Persediaan barang kuno yang memiliki nilai sejarah dan berkwalitas sudah mulai menipis alasannya itu timbulah ulah oknum pedagang untuk melamakan barang baru |
Cara Aman Membeli Barang Antik
Ada saran lama yang menyampaikan jika ingin kaya berdaganglah barang yang tidak ada pasarnya. Kalau barang itu ada pasarnya berarti hanya jenisnya dan jumlahnya, harganya tidak dipastikan aturan, jika barang banyak, konsumen sedikit maka harga akan jatuh.
Sebaliknya apabila barang sedikit, konsumen banyak, harga akan naik.Tetapi bila barang tersebut tidak ada pasarnya maka tidak akan mengikuti hukum pasar, harganya pun tidak akan terombang-ambingkan oleh harga pasar, sebentar naik sebentar turun.
Tentunya jenis barang tersebut yakni barang yang produksinya sedikit bahkan langka dan konsumennya tidak siapa pun. Sehingga barang tersebut bukan merupakan kebutuhan penduduk biasa , cuma orang-orang tertentu saja yang memerlukan. Dengan sendirinya harga tidak menggunakan harga standard melainkan standardnya ialah kesenangan. Asal konsumen bahagia maka harga berapapun jadilah.
Otomatis konsumennya ialah orang yang berkantong tebal. Salah satu jenis barang yang tidak ada pasarnya yakni barang kuno yang kuno benar.
Ditulis antik benar dengan tanda petik,alasannya ada yang tidak benar. Barang antik yang tidak benar yakni barang tiruan. Kelihatanya mirip barang kuno namun kenyataannya bukan, mungkin secara sekilas orang akan mengatakan barang kuno,namun bila diteliti betul-betul barang-barang tersebut adalah barang gres yang yang diantikan.
Masyarakat kita sekarang sudah menuju masyarakat maju dan berpenghasilan baik. Diantara anggota masyarakat ada yang mempunyai perkembangan ekonomi pesat, sehingga menjadi golongan ekonomi berpengaruh dan terpandang dimasyarakat.
Munculnya kalangan ini adalah golongan kelas atas gres, disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Mungkin alasannya adalah keberhasilan bisnis, atau karir dalam bidang administrator. sehingga tampil sebagai penduduk yang terpandang. Asal permintaan mereka yang berasal dari kelompok bawah seperti pepatah Jawa ” Tunggak jati mati, tunggak jarak mrajak.”
Karena mereka kini menempati kelas terpandang, maka mereka mulai menghimpun benda atribut sebagai fenomena eksistensi (status Symbol).
Beberapa fenomena tadi berupa
Wisma : artinya rumah, mereka telah menempati rumah glamor dengan pelataran yang luas.
Kukila : artinya burung. Mereka mempunyai kegemaran memelihara burung perkutut, ayam bekisar. Walaupun mereka sekeluarga tidak kegemaran. Tetapi biar nampak sebagai keturunan atau kalangan priyayi, mereka memaksakan diri untuk menyebarkan hobi memelihara burung.
Curiga : artinya senjata atau pusaka tergolong koleksi benda-benda kuno, Mulai dari keris, lampu sampai hiasan dinding dari ukuran antik.
Karena hal-hal tersebut telah menjadi animo di penduduk . ada kecenderungan dari beberapa orang untuk mengejar-ngejar benda-benda tersebut dimasyarakat. Pada era kini barang tersebut telah langka dan kalaupun ada harganya sangat tinggi. Karena itu ada usaha untuk merekayasa barang gres tetapi kelihatan lama, akalnya beragam, contohnya:
Bahan Kayu
Benda antik yang terbuat dari bahan kayu jenisnya bermacam-macam, contohnya patung kayu, topeng, almari, rak buku, dan lain-lain.
Benda-benda tersebut pada ketika ini lagi ngetrend. Banyak penggemar yang mengejarnya, apakah itu kolektor usang atau kolektor baru.
Persediaan benda kuno yang memiliki nilai historis dan berkwalitas telah mulai menipis. karena itu timbullah ulah untuk melamakan barang baru. Caranya beragam umumnya untuk jenis ukiran yang berbentuk patern, pintu ataupun gebyog dicarikan kayu lama ,yang memang telah kelihatan tua dan terdapat aus disana-sini. kayu tersebut dipanaskan, dihujankan sehingga ada kesan ketuaan.
Calon pembeli, umumnya pengumpul gres yang belum berpengalaman akan gampang terkecoh. Padamulanya bila ada calon pembeli yang mengharapkan pernak-pernik tertentu atau sering ialah bentuk kaligrafi renta, Para calo barang kuno menyampaikan tidak ada, tidak lama untuk 3 atau 4 bulan kemudian, mediator ini tiba dengan mengatakan bahwa barang tersebut ada, yang empunya terdapat di desa, jauh dipelosok.
Pemesan yang memang dasarnya mencari untuk kesenangan beliau tidak segan-segan untuk mengejarnya. Bersama-sama dengan calo tersebut pergilah mereka pada hari minggu sambil berekreasi ke desa terpencil yang dimaksud. Disana barang yang dimaksud memang ada. Setelah diperiksa sana-sini dan cocok dengan selera, maka ditawarlah, namun apa jawab si pemilik, benda tersebut ialah benda pusaka dan tidak dijual, karena bantuan dari leluhurnya terdahulu meskipun ditawar, berapa saja benda tersebut tidak akan dijual. Begitulah jawabnya.
Tetapi selang 2 atau 3 bulan kemudian, calo tiba lagi ke rumah kandidat pembeli dengan menenteng kabar baik. Oleh alasannya adalah butuh duit untuk kebutuhan macam-macam karena bisa untuk bayar SPP, bayar tanah dsb, maka benda tersebut dilepas dengan harga tertentu. terjadilah transaksi dan janji harga.
Si pembeli puas alasannya menerima benda yang diidamkan dengan harga relatif murah. Untuk meyakinkan benda tersebut bau tanah, maka ada ciri-ciri khusus yang ditempelkan oleh calo misalnya beberapa bab ada yang aus, atau ditambal dengan kayu baru. Warnanya tidak dicat dengan cat pabrik, melainkan dengan cat tradisional yaitu : jika cat putih memakai tulang. Cat merah memakai ramuan daun jati dan lumpur.
Tetapi siapakah sebetulnya pemilik benda tersebut ? sekali-kali bukan orang yang tinggal di desa terpencil tadi. Melainkan milik calo yang ditetapkan dengan pesan khusus kira-kira setahun yang melalui. Bisnis ini memerlukan waktu dan keteguhan, tetapi karenanya cukup bagus.
Begitu pula dengan trik yang dilakukan untuk benda-benda kuno yang lain.
Apabila dari bahan perungggu,supaya kelihatan usang, benda baru bikinan Mojokerto disulap menjadi barang kuno dengan cara disiram air aki bekas, kemudian disimpan dalam comberan selama 2 atau 3 bulan. Maka barang tersebut telah menampakkan tanda-tanda kekunoan.
Berbagai cara untuk memperdaya para penggemar barang antik, biar benda tersebut bisa nampak seperti barang antik. Keramik cina yang nilainya tinggi merupakan target yang paling banyak untuk dipalsukan. Keramik Cina dari berbagai dinasti mulai Yuan hingga Tsing banyak didapatkan. tetapi benda tersebut sering kali sudah kedapatan rusak.
Kerusakannya mampu jadi sebab terbentur dengan tidak sengaja dengan alat penggali seperti cangkul atau linggis. Tetapi ada kemungkinan kerusakan itu memang sejak awal sudah ada artinya sudah lama terjadi, sehingga tinggal serpihan. Kalangan tertentu menyebutnya dengan fragmen. Fragmen yang paling berharga adalah bagian pantat. Karena dari bab pantat (dasar) benda tersebut dapat direkontruksi kembali secara utuh. Orang yang umum terjun akan mampu memperkirakan benda apa atau jenis serta wujudnya bagaimana. Dari bagian pantat mampu dikenali apakah piring mangkok. Vas atau benda lainnya.
Bermula dari pantat itu akan direkontruksi dengan bahan baru atau materi lokal. Dengan pernak-pernik, pewarnaan dan glasir dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk benda usang. Jadilah kini sebuah benda kuno yang bab bawahnya kuno namun bab atasnya baru.
Karena itu jangan mudah yakin kepada issu yang dilontarkan oleh orang-orang yang sengaja mencari laba yang tidak halal, perihal adanya temuan keramik Ming type Wanlie, red and blue under glasir dst. Kata-kata ini sudah dihapal benar oleh mereka serta diucapkan dengan nada yang meyakinkan diikuti dengan peragaan photo yang diambil dari katalog terbitan London atau Singapure.
Bagian-bagian tertentu dari keramik tersebut sengaja dirusakkan sedikit. Retak atau aus, ini dibentuk semoga mampu meyakinkan bahwa benda tersebut memang kuno yang usianya cukup lama dan terbukti ada cacat aus ataupun retak.
Para penggemar keramik terlebih yang masih pemula akan gampang tergiur dengan berita tersebut. Dengan harga yang relatif lebih rendah akan menemukan keramik yang langka. Sumber : Nawasari Warta. Bulletin Resmi Museum Negeri Prop. Jawa Timur Mpu Tantular. Feb – 1996.