Dalam mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara, kerap digunakan pendekatan-pendekatan teoritis tertentu. Pendekatan-pendekatan ini sekarang diketahui sebagai teori pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi sendiri yaitu keadaan dimana terjadi kenaikan produk domestik bruto sebuah negara dr tahun ke tahun. Semakin tinggi pertumbuhan ekonominya, maka makin tinggi pula penampilan perekonomian suatu negara.
Oleh alasannya itu, para andal berupaya keras untuk menemukan apa yg bantu-membantu menjadi kunci pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Pendekatan & hasil observasi mereka merupakan landasan dr teori perihal pertumbuhan ekonomi.
Secara umum, terdapat beberapa teori-teori mengenai pertumbuhan ekonomi yg antara lain yakni teori historis, klasik, neo klasik, keynesian, & neo-keynesian. Pada peluang kali ini, kita akan coba membahas semua teori pertumbuhan tersebut.
Daftar Isi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
Teori historis adalah teori mengenai pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yg menitikberatkan pada aspek kesejarahan serta faktor step-by-step dr pertumbuhan suatu kawasan.
Disini, masyarakat dianggap mesti melewati beberapa tahapan terlebih dulu sebelum akhirnya mampu berhasil menjadi negara maju. Tahap-tahap tersebut antara lain adalah tahapan tradisional, pre-industrialisasi, industrialisasi, hingga tahapan modern.
Ahli-jago ekonomi yg berkontribusi banyak pada teori ekonomi historis antara lain yakni W.W Rostow, Frederich list, Karl Bucher, & Werner Sombart.
Teori Ekonomi Friedrich List
Menurut Frederich List, pertumbuhan ekonomi sebuah negara dinilai menurut metoda bikinan serta apa mata pencaharian utama penduduknya.
Menurut dia, terdapat 4 fase pertumbuhan ekonomi yaitu masa berburu & mengembara (nomaden), masa berternak & bertani (menetap), masa bertani & kerajinan, kemudian yg terakhir ialah masa kerajinan, industri, & perdagangan.
Seluruh negara past akan bertumbuh mengikuti pola ini. Hampir tak mungkin suatu negara pribadi lompat ke tahap industrialisasi tanpa lewat tahap kerajinan & berternak serta bertani.
Menurut List, pemerintah memiliki keharusan untuk mendorong penduduk beserta negaranya untuk maju ke tahap perekonomian berikutnya.
Hal ini dapat dijalankan dgn sketsa-denah insentif investasi & kebijakan perdagangan lainnya. Oleh karena itu, teori List banyak membicarakan tentang perdagangan internasional beserta keuntungan & kerugiannya.
Berdasarkan teori ini, suatu negara harus menganut jual beli bebas tatkala masih udik. Tatkala sudah mulai maju, negara tersebut mesti beralih ke proteksionisme untuk melindungi industri domestik.
Setelah menjadi negara maju, negara tersebut harus bergerak lagi ke arah jual beli bebas supaya mampu mendominasi perdagangan internasional. Inilah yg disebut sebagai politik industrialisasi Friedrich List.
Teori Ekonomi Karl Bucher
Karl Bucher menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sebuah negara dicerminkan dr relasi yg terbentuk antara produsen dgn konsumennya. Bucher mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi yg diketahui sebagai rumah tangga.
Secara biasa , terdapat 4 jenis rumah tangga berdasarkan Bucher, yakni rumah tangga tertutup, rumah tangga kota, rumah tangga bangsa/negara, & yg terakhir, rumah tangga dunia.
Semakin maju perekonomian sebuah negara, maka akan makin luas lingkup aktivitasnya. Selain itu, jumlah pemeran yg terlibat pula semakin banyak & bervariasi.
Ketika rumah tangga tertutup, kegiatan buatan serta jual beli hanya terjadi dlm satu keluarga atau satu desa. Tatkala sudah maju ke rumah tangga kota, maka satu kota tersebut saling terlibat dlm kegiatan ekonomi.
Ketika sudah hingga tahap rumah tangga bangsa, maka aktivitas ekonomi terjadi dlm skala suatu negara. Bisa saja sebuah perusahaan yg berkantor di Jakarta memiliki perjuangan-usaha di Sumatera & Papua.
Pada tahap rumah tangga dunia, maka kerjasama & acara ekonomi yg terbentuk sudah pada tahapan internasional. Contohnya yakni Nestle yg berbasis di Eropa namun mempunyai kantor & pabrik di Amerika Serikat, Indonesia, China, India, serta Jepang.
Teori Ekonomi Werner Sombart
Werner Sombart memiliki teori pentahapan pertumbuhanya sendiri. Sombart membangi pertumbuhan ekonomi menjadi empat tahap yaitu pra-kapitalisme (Vorkapitalismus), kapitalisme madya (Furh Kapitalismus), kapitalisme raya (Hoch Kapitalismus), & kapitalisme final (Spot Kapitalismus).
Tahap ini dibentuk menurut mirip apa kegiatan ekonomi yg ada di suatu wilayah, apakah memenuhi kebutuhan sendiri, atau mencari keuntungan.
Pada kala pra kapitalisme, insan belum mengerti apa itu kapitalisme alasannya mereka masih berkerja untuk menyanggupi kebutuhannya sendiri. Pada tahap ini, metode & aktivitas ekonomi yg berlaku bersifat subsisten.
Manusia gres mulai mengenal uang, kekayaan, & modal bikinan pada masa kapitalisme madya. Disini, tata cara ekonomi sudah mulai bergeser dr perekonomian subsisten menjadi perekonomian pasar. Sekarang, mereka mulai berupaya untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dgn imbalan uang & barter.
Pada tahap kapitalisme raya, kaum kapitalis & pemilik modal besar mulai timbul di penduduk . Mereka berinvestasi & menanamkan uangnya pada usaha-perjuangan tertentu untuk mengembangkan kekayaan mereka. Aktivitas investasi inilah yg akan menumbuhkan ekonomi suatu negara.
Pada masa kapitalis simpulan, kegiatan pengambilan laba dr para pemilik modal sudah sungguh besar sehingga memunculkan kesenjangan sosial. Hal ini kelak akan membuat gesekan sosial serta pertentangan-pertentangan lainnya. Disinilah muncul kaum sosialisme yg mengharapkan kemakmuran bersama.
Teori Ekonomi Walt Whitman Rostow
Salah satu ekonom historis yg paling terkenal adalah Walt Whitman Rostow atau kerap disebut WW. Rostow. Beliau membagi pertumbuhan ekonomi kedalam lima tahap yaitu masyarkaat tradisional, prasyarat lepas landas, lepas landas, dorongan pada kematangan, & tahap konsumsi massal.
Pada teori pertumbuhan ekonomi Rostow, masyarakat tradisional masih menjalani hidup dengan-cara tradisional dgn memegang teguh budbahasa istiadat. Mereka masih memakai teknologi yg sederhana pada kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, acara ekonomi masih rendah & cenderung subsisten.
Prasyarat lepas landas terjadi tatkala penduduk suatu negara mulai menyadari bahwa mesti ada pergeseran di masyarakat mereka. Mereka mesti menjadi lebih terbuka pada penemuan & teknologi gres. Disini, mulai muncul teknologi baru & proses-proses ekonomi yg lebih kompleks.
Pada tahap lepas landas, bertambah banyak teknologi yg digunakan & proses produksi mulai beralih ke sektor sekunder berupa manufaktur. Disini, pertumbuhan ekonomi berlangsung dengan-cara sangat cepat & kemakmuran orang-orang pun meningkat pesat.
Pada tahap perekonomian dorongan pada kematangan (drive to maturity), manusia sudah mulai piawai dlm menggunakan teknologi & alat-alat produksi lainnya. Disini, eksploitasi sumberdaya menjadi kian efisien. Selain itu, perekonomian pun mulai bergeser ke sektor jasa.
Pada tahap konsumsi massal, sudah terjadi automatisasi & kemajuan-perkembangan teknologi lainnya yg mempermudah kehidupan insan. Oleh karena itu, kesejahteraan insan meningkat dgn sangat pesat. Disini, masyarakat condong untuk menjadi konsumtif & timbul budaya hedonisme.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori ekonomi klasik dipelopori oleh David Ricardo & Adam Smith. Jika teori historis berusaha menerangkan tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi, maka teori klasik berusaha menguraikan faktor-faktor yg mendorong pertumbuhan tersebut.
Menurut para ekonom klasik, terdapat setidaknya 2 faktor yg mempengaruhi pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Faktor tersebut antara lain yakni
- Jumlah penduduk (meliputi persebaran serta pertumbuhannya)
- Ketersediaan kekayaan alam & modal
Kedua faktor ini saling berafiliasi satu dgn yg lainnya dlm menunjang pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Namun, jumlah keduanya tentu saja ada batasnya.
Salah satu konsep dasar dlm teori ini ialah adanya sejenis subsistence living atau sebuah angka pengeluaran minimum sebuah individu untuk hidup patut. Tatkala produk domestik bruto per kapita meningkat dr angka tersebut, maka akan mendorong pertumbuhan penduduk.
Ketika jumlah penduduk bertumbuh, maka ekonomi akan bertumbuh juga, tetapi tak pada laju yg sama dgn pertumbuhan penduduk. Hal ini terjadi sebab ada imbas diminishing returns dr penambahan tenaga kerja pada suatu perekonomian.
Pada sebuah titik, justru produk domestik bruto per kapita akan menurun, sehingga kesejahteraan penduduk ikut menurun. Penurunan kemakmuran masyarakat ini akan berimplikasi pada penurunan laju pertumbuhan penduduk pula, sehingga menghemat jumlah penduduk.
Hal ini akan terjadi berulang-ulang sehingga membuat sejenis siklus perekonomian. Pada jadinya, pertumbuhan ekonomi tak bisa lebih tinggi dr angka ekulibrium yg sudah ada di alam.
Pandangan ini identik dgn pandangan pesimistik Malthus dlm kependudukan ataupun pandangan fisis determinisme dlm ilmu geografi.
Kelemahan Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Secara umum, terdapat 2 kritik yg cukup besar terhadap teori pertumbuhan ekonomi klasik. Kritik tersebut antara lain yaitu
- Tidak dipertimbangkannya faktor perkembangan teknologi. Model klasik pertumbuhan ekonomi sama sekali tak mengamati peningkatan efisiensi produksi sebab inovasi teknologi. Oleh alasannya itu, tatkala dikontekskan kedalam dunia nyata, teori ini tak terlalu akurat.
- Kurang akuratnya penentuan gaji & pemasukan. Disini, tak diperhitungkan aspek-aspek mikro ekonomi yg dapat menyebabkan pemasukan seseorang menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dr tingkat subsisten. Selain itu, tak dipertimbangkan pula tugas lobby & serikat buruh dlm memilih pendapatan seorang pekerja.
Oleh alasannya adalah kedua faktor ini, tatkala dikontekskan kedalam pertumbuhan ekonomi terbaru, teori pertumbuhan ekonomi klasik dianggap kurang akurat. Hal inilah yg mendorong para mahir ekonomi untuk membentuk teori gres yakni teori pertumbuhan ekonomi neo klasik.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik
Salah satu kritik terbesar dr teori ekonomi klasik yaitu mereka tak memikirkan perkembangan teknologi sebagai salah satu cara untuk memajukan produktivitas perekonomian.
Oleh alasannya itu, dlm teori ekonomi neo klasik, terdapat 3 faktor yg mendorong pertumbuhan produktivitas & nantinya ekonomi dr suatu negara. Ketiga faktor tersebut antara lain yakni
- Jumlah penduduk
- Ketersediaan kekayaan alam & modal
- Perkembangan teknologi
Disini, para ekonom beranggapan bahwa perkembangan teknologi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diatas subsistence level yg sudah ditetapkan dlm ekonomi klasik.
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik ini dipelopori oleh beberapa mahir ekonomi yg populer pada dikala itu. Beberapa diantaranya yakni Harrod-Domar, Schumpeter, & Solow-Swann. Namun, yg paling sering digunakan yakni teori pertumbuhan milik Solow-Swann.
Fungsi Pertumbuhan dlm Model Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Dalam teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, akumulasi modal & bagaimana modal tersebut dimanfaatkan dianggap sungguh penting dlm pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara modal dgn tenaga kerja pula sangat penting dlm menentukan total bikinan perusahaan.
Namun, teori ini menyertakan bahwa teknologi sangat penting karena mampu memajukan produktivitias dr tenaga kerja yg sudah ada. Hal ini dilaksanakan dgn cara memajukan efisiensi kerjaan.
Fungsi bikinan & pertumbuhan ekonomi berdasarkan model pertumbuhan neoklasik digambarkan oleh rumus dibawah ini
Y = AF (K, L)
- Y – Pendapatan, atau produk domestik bruto sebuah perekonomian
- K – Ketersediaan modal/duit
- L – Jumlah tenaga kerja dlm sebuah negara/wilayah
- A – Tingkat perkembangan teknologi negara/kawasan tersebut
Selain itu, karena terbentuk hubungan yg dinamis antara tenaga kerja & teknologi, rumus ini kerap dituliskan seperti ini Y = F (K, AL). Dapat dipahami bahwa teknologi dapat dengan-cara pribadi memajukan produktivitas para pekerja.
Asumsi dlm Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Dalam teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, terdapat setidaknya 3 perkiraan yg mendasari teori ini. Asumsi-perkiraan tersebut antara lain ialah
- Investasi modal mengalami diminishing returns. Diasumsikan bahwa penambahan modal terus menerus akan menghasilkan keuntungan yg semakin kecil. Hal ini dinamakan aturan diminishing returns & marginal utility. Disini, diasumsikan pula bahwa metode ekonomi yg ada yakni ekonomi tertutup.
- Efek terhadap bikinan total. Jika diasumsikan bahwa tenaga kerja konstan, maka pengaruh kenaikan produksi dr investasi akan lebih kecil dr investasi sebelumnya.
- Ekonomi yg bersifat Steady State. Dalam jangka pendek, laju pertumbuhan ekonomi akan berkurang alasannya imbas diminishing return. Oleh alasannya itu, perekonomian akan bermetamorfosis steady state dimana tak terjadi perubahan-perubahan besar.
Ketiga asumsi ini sungguh penting selaku dasar dr pengembangan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik.
Kesimpulan dr Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Berdasarkan perkiraan & pengembangna teori pertumbuhan ekonomi neoklasik diatas, kita mampu mempesona beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut antara lain yakni
- Produksi merupakan faktor dr pertumbuhan ekonomi. Dalam model ini, dikenali bahwa bikinan total ialah fungsi dr pertumbuhan ekonomi yg antara lain dipengaruhi oleh faktor input, modal, tenaga kerja, & perkembangan teknologi
- Laju Pertumbuhan dlm Ekuilibrium Steady-State. Laju pertumbuhan dr buatan dlm ekuilibrium steady state bernilai sama dgn laju pertumbuhan lapangan kerja & jumlah populasi, tanpa dipengaruhi oleh tabungan/investasi.
- Peningkatan Pendapatan per kapita. Meskipun laju simpanan/investasi tak mensugesti pertumbuhan ekonomi steady state, acara ini mengembangkan jumlah duit yg dimiliki setiap individu.
- Laju Pertumbuhan Jangka Panjang. Dalam model ini, pertumbuhan ekonomi jangka panjang cuma mampu didorong oleh perkembangan teknologi
Dapat kita asumsikan bahwa dr asumsi-perkiraan serta kesimpulan yg didapatkan bahwa faktor yg menghipnotis pertumbuhan ekonomi adalah faktor eksternal. Disini, yg dimaksud sebaga faktor eksternal adalah perkembangan teknologi.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogenous
Teori pertumbuhan ekonomi endogenous menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dr ekonomi tersebut. Teori ini berseberangan dgn model neoklasik dimana teknologi sebagai faktor eksternal dianggap selaku sumber pertumbuhan ekonomi.
Dampak Kebijakan dr Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogenous
Berdasarkan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi didorong oleh faktor internal, maka mampu ditarik beberapa kesimpulan kebijakan dr teori ini.
- Kebijakan pemerintah dapat mengembangkan laju pertumbuhan ekonomi bila kebijakan-kebijakan tersebut didorong kearah mengembangkan persaingan pasar & mengembangkan laju inovasi dlm proses buatan
- Terdapat multiplier effect yg sangat besar dr investasi pada industri ilmu pengetahuan mirip edukasi, kesehatan & telekomunikasi.
- Investasi pemerintah & sektor swasta pada riset & pengembangan produk merupakan salah satu sumber perkembangan teknologi yg sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi
Kesimpulan-kesimpulan ini akan banyak mensugesti kebijakan publik mengenai pertumbuhan ekonomi kedepannya.
Referensi
The Classical Theory of Economic Growth – Stanford University
Neoclassical Growth Theory – Simon Fraser University
Review of Theory and Models of Economic Growth – Pietak, Polish Academy of Science