![]() |
Kitab Ad-Durrun Nafis |
Daftar Isi
Pembahasan & Kajian Kitab Ad-Durrun Nafis
Pada cuilan pendahuluan terbagi atas dua pokok pembahasan. Pembahasan pertama menjelaskan hal-hal yg dapat merusak perjuangan seorang salik (pengikut tasawuf) untuk meraih keridlaan Allah SWT. Menurut Nafis, hal-hal yg dapat merusak perjuangan seorang Salik dlm meraih keridlaan Allah itu ialah malas menjalankan ibadah dlm kondisi bisa; lemah pendirian & tak memiliki tekad untuk melakukan ibadah sebab termakan oleh kehidupan duniawi; serta cepat merasa bosan dlm melakukan ibadah.
Adapun pokok bahasan kedua dr pendahuluan berisi klarifikasi ihwal hal yg menjadikan gagalnya seseorang dlm meraih tujuan mencapai keridlaan Allah SWT. Hal tersebut ialah syirik khafi (syirik terselubung), yg terdiri atas riya (pamer), sum’ah (mencari kebanggaan dlm beribadah), ‘ujub (membanggakan diri dgn ibadah, memandang ibadah selaku perbuatan sendiri & bukan sebagai lezat yg diberikan Tuhan), & hijab (ibadahnya menjadi pembatas antara dirinya & Tuhan karena ia kepincut dgn keindahan ibadahnya itu & mengganggap ibadahnya sudah sampai pada Allah SWT).
Oleh karena itu, Syekh Muhammad Nafis mengingatkan, untuk meraih ridla Allah, seorang salik harus yakin betul bahwa segala sesuatu pada hakikatnya yakni dr Allah SWT.Kemudian, pembahasan kitab dilanjutkan dgn serpihan kedua yg membahas empat pasal, yaitu tauhid al-af’al, tauhid al-asma’, tauhid as-sifat, & tauhid az-zat. Dalam tauhid al-af’al, diterangkan bahwa segala sesuatu yg terjadi di alam ini pada hakikatnya yaitu af’al (perbuatan) Allah SWT. Adapun ihwal tauhid al-asma’, Syekh Muhammad Nafis menyebutkan bahwa segala nama pada hakikatnya bersumber pada Allah SWT, alasannya adalah segala yg wujud selain Allah ialah khayal (semu) atau wahm (sangkaan) belaka.
Tingkatan selanjutnya ialah tauhid as-sifat, yakni luluhnya seluruh sifat makhluk, termasuk dirinya sendiri ke dlm sifat Allah SWT. Sifat-sifat mirip qudrah (berkuasa), iradah (berkehendak), ‘ilmu (mengetahui), hayah (hidup), sama’ (mendengar), bashar (melihat), & kalam (berkata-kata), yaitu sifat Allah SWT. Dan bagi makhluk, sifat itu ialah semu. Pada tahap ini, seorang salik telah mencapai taraf baqa bi sifat Allah (berada dlm sifat-sifat Allah SWT).
Kemudian, perihal Tauhid Az-Zat. Menurut Syekh Nafis, tauhid Az-Zat merupakan peringkat tauhid tertinggi. Inilah tujuan final setiap usaha seorang sufi. Sufi yg meraih peringkat ini akan menyaksikan bahwa tak ada yg maujud (benar-benar ada) kecuali wujud Allah SWT. Wujud yg lain selain wujud Allah SWT adalah fana (tidak ada) di dlm wujud Allah SWT.
Pro & Kontra Kitab Ad-Durrun Nafis
Berdasarkan citra isi Kitab Ad-Durrun Nafis di atas, banyak pihak yg menilai gagasantasawuf Syekh Muhammad Nafis merupakan corak idetasawuf falsafi yg berpaham Kesatuan Wujud atau Wahdatul Wujud. Sehingga, ada beberapa ulama yg dengan-cara keras menyatakan bahwa pedoman yg terkandung dlm kitab tersebut haram untuk dipelajari & dikaji. Bahkan, ada pula yg lebih keras menyatakan bahwa barang siapa yg mempelajari bahkan meyakini isi & anutan dlm kitab tersebut maka ia menjadi kafir. Fatwa ini disampaikan oleh mufti Kerajaan Johor, Sayyid Alwi Thahir Haddad.
Sikap pro & kontra masyarakat dlm menerima & mempelajari serta yg menolak kitab ini, dlm pandangan Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari (Banjarmasin), Prof Dr Asmaran, AS, MA, terbagi tiga kalangan.Pertama, kalangan yg menatap bahwa Kitab Ad-Durrun Nafis ialah kitab tasawuf yg tak boleh diajarkan, alasannya dianggap banyak mengandung kesalahan, atau tak sejalan dgn ajaran tasawuf mazhab ahlusunnah wal jamaah.
Kedua, kelompok yg melihat Kitab Ad-Durrun Nafis selaku kitab tasawuf yg mengandung anutan tinggi, sebagaimana dikatakan oleh pengarangnya sendiri bahwa ulama yg tinggi pengetahuan agamanya sajalah yg dapat mengerti isi & materi kitab tersebut, maka ia tak boleh diajarkan pada sembarang orang.
Karena itulah, menurut kelompok kedua ini hanya orang-orang tertentu atau mereka yg memenuhi syarat saja yg boleh mempelajari & membacanya.Kemudian, kelompok ketiga berpendapat bahwa Kitab Ad-Durrun Nafis mempunyai kedudukan yg sama dgn kitab tasawuf pada umumnya. Karena itu, sebagai salah satu faktor pedoman Islam ia tak boleh dirahasiakan, setiap orang mukmin boleh mempelajari & membacanya.