Ini salah satu peristiwa yg memperlihatkan hebatnya perempuan muslimah dlm sejarah. Sekaligus menjawab tuduhan bahwa perempuan cuma boleh beraktifitas di dlm rumah.
Tentang peran perempuan muslimah di banyak sekali bidang pada zaman Rasulullah, Abdul Halim Abu Syuqqah sudah menciptakan buku khusus yg hebat. Tahrirul Mar’ah fi ‘Ashrir Risalah, judulnya. Telah diterjemahkan ke dlm bahasa Indonesia dgn judul Kebebasan Wanita sebanyak enam jilid.
Sedangkan kisah fantastis ini, ia dgn mudah bisa dilihat pada banyak buku-buku sejarah utamanya yg membahas khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Sebab usaha heroik ini terjadi di masa kekhilafahan beliau. Buku Tarikh Ath Thabari yg ditulis Imam Ath Thabari & Taisir Al Karim al Mannan fi as Sirah Utsman ibnu Affan karya Ali Muhammad Ash Shalaby merupakan dua di antara buku yg menceritakan kisah ini.
Habib bin Maslamah Al Fuhari, namanya. Ia seorang sahabat Nabi yg populer dgn doa-doanya yg dikabulkan. Khalifah Ustman mengangkatnya selaku panglima untuk menunjukkan pelajaran pada pasukan Romawi yg berusaha menakut-nakuti umat Islam di Syam.
Ketika Habib melaksanakan inspeksi atas pasukannya yg akan berangkat ke medan perang melawan Romawi, istrinya tiba-tiba tiba mendekat.
“Di mana gue bisa menemuimu tatkala perang sudah berkecamuk nanti?” tanya Ummu Abdillah binti Yazid Al Kalbiah pada suaminya.
“Di tenda panglima Romawi atau di nirwana,” jawab Habib mantap. Para sahabat memang memiliki cita-cita syahid di jalan Allah sehingga dlm setiap peperangan mereka berharap bisa gugur & masuk nirwana. Al mautu fi sabilillah asma amanina, mati di jalan Allah ialah keinginan kami.
Perang pun berkecamuk. Habib & pasukannya bertempur dgn gagah berani, mendobrak pasukan Romawi hingga jantung pertahanannya. Pasukan Rowami kocar-kacir.
Di tengah gejala kemenangan itu, Habib bergegas menuju tenda panglima Rowami di Muriyan. Sesampainya di tenda panglima Romawi, alangkah terkejutnya Habib. Ternyata istrinya telah menunggunya di sana. Ia lebih dahulu mampu menerobos pusat komando pasukan Romawi itu.
Dr Aidh Al Qarni pula mengetengahkan kisah ini dlm bukunya As’tabrak Imra’atin fil ‘Alam (Kiat Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia & Akhirat). Ia memberi judul perempuan pencetak kepahlawanan, lantas menutupnya dgn satu kesimpulan: andai kaum perempuan mirip wanita ini, pasti perempuan lebih utama ketimbang pria. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]