Sudirman ialah salah satu pejuang dan pemimpin contoh bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan dogma, senantiasa mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam kondisi lemah karena sakit tetap bertekad ikut menggeluti bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam kondisi sakit, dia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melaksanakan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa beliau disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Sebuah sekolah yang populer berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian dia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo namun tidak sampai final. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya sampai mampu menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Jepang, ia sukses merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya selaku tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia lalu diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan lewat Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, dia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat peresmian Presiden. Kaprikornus beliau mendapatkan pangkat Jenderal tidak lewat Akademi Militer atau pendidikan tinggi yang lain sebagaimana lazimnya, tapi alasannya prestasinya.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun lalu sukses dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga telah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melaksanakan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya alasannya adalah dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengenang akan tanggungjawabnya selaku pemimpin tentara.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian sukses dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga telah ditawan. Melihat keadaan itu, meskipun Presiden Soekarno sebelumnya sudah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun ajuan itu tidak bisa dipenuhinya sebab dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengenang akan tanggungjawabnya selaku pemimpin prajurit.
Nama: Jenderal Sudirman
Lahir: Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950
Agama: Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak akhir)
Pendidikan Tentara: Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan: Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi: Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/Tentara Nasional Indonesia, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan: Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.