Tokoh Agama, Budaya Dan Kebiadaban Non Manusia

Kehidupan pada pendidikan menjadi permulaan dari karakter bangsa, dan tokoh agama  yang berlangsung berdasarkan pedoman gereja. Hal ini tidak lepas dari masalah sebuah penduduk , dalam ruang etnik, ras, dan agama yang berada pada manusia atau hewan itu.

Kehidupan agama yang menyimpang pada agama Protestan tampak pada sistem pendidikan, budaya dan mata pencaharian mereka selama hidup di banyak sekali kawasan, terutama di Pontianak. Etika dan moralitas tiada ada, begitu juga yang terjadi pada tahun 1930an.

Moralitas dan budbahasa dari kedua orang tua tidak ada, dan begitu menjijikan pada anak-anak mereka, di Pontianak. Tidak memiliki budaya dan agama yang melekat pada mereka, begitu pula koloketifitas tokoh agama, baik itu ustad, pastor, pendeta dan suster di Pontianak, pada metode pendidikan.

Kehidupan sosial, budaya dan agama yang hidup pada penduduk yang mempunyai ragam, toleransi telah menjadi pembelajaran saya kepada budaya di sini. Pada tahun ini juga, akan berlawanan bagaimana kehidupan binatang pada mata pencaharian mereka, terutama pendidik, dan tenaga medis.

Itu yaitu suasana kehidupan sosial masyarakat disini, utamanya Tionghoa – Batak – Jawa dan Dayak, moralitas dan akhlak dalam beragama pastinya berkurang. Persoalan yang memang berada pada kondisi penduduk yang bertepat pada kepentingan ekonomi budaya menerangkan hal ini di Pontianak – Jakarta.

Temuan itu akan timbul berbagai konflik sosial yang terjadi, baik itu disengaja dan tidak nantinya, Hal ini yang menjelaskan berbagai faktor kehidupan sosial politik di masyarakat, pada setiap pesta demokrasi berlangsung di Indonesia terutama PDI Perjuangan, dan tokoh politik itu.

  Relasi Sosial Budaya Penduduk Secara Luas

Budaya massa dan agama menjadi bagian penting dalam melihat setiap manusia yang berada pada keadaan sosial politik, terutama yang mempunyai pengaruh setiap isu, budaya, dan karakteristik penduduk menurut pandangan sosiologis, dengan banyak sekali peraih kelas sosial, seksualitas, budaya dan agama yang melekat pada sumber ekonomi politik perkotaan.

Hal ini menjelaskan adanya penyimpangan, pertentangan sosial, planning dan lainnya yang memiliki efek pada hilangnya logika manusia, serta agama yang belum bisa mendidik mereka dalam setiap budaya berjalan. 

Ketika hal ini penting dalam menyaksikan kondisi ekonomi politik dikala ini, maka terperinci berbagai problem sosial terjadi dengan alasan persaingan kelas sosial dalam sebuah etnik, baik itu di sengaja dan tidak pada tahun 2008 di Pontianak.