis kemerdekaan. Membentuk Pemuda Nasional. Mendirikan Darrul Jarbiyah untuk meneruskan perjuangan Nahdlatul Ulama (NU).

Kho Wan Gie (1908 – 1983).
Kho Wan Gie, salah satu tokoh perintis komik di Indonesia sebelum Ganesh TH, komikus legendaris Indonesia dengan “Si Buta dari Gua Hantu”-nya (Ganesh TH juga yakni seorang keturunan Tionghoa). Karya Kho Wan Gie, “Si Put On” (mulai terbit pada 1831) yakni salah satu komik pertama di Indonesia dan menjadi aktivis komik-komik humor di Indonesia. Komik yang menggambarkan suasana kehidupan kaum Tionghoa di Indonesia pada masa itu.

Yap Tjwan Bing (31 Oktober 1910 – 1988).
Orang Tionghoa yang pernah duduk menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI). Selain itu, pernah diangkat menjadi anggota KNIP. Bahkan, dikala menjadi anggota DPR-RIS tahun 1950, Yap Tjwan Bing ialah satu-satunya tokoh keturunan Tionghoa yang mewakili Pemerintah Indonesia. Yap Tjwan Bing dijadikan selaku nama jalan di Solo, menjadikan satu-satunya nama jalan dari etnis Tionghoa.

Njoo Han Siang (1930 – 1985).
Perintis perbankan nasional dan perfilman Indonesia. Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BPPN) selaku penyelenggara FFI, menganugerahkan piala khusus “Njoo Han Siang” terhadap produser yang paling banyak memanfaatkan jasa teknik perfilman dalam negeri.
Siauw Giok Tjhan (23 Maret 1914 – 20 November 1981).

Politikus pejuang dan tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia, salah satu pendiri Universitas Trisakti (dulu Universitas Res Publika).
Kho Tjien Tiong (8 Agustus 1926 – 22 September 1996).

  Faktor Pendorong Kebangkitan Nasional,

Dikenal dengan nama Teguh Slamet Raharjo, mendirikan grup Srimulat bareng istri pertamanya, Raden Ayu Srimulat, pada 1957. Dia sempat menjadi musisi keroncong.
Tan Djin Sing.

Perjuangannya adalah mengangkat persamaan derajat di penduduk Yogyakarta (kultur Tionghoa, Jawa, dan Kolonial Belanda) pada usia 33 tahun. Salah satu tokoh yang berperan dalam inovasi kembali Candi Borobudur di tahun 1814. Dia yang menciptakan peta dan laporan keaadan Candi Borobudur yang hendak digunakan tim Raffles. Pada 18 September 1813 dilantik menjadi bupati Yogyakarta dan diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat.

Chan Giok Nio (Elly Chandra : Ny. Tan Thiam Hok) -1923-1994
Pemilik kedai makanan Ny. Tanzil. Kisah perjalanan menjelajah 287 negara bareng suaminya pernah ditulis di Intisari.

Chan Lan Nio (Nila Chandra) -1926-2000
Namanya tercatat di Guiness Book of Records th 1989 sebagai pembuat kue basah terumit dan paling besar du dunia. Alasannya, ”Saya ingin orang luar tahu Indonesia.”

Go Tik Swan (11 Mei 1931) – Kanjeng Raden Tumenggung Hardjonegoro.
Pakar kebudayaan Jawa, terutama keris. Orang Tionghoa pertama yang mendapatkan penghormatan selaku jago kebudayaan Jawa, gelar : Kanjeng Raden Tumenggung.

Kho Tjeng Lie (1942 – 2003).
Lebih dikenal dengan nama Ateng. Bersama Bing Slamet, dia diajak dalam program lawak. Melalui Bing Slamet juga balasannya ia bertemu dengan S. Bagyo, Iskak, Eddy

(sumber)