Teori Peran Perihal Perkembangan


TEORI TUGAS TENTANG PERKEMBANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan meliputi seluruh faktor kepribadian, dan satu faktor dengan yang lainnya saling berinterelasi. Sebagian besar dari kemajuan aspek-aspek kepribaian terjadi melalui proses berguru, baik proses berguru yang sederhana dan mudah maupun yang kompleks dan sulit. Suatu proses perkembangan yang bersifat alami, ialah yang berupa kematangan, berintegrasi dengan proses pembiasaan diri dengan permintaan dan tantangan dari luar, tetapi keduanya masih dipengaruhi oleh kesediaa, kemauan dan aspirasi individu untuk meningkat .Ketiganya mensugesti solusi peran-tugas yang dihadap individu dalam perkembangannya.
Pada setiap pertumbuhan kehidupan insan, individu dituntut untuk menguasai kemampuan berperilaku yang menjadi ciri bahwa perkembangannya berhasil dan normal.Jika pada fase itu individu tidak mempunyai kemampuan bertingkah selayaknya, sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya maka dianggap individu itu mengalami kelambatan perkembangannya, atau penyimpangan kemajuan.Pencapaian tugas-tugas perkembangan bukan cuma penting untuk fase pertumbuhan dimana peran-peran pertumbuhan itu semestinya muncul, namun juga penting untuk pencapaian peran-tugas perkembangan selanjutnya.
Demikian juga peran-tugas kemajuan pada fase remaja, mampu tercapai dengan sempurna, jika peran pada masa cukup umur tercapai dengan tepat pula, sebaliknya jika pencapaian peran-peran pertumbuhan pada abad awal kehidupan individu tidak sukses, maka pencapaian tugas-tugas pertumbuhan pada abad awal kehidupan individu tidak berhasil, maka pencapaian tugas-tugas pertumbuhan pada fase berikutnya cendrung tidak sukses. Jika tugas-tugas pertumbuhan setiap fase pertumbuhan kehidupan manusia sukses atau berhasil dicapai, maka individu ini akan mengalami perasaan bahagia dan menjalani kehidupan dengan perasaan sukses baik secara emosional, intelektual, dan watak.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pemahaman dari teori tugas-peran perkembangan?
2.      Apa sumber dari tugas-peran kemajuan?
3.      Apa saja tugas-tugas kemajuan masa bayi hingga lansia?
4.      Apa tujuan peran-tugas pertumbuhan?
5.      Apa ancaman tugas-peran kemajuan?
C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian teori peran-tugas perkembangan
2.      Untuk mengetahui sumber dari peran-tugas kemajuan
3.      Untuk mengenali tugas-peran pertumbuhan periode bayi hingga lansia
4.      Untuk mengenali tujuan tugas-peran perkembangan
5.      Untuk mengenali ancaman peran-peran pertumbuhan
BAB II
  PEMBAHASAN
A.    Pengertian tugas kemajuan
Tugas perkembangan adalah sesuatu peran yang timbul pada kurun tertentu dalam kehidupan seseorang. Adapun Menurut Robert Havighurst, tugas pertumbuhan adalah peran yang terdapat pada sebuah tahap kehidupan seseorang, yang akan membawa individu terhadap kebahagiaan dan keberhasilam dalam peran-tugas pengembangan berikutnya yakni apabila tahap kehidupan tersebut dijalani dengan sukses. Sedangkan kegagalan dalam melakukan peran pengembangan, akan menyebabkan kehidupan tidak bahagia pada individu dan kesukaran-kesukaran lain dalam hidupnya kelak.[1]
B.     Sumber tugas-tugas kemajuan
Tugas-tugas kemajuan ini berkaitan dengan sikap, Perilaku, atau keahlian yang sayogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Dalam arti setiap golongan budaya menghendaki anggotanya menguasai kemampuan tertentu yang penting dan mendapatkan pola sikap yang disetujui bagi banyak sekali usia sepanjang rentang kehidupan. Karena kemampuan-keahlian dan teladan-teladan tingkah laris adalah mutlak bagi pembiasaan-adaptasi langsung dan social pada umur-umur tersebut (umur-umur kritis).Oleh sebab itu, tiap kalangan kebudayaan menginginkan agar tiap-tiap anggotanya mempunyai dan melaksanakan keahlian-kemampuan dan pola-acuan tingkah laku itu.
Munculnya tugas-tugas pertumbuhan, bersumber pada factor-faktor selaku berikut:
1.      Kematangan fisik maupun psikis, Misalnya berguru berlangsung alasannya adalah kematangan otot-otot kaki, belajar bertingkah laris dan bergaul, dan sebagainya.
2.      Tuntutan penduduk secara cultural, Misalnya mencar ilmu membaca, belajar menlis, belajar berhitung, belajar berorganisasi, dan sebagainya.
3.      Tuntutan dari dorongan dan harapan individu sendiri, Misalnya memilih pekerjaan, memilh sahabat hidup.
4.      Tuntutan norma agama, Misalnya taaat beribadah, berbuat baik terhadap sesame, dan lain-lain.[2]
Tugas perkembangan berasal dari tiga jenis sumber, Yaitu:
§  Pertama adalah peran yang berasal dari perkembangan fisik. Misalnya, kesiapan fisik balita membuatnya mulai berguru berjalan dan bicara. Keterampilan itu akan diperlukan untuk tahap pertumbuhan berikutnya, contohnya untuk bermain bareng sahabat-sobat. Di usia cukup umur, kemajuan fisik hormonal memunculkan rasa ketertarikan pada lawan jenis. Di sini ada peran pertumbuhan untuk mencar ilmu menjaga perilaku pada musuh jenis.
§  Kedua, ada peran-tugas yang berasal dari kematangan kepribadian. Yang ini terkait dengan pertumbuhan tata cara nilai dan aspirasi. Misalnya, di usia SD mulai timbul kesadaran akan perbedaan kelompok sosial dan ras, maka di usia ini ada tugas pertumbuhan untuk mampu menanggapi dengan sempurna perbedaan tersebut. Ketika beranjak remaja timbul harapan tentang karier, sehingga di sini timbul tugas untuk mulai mempelajari pengetahuan dan keahlian selaku antisipasi kerja.
§  Selanjutnya, jenis tugas pertumbuhan ketiga yakni peran yang berasal dari permintaan masyarakat, misalnya di usia Sekolah Dasar, anak diperlukan telah bisa baca tulis. Di usia remaja, seseorang dituntut melakukan tanggung jawab selaku warga sipil mirip mengeluarkan uang pajak dan mempunyai pekerjaan.[3]
C.    Tugas-tugas pertumbuhan Masa bayi hingga Lansia
1.      Tugas-tugas perkembngan kurun bayi dan kanak-kanak permulaan
Tugas-peran perkembangan yang harus dikuasai oleh kala bayi dan kanak-kanak permulaan yakni:
a.       Belajar berjalan
Pada usia Sekitar 1 tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup besar lengan berkuasa untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan ialah puncak kemajuan gerak pada periode bayi, namun permulaan gerakan atau kegiatan selaku insan akil balig cukup akal.Belajar Berjalan terjadi pada usia antar 9-15 bulan Pada usia ini tuang kaki, otot dan susunan syarafnya teah matang untuk mencar ilmu berlangsung.
b.      Belajar memakan kuliner padat
Makana merupakan kebutuhan biologis utama pada insan.Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri kuliner yang dibutuhkannya, bayi sudah mengawali usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.Hal ini terjadi sekitar tahun kedua, Sistem alat-alat pencernaan makanan dan alat-alat pengunyah pada verbal telah matang untuk hal tersebut.
c.       Belajar bericara
Bicara ialah alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari suara-suara yang mengandung arti dan berupaya mengkomunikasikannya dengan orang-orang disekitarnya. Melalui penguasaan tugas ini, anak akan meningkat pula kecakapan social dan intelektualnya. Berbicara yaitu mengerluarkan suara yang bermakna dan menyampaikannya kepada orang laindengan perantaraan suara itu.Untuk itu, dibutuhkan kematangan-kematangan otot-otot dan syaraf dari alat-alat bicara. Ada dua pertimbangan mengenahi cara awal anak dalam berguru mengatakan, Yaitu:
1.      Pendapat pertama, Mengemukakan bahwa bayi mulai berguru bicara dengan jalan mengeluarkan macam-macam bunyi yang tidak memiliki arti (meraban). Kemudian orang disekitarnya mengajarkan kepadanya nama-nama atau kata-kata perihal sesuatu secara terencana dalam suasana tertentu sampai anak berguru mengasosiasikan (menghubung-hubungkan) Suara-suara tertentu dengan benda atau situasi (Perilaku) tertentu. Misalnya, Suara “Bapak” yang diucapkan anak secara kebetulan ,kemudian oleh orang di sekitarnya di ulanginya kalau sang ayah hadir di dekatnya,maka terjadilah asosiasi antara kata atau ucapan “bapak” dengan orangnya.
2.      Pendapat kedua,sebaliknya berpendapat bahwa suara bayi tidaklah secara kebetulan tetapi mempunyai arti baginya alasannya adalah bunyi bunyi itu mengekspresikan (menyatakan) perasaan perasaannya.pertumbuhan berikutnya dari berguru bahasa itu terjadi dengan jalan menggandakan (imitasi).
d.      Belajar buang air kecil dan buang air besar
Pengontrolan buang air bukan hanya berfungsi mempertahankan kebersihan, namun juga menjadi indikator utama kemampuan bangkit sendiri, pengendaliaan diri dan susila anak yang telah menguasai cara cara buang air dengan baik, tergolong daerah dan pemeliharaan kebersihannya,pada tahap selanjutnya akan mampu menertibkan diri dan bersopan santun. Tugas ini di lakukan pada kawasan dan waktu yang tepat dengan norma penduduk . Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum mampu mnguasai (menahan) ngompol alasannya adalah pertumbuhan syaraf yang menertibkan pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan kebersihan kepada anak usia di bawah 4 tahun, cukup dengan pembiaasan saja, adalah setiap kali mau buang air bawalah anak ke WC.
e.       Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis kelamin laki-laki perempuan, meskipun ada juga yang berkelainan. Anak mesti menganal jenis jenis kelamin, baik ciri ciri biologisnya maupun social-kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang serupa maupun yang berbeda dengan dirinya.
Melalui observasi, anka mampu melihat tingkah laris,bentuk fisik dan busana yang berlainan antar jenis kelamin yang satu dengan kelamin yang lainnya. Dengan cara tersebut, anak meletakkan perhatian yang besar terhadap alat kelaminnya sendiri maupun orang lain. Agar pengenalan kepada jenis kelamin  (sex) itu berlangsung normal, maka orang tua perlu memperlakukan anaknya dalam hal menawarkan alat mainan, pakian, maupun aspek yang lain diubahsuaikan dengan jenis kelamin anak.
f.       Mencapai kestabilan jasmaniyah fisiologis
Pada kurun bayi keadaan fisiknya sungguh labil dan peka, mudah sekali berubah dan efek dari luar. Ada selesai era kanak kanak beliau mesti mempunyai jasmani yang berpengaruh, stabil, sehat, seimbang semoga bisa melakukan tuntutan tuntutan pertumbuhan berikutnya.
Keadaan jasmani anak sungguh labil jika daripada orang remaja, anak cepat sekali merasakan pergeseran suhu sehingga temperatur badannya mudah berganti. Perbedaan kombinasi makanan yang diberikan mampu mengubah kadar garam dan gula dalam darah dan air dalam tubuh. Untuk mencapai kestabilan jasmaniah bagi anak di perlakukan waktu hingga 5 tahun. Dalam proses meraih kestabilan jasmaniah ini, orang renta perlu memberikan perawatan yang intensif, baik yang menyangkut pinjaman makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.
g.      Membentuk konsep-konsep (Pengertian) sederhana wacana realita sosial dan alam, Serta merencanakan diri untuk membaca.
Walaupun masih sederhana, Anak hidup dalam lingkungan fisik dan sosial tertentu. Agar mampu hidup secara wajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan permintaan dari lingkungannya, anak dituntut memiliki rancangan-desain sosial dan fisik yang tepat dengan kemampuannya. Anak harus telah mengenali apa itu hewan, Manusia, rumah, dan sebagainya.
Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan sebuah kondisi yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat memperhatikan benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Perkembangan lebih lanjut, anak memperoleh keteraturan dan mampu membentuk generalisasi (kesimpulan) dari aneka macam benda yang kebanyakan memiliki ciri yang serupa. Anak berguru bahwa bayangan tertentu dengan suara tertentu yang nyaring, selalu memenuhi kebutuhannya disebut “orang”,”ibu”,”Ayah”. Anak mencar ilmu bahwa benda-benda khusus mampu dikelompokkan dan diberi satu nama, Seperti kucing, ayam, kambing, dan burung dapat disebut hewan. Untuk mencapai kemampuan tersebut (Mengenal pengertian-pemahaman) diperlukan kematangan system syaraf, Pengalaman dan bimbingan dari orang cukup umur.
h.      Belajar menyelenggarakan relasi emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain yang akrab dengan baik.
Karena anak selalu berhubungan dengan orang lain, baik dalam keluarganya maupun dilingkungannya., baik ia dituntuk untuk mampu membina relasi baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut mampu memakai bahasa yang sempurna dan baik, Bersopan santun.
Anak menyelenggarakan korelasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam mencar ilmu mengadakan kekerabatan emosional dengan orang lain, Sedikit banyaknya akan memilih sikapnya dikemudian hari. Apakah beliau bersiakap erat, acuh taacuh, introvert, extrovert, dan sebagainya. Misalnya Apabila anak menemukan pergaulan dengan orang tuanya itu menggembirakan, maka cenderung akan bersikap ramah dan ceria.
i.        Dapat membedakan benar dan salah, serta mulai menyebarkan hati nurani.
Pergaulan hidup senantiasa berisi dan berlandaskan etika. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengenali mana tindakan yang baik dan mana yang tidak baik, lebih jauh beliau dituntut untuk melalkukan perbuatan yang bagus dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaika-kebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.
Seorang anak kecil selalu dikuasai hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya jelek (hedonisme yakni anutan yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). Apabila anak bertambah besar dia harus berguru pengertian wacana baik dan jelek, benar dan salah, karena sebagai mahluk sosial, Manusia tidak hanya memperhatikan kenikmatan/kepentingan sendiri saja, namun harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pemahaman baik dan jelek, benar dan salah ini dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Pada mulanya anak mencar ilmu bahwa apa yang dihentikan itu bermakna jelek atau salah dan apa yang diperbolehka itu bermakna baik atau benar. Pengalaman ini ialah awal pembentukan kata hati anak. Perkembangan berikutnya terjadi lewat saran-rekomendasi, panduan, buku-buku bacaan dan analisis anggapan sendiri. Sesuatu yang penting dalam menyebarkan kata hati anak yaitu suri tauladan dari orang renta dan bimbingannya. Hal ini lebih baik dari pada penggunaan hukuman dan ganjaran, walaupun dalam suasana tertentu masih tetap diperlukan.[4]
2.     Tugas-tugas pertumbuhan periode kanak-kanak Akhir (Masa sekolah)
Kalau pada era bayi dan kanak-kanak, dunia anak lebih banyak bareng keluarganya, maka pada abad anak yang berusia 6-12 tahun, dunianya lebih banyak disekolah dan lingkungan sekitar. Sejalan dengan itu ada tiga dorongan besar yang dialami anak pada periode ini :
Ø  Dorongan untuk keluar dari rumah dan masuk kedalam kalangan sebaya (Peer group).
Ø  Dorongan fisik untuk melakukan aneka macam bentuk permainan dan aktivitas yang menuntut kemampuan/gerakan fisik.
Ø  Dorongan mental untuk masuk kedunia konsep,pedoman,interaksi dan symbol-simbol orang remaja.
Beberapa tugas perkembangan yang dituntut untuk dikuasai pada periode ini yaitu :
a.       Belajar menemukan keahlian fisik untuk melaksanakan permainan,
Anak pada periode ini senang sekali bermain, untuk itu diperlakukan kemampuan-keterampilan fisik, Seperti : Menangkap, Melempar, menendang bola, Berenang, Mengendarai sepeda, dan lain-lain.
            Melalui kemajuan fisik dan otak, Anak berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Pada kala sekolah anak telah hingga pada periode penguasaan otot, Sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi dan permainan ringan, Seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan sebagainya.
b.      Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri selaku makhluk biologis yang sedang berkembang dan berkembang.
Pada era ini anak dituntut mengenal dan dapat memelihara kepentingan dan kemakmuran dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan keamanan dirinya, Menyayangi dirinya, Senang berolah raga dan berkreasi untuk mempertahankan kesehatan dirinya, Memiliki perilaku yang sempurna terhadap jenis kelamin lain.
Pada hakikatnya, tugas ini menghendaki pada anak untuk mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, mencakup : Kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan. Mengembangkan sikap nyata kepada jenis kelaminnya (Pria atau perempuan) dan juga meneriam dirinya (baik rupa parasnya maupun postur tubuhnya) Secara positif.
c.       Belajar mengikuti keadaan (Bergaul) Dengan sahabat-sobat sebayanya.
Pada kala ini, Anak dituntut untuk mampu bergaul, Bekerja sama dan membian kekerabatan baik dengan sobat sebaya, Saling menolong dan membentuk kepribadian social. Yakni berguru mengikuti keadaan dengan lingkungan dan suasana yang baru serta sobat-sobat sebayanya. Pergaulan anak disekolah atau anak sebayanaya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya itu baik akal, tetapi mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak bahagia alasannya sobat sebayanya tersebut suka mengusik dan bandel.
d.      Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Anak dituntut melakukan peranan-peranan social yang diharapkan penduduk sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila anak sudah masuk sekolah, Perbedaan jenis kelamin akan kian tampak. Dari segi permainan misalnya akan terlihat bahwa anak pria akan tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainan yang khaslaki-laki, Seperti maen kelereng, main bola, dan laying-layang.
e.       Belajar keahlian dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya disekolah dan perkembangan belajarnya lebih lanjut, Anak pada kala permulaan ini dituntut telah menguasai kemapuan membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu alasannya periode usia 6-12 tahun disebut kala sekolah, karena perkembangan jasmani dan kemajuan rohaninya sudah cukup matang untuk meneriam pengajaran. Untuk mampu hidup dalam masyarakat yang berbudaya, minimal anak harus simpulan sekolah dasar (Sekolah Dasar), Karena dari sekolah dasar anak telah menemukan keahlian dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f.       Belajar membuatkan konsep (pengertian) yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
Agar mampu beradaptasi dan berperilaku sesuai dengan permintaan dari lingkungannya, Anak dituntut sudah memiliki konsep-konsep  yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkenaan dengan pergaulan, pekerjaan, kehidupan, keagamaan, dan lain-lain. Jika kita telah menyaksikan sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dn mengalami, tinggallah sebuah ingatn pada kita. Ingatan mengenahi pengamatan yang telah lalu itu disebut rancangan (dalam tanggapan). Demikian pula kita mempunyai balasan (fikiran) ihwal ayah, ibu, rumah, busana, buku, sekolah, computer, dan juga mengenai gerak-gerik yang kita kerjakan, mirip berbicara, berlangsung, berenang dan menulis. Bertambahnya pengalaman akan memperbesar pembedaharaan rancangan pada anak. Tak perlu diuraikan lagi bahwa dalam kehidupan sungguh banyak konsep yang diharapkan. Semakin bertambah pengetahuan, Semakin bertambah pula rancangan yang diperoleh. Tugas sekolah dalam hal ini menanamkan konsep-rancangan yang terperinci dan benar. Konsep-desain itu mencakup kaidah-kaidah ajtau ajaran agama (budbahasa), ilmu pengetahuan, adab istiadat, dn sebagainya. Untuk menyebarkan tugas kemajuan ini, maka guru dalam mendidik/mengajar sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk :
Ø   Banyak menyaksikan, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya wacana sesuatu yang berfaedah untuk peningkatan ilmu dan kehidupan masyarakat.
Ø  Banyak Membaca buku-buku atau media cetak lainnya. Semakin dipahami rancangan-rancangan tersebut, Semakin mudah untuk memperbincangkannyadan semakin gampang pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.
g.      Mengembangkan hati nurani, Pengertian budpekerti, dan tata tingkatan nilai
Pada periode ini anak dituntut telah bisa menghargai perbuatan-perbuatan yang cocok dengan moral, mampu melaksanakan control kepada perilakunya sesuai dengan watak. Pada abad ini juga diperlukan mulai berkembang anutan akan skala nilai dan pertimbangan-usulanyang didasarkan atas kata hati. Pada hakikatnya tuga ini yakni menyebarkan perilaku dan perasaan yang bekerjasama dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan kepada peraturan agama (tabiat) diikuti dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini bekerjasama dengan dilema benar-salah, boleh-dilarang, Seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dan sebagainya.
h.      Mengembangkan sikap kepada kalangan social dan forum.
Anak diperlukan telah memiliki perilaku yang sempurna terhadap forum-lembaga dan unit atau kalangan-kalangan social yang ada dalam penduduk . Tugas ini pada hakikatnya ialah berbagi perilaku social yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Misalnya berbagi perilaku tolong menolong, Sikap empati, mau berafiliasi dengan orang lain, toleransi kepada pendapat orang lain, dan menghargai hak orang lain.
i.        Belajar memperoleh kebebasan eksklusif
Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut mempunyai keleluasaan langsung. Ank bisa memilih, merencanakan dan melaksanakan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang remaja lainnya. Tugas ini pada hakekatnya ialah biar anak dapat menjadi orang yang bangun sendiri, dalam arti dapat menciptakan rencana, berbuat untuk masa kini dan periode yang akan datangbebas dari pengaruh orng bau tanah maupun orang lain.
3.     Tugas-peran Perkembangan Remaja dan Pengukurannya
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa sampaumur. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus kemajuan individu, dan ialah masa transisi yang dapat diarahkan terhadap perkembangan periode remaja yang sehat.
                        Masa remaja ditandai dengan :
v  Berkembangnya sikap dependen terhadap orangtua ke arah independen.
v  Minat seksualitas
v  Kecenderungan untuk merenung atau mengamati diri sendiri, nilai-nilai budbahasa, dan informasi-berita watak.
Tugas pertumbuhan pada abad remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, cuma sedikit anak laki-lakilah dan anak wanita yang dapat diharapkan untuk menguasai peran-peran tersebut selama permulaan era sampaumur, terlebih mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa dewasa muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan teladan perilaku. Penelitian singkat perihal peran-tugas pertumbuhan periode akil balig cukup akal yang penting akan menggambarkan seberapa jauh pergantian yang harus dilaksanakan dan persoalan yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-peran perkembangan dalam waktu yang relatif singkat yang dimiliki oleh akil balig cukup akal Amerika sebagai balasan pergantian usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun, mengakibatkan banyak tekanan yang mengganggu para sampaumur.
Tugas-peran perkembangan fase sampaumur ini sangat berkaitan dengan kemajuan kognitifnya, yakni fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini akan sangat menolong kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar mampu memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas pertumbuhan ini, cukup umur memeriukan kemampuan inovatif. Kemampuan kreatjf ini banyak diwamai oleh kemajuan kognitifhya.
Menurut Havighurst (Hurlock,1990), ada sepuluh peran pertumbuhan cukup umur yang harus terselesaikan dengan sebaik mungkin :
a.       Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan sahabat sebaya baik pria maupun perempuan.
Karena adanya kontradiksi dengan lawan jenis yang sering berkembang selama tamat masa kanak-kanak dan kala puber, maka mempelajari hubungan baru dengan musuh jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui hal wacana musuh jenis dan bagaimana mesti bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan kekerabatan gres yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak gampang.
Mempelajari tugas anak perempuan selaku wanita dan anak pria sebagai laki-laki, menjadi sampaumur diantara orang sampaumur, dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain.
Satu hal yang sangat mempengaruhi cukup umur ialah dorongan untuk ke dalam suatu keadaan penyesuaian sosial yang bagus dalam keseluruhan hidupnya. Namun bila gagal, maka dia akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam kehidupannya di abad remaja, seperti ketidakbahagiaan dalam ijab kabul, kurang bisa bergaul dengan orang lain, bersifat kekanak-kanakan, dan melaksanakan dominasi secara sewenang-sewenang.[5]
b.      Mencapai peran sosial pria dan wanita.
Remaja diharapkan bisa menghargai, menerima dan melakukan peran peran social sebagai pria dan perempuan dewasa. Ia dibutuhkan dapat menerima dan belajar tugas social laki-laki atau perempuan remaja yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c.       Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
Remaja dituntut untuk menyenangi dan menerima secara wajar keadaan badannya, mampu menghargai dan menghormati keadaan badannya, Serta dapat memelihara dan mempertahankan kondisi badannya. Tugas ini bermaksud biar dewasa merasa besar hati, atau bersikap toleran terhadap fisiknya, Menggunakan  dan Memelihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.    
d.      Mencapai kemandirian emosional dari orang renta dan orang-orang remaja lainnya.
Remaja dibutuhkan telah dapat melepaskan diri dari ketergantungannya selaku kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi orang tua dan menghargainya maupun orang sampaumur yang lain tanpa tergantungkepada mereka. Mereka dibutuhkan bisa membebaskan diri dari sikap dan sikap yang kekanak-kanakan atau bergantung pada orang renta, bisa berbagi afeksi (cinta kasih) terhadap orang renta tanpa bergantung kepadanya, dan bisa berbagi perilaku respek kepada orang bau tanah maupun orang sampaumur yang lain tanpa bergantung kepadanya.
e.       Mencapai kemandirian ekonomi
Ini biasanya terjadi pada laki-laki, Namun kini anak wanita juga mengalami hal yang serupa. Tujuan peran ini semoga cukup umur merasa bisa menciptakan suatumata pencaharian, baik pada remaja pria maupun perempuan.
f.       Memilih dan mempersipkan karier (Pekerjaan)
Remaja dianggap telah bisa membuat perencanaan karier, memilih pekerjaan yang tepat dan mampu dia kerjakan, Membuat persiapan-antisipasi yang cocok. Ia diharapkan bisa menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, Berusaha merencanakan diri mempunyai wawasan dan kemampuan untuk memasuki pekerjan tersebut.
g.       Mengembangkan kemampuan intelektual dan konsep-desain  yang dibutuhkan bagi warga Negara.
Dituntut untuk berbagi desain-konsep perihal hokum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi social yang sesuai bagi kehidupan terbaru, menyebarkan keahlian berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan problema-problema penduduk modern.
h.      Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social.
Diharapkan akil balig cukup akal mampu berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi perkembangan dan kemakmuran penduduk . Ia diharapkan mampu ikut serta selaku orang sampaumur yang bertanggung jawab sebagai penduduk , bisa memperhitungkan nilai-nilai social dalam tingkah laku dirinya.
i.         Memperoleh seperangkat nilai dan tata cara adab selaku isyarat /pembimbing dalam bertingkah laku serta membuatkan ideology.
Remaja diperlukan telah mempunyai seperangkat nilai yang mampu diterapkan dalam kehidupan, dalam kemauan dan perjuangan untuk merealisasikannya. Mampu menciptakan kehidupan yang serasi dengan orang lain, Serts beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
j.        Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga.
Remaja diharapkan mempunyai sikap yang konkret terhadap hidup keluarga yang punya anak. Bagi Remaja putri dibutuhkan telah mempunyai wawasan dan kesanggupan untuk memelihara anak dan rumah tangga.[6]
4.     Tugas-tugas kemajuan abad sampaumur muda
Pada Masa remaja muda tugas-peran kemajuan yang mesti tertuntaskan  individu yakni :
a.       Memilih pasangan hidup
Masa dewasa muda ialah kala permulaan membina karier dan keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan menentukan pasangan hidup selaku suami dan istri. Pasangan suami istri selain didasari oleh pertimbangan yang masak, ihwal kesesuaian sifat, kesamaan tujuan hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melakukan peran-peran rumah tangga.
b.      Belajar hidup dengan pasangan
Hidup berkeluarga merupakan hidup bareng antara dua orang yang mempunyai latar kehidupan, sifat dan mumgkin minat dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang serupa adalah kebutuhan hidup yang bareng . Pemahaman wacana kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut tidak timbul begitu saja, namun mesti ada kesediaan dan perjuangan dari kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa pengertian, Maka keselarasan keluarga sukar direalisasikan.
c.       Memulai hidup berkeluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil, Hampir seluruh aspek kehidupan kemasyarakatan ada dalam keluarga. Dalam keluarga ada faktor ekonomi, Sosial, Politik, budaya, agama, pendidikan, kesehatan, keamanan,etiaka,estetika dan lain-lain. Suami istri dan anak-anaknya, mesti mengembangkan dan penataan serta pengelolaaan faktor-faktor tersebut, Mengadakan pembagian peran, Mengembangkan mekanisme kerja, Menciptakan iklim kehidupan dan lain-lain sehingga semua kehidupan dapat tercukupi dan semua urusan keluarga mampu tertuntaskan dengan baik.
d.      Memelihara dan mendidik anak
Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak selaku pemersatu suami istri, Sebagai penerus generasi. Kehadiran anak harus dirawat,dipelihara dan dididik dengan baik. Jika tidak mungkin saja anak itu bukan lagi penghibur dan penerus pujian, tetapi menjadi sumber kedukaan dan kegalauan. Memelihara pertumbuhan fisiknya relative lebih muda daripada mendidik kemajuan kerohaniannya. Membimbing pertumbuhan rohani (Psikis) anak memerlukan kesiapan tertentu dari kedua orang tuanya.
e.       Mengelola Rumah tangga
Rumah tanggan mirip sebuah perusahaan atau forum yang memiliki banyak bagian atau kaitan, baik antar bab-bagiannya maupun bab tersebut dengan bab diluar rumah. Semua hal tersebut perlu dijadwalkan dan dikelola dengan baik, Sehingga mampu membentuk satu kesatuan yang harmonis.
f.       Memulai acara pekerjaan
Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk menerima nafkah, namun juga ialah dari karier sekaligus identitas dan prestise keluarga. Seorang akil balig cukup akal muda mesti merencanakan, memilih, serta memasuki pekerjaa yang sesuai deng kemapuan dan latar belakang pendidikannya, Untuk lalu membuatkan dirinya seoptimal mungkin dalam pekerjaan tersebut. Walaupun seseorang sudah mengikuti pendidikan untuk sesuatu pekerjaan, tetapi dalam praktek masih mesti banyak belajar dan mengenbangkan diri.
g.      Bertanggung jawab selaku warga penduduk dan warga Negara.
Seorang remaja muda mesti bisa membina korelasi social dengan sesame warga penduduk . Selain itu dia dituntut mematuhi semua peraturan, Ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, dia juga dituntut untuk turut memelihara dan mengawasinya. Ia juga dituntut untuk turut ikut serta dalam acara-acara kemasyarakatan.
h.      Menentukan persahabatan dalam kalangan social
Dimasyarakat terdapat aneka macam kelompok social, Seperti golongan etnis, Agama, budaya, profesi, kegemaran, dan lain-lain. Seoarang cukup umur muda dituntut untuk mampu hidup dalam bebagai kalangan social tersebut dengan serasi.
5.     Tugas-tugas kemajuan kala cukup umur dan lanjut usia
Tugas-tugas kemajuan pada masa ini ialah pengembangan lebih lanjut dan pematangan dari tugas-peran perkembangan pada kala dewasa muda. Pada tamat era dewasa, Realisasi dari semua peran perkembangan tersebut mencapai puncaknya, dan masing-masing memperlihatkan bentuk dan risikonya yang khas. Pada periode lansia, Apa yang dicapai pada kala usia akil balig cukup akal mungin tetap dipertahankan, namun beberapa hal lain mungkin mulai menurun bahkan menghilang. Tugas gres yang masih berkembang yakni kesiapan menghadapi status pension, Penuruan kekuasaan, Penurunan kemampuan dan kekuasaan fisik serta menghadapu akhir hayat.
Tugas-peran pertumbuhan pada abad cukup umur yaitu sebagai berikut :
a.       Memiliki tanggung jawab social dan kenegaraan selaku seorang dewasa.
b.      Mengembangkan dan memelihara tolok ukur kehidupan ekonomi.
c.       Membimbing anak dan remaja supaya menjadi orang akil balig cukup akal yang bertanggung jawab dan berbahagia.
d.      Mengembangakn aktivitas-kegiatan waktu senggang sebagai orang remaja, Hubungan dengan pasangan-pasangan kelurga lain sebagai eksklusif.
e.       Menerima dan menyrsuaikan diri dengan pergantian-pergeseran fisik selaku orang setengah baya.
f.       Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang ertambah renta.
Sedangkan tugas peran pertumbuhan usia lanjut sebgai berikut:
a.       Menyesuaikan diri dengan keadaan fisik dan kesehatan yang semakin menurun.
b.      Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang makin menyusut.
c.       Menyesuaikan diri dengan akhir hayat dari pasangan hidup.
d.      Membina relasi dengan sesama usia lanjut.
e.       Memenuhi kewajiban kewajban sosial dan kenegaraan secara luwes.
f.       Kesiapan menghadapi kematian.[7]
6.     Tujuan tugas perkembangan
ü  Petunjuk untuk mengetahui apa yang diperlukan penduduk dari individu pada usia tertentu.
ü  Memberi motivasi untuk melaksanakan apa yang dibutuhkan oleh kalangan sosial tertentu.
ü  Karena bertahap, peran kemajuan menunjukan apa yang hendak dihadapi dan langkah-langkah yang dibutuhkan pada pertumbuhan berikutnya.[8]
7.     Bahaya tugas perkembangan
a.      Harapan-harapan yang kurang sempurna, baik individu sendiri maupun lingkungan sosial menghendaki sikap yang tidak mungkin untuk dikuasai dalam kemajuan ketika itu, Mungkin sebab keterbatasan kemampuan fisik dan psikologis.
b.      Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan selaku balasan kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Yang mungkin saja hal ini akan membawa ketegangan dan tekanan kondisional.
c.       Terjadi “krisis” yang dialami individu ketika melalui satu tingkatan ketingkatan lainnya. Sekalipin individu sukses menguasai tugas pada suatu tahap secara baik, namun kewajiban menguasai sekelompok peran-peran baru secara tepat untuk tahap selanjutnya akan menjinjing ketegangan dan tekanan yang mampu membawa pada sebuah krisis. Misalnya, Seseorang yang kurun kerjanya akan berkhir, Sering mengalami “krisis pensiun” dimana beliau merasa bahwa prestise dan kepuasan langsung yang berhubungan dengan pekerjaan akan rampung.[9]
                                        
                                       
                                         BAB III
                                  PENUTUP
A.         Kesimpulan
Tugas pertumbuhan yakni sesuatu tugas yang timbul pada kurun tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas-tugas perkembangan ini berhubungan dengan perilaku, Perilaku, atau kemampuan yang sayogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya.
Tugas pertumbuhan berasal dari tiga jenis sumber, Yaitu:
Pertama adalah tugas yang berasal dari perkembangan fisik. Kedua, ada tugas-peran yang berasal dari kematangan kepribadian. Yang ini terkait dengan perkembangan tata cara nilai dan aspirasi. Selanjutnya, jenis peran kemajuan ketiga ialah tugas yang berasal dari tuntutan penduduk .
Tugas-tugas perkembangan Masa bayi sampai Lansia Meliputi :
1.      Tugas-tugas perkembngan kurun bayi dan kanak-kanak awal
2.      Tugas-peran pertumbuhan periode kanak-kanak terakhir (Masa sekolah)
3.      Tugas-tugas Perkembangan Remaja dan Pengukurannya
4.      Tugas-peran kemajuan kurun akil balig cukup akal muda
5.      Tugas-tugas perkembangan kala remaja dan lanjut usia
Tujuan tugas pertumbuhan :
ü  Petunjuk untuk mengenali apa yang dibutuhkan masyarakat dari individu pada usia tertentu.
ü  Memberi motivasi untuk melakukan apa yang dibutuhkan oleh kalangan sosial tertentu.
Bahaya tugas-tugas pertumbuhan :
ü  Harapan-impian yang kurang sempurna, baik individu sendiri maupun lingkungan sosial.
ü Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai balasan kegagalan menguasai peran-peran tertentu.                                    
                               DAFTAR PUSTAKA
Sartikca, itha ( 20 februari 2016). ”Pengertian dan Sumber peran Pengembangan”,                http://ithasarticka91.blogspot.co.id
Rochmah, Yuliani (2005)  Psikologi perkembangan, Cetakan I. Yogyakarta: TERAS
Indra (21 februari 2016). ”Tugas-tugas ihwal perkembangan periode cukup umur”,             http://indratambakberas28.blogspot.co.id
Theboxofife (21 februari 2016)  “Makalah tentang ‘Tujuan peran kemajuan”, http://theboxoflife.blogspot.co.id
 “Bahaya perihal tugas-peran kemajuan”, http://www.plengdut.com/2014/05
                                                            

  Konsep Dasar Asuhan Kehamilan / Anc

[1]itha sarticka, ”Makalah wacana Pengertian dan Sumber peran Pengembangan”, http://ithasarticka91.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 20 februari 2015)

[2] Elvi yuliani Rochmah, Psikologi kemajuan, Cetakan I (Yogyakarta: TERAS 2005) halaman 61

[3]Itha sartika, “Makalah tentang pemahaman dan sumber peran kemajuan”, http://ithasartika91.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 20 februari 2016)
                                                            

[4]Elvi yuliani Rochmah, Psikologi pertumbuhan, Cetakan I (Yogyakarta: TERAS 2005) halaman 63-70

[5]Indra, “Makalah perihal, “Tugas-tugas tentang pertumbuhan era dewasa”, http://indratambakberas28.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 21 februari 2016)

[6] Elvi yuliani Rochmah, Psikologi pertumbuhan, Cetakan I (Yogyakarta: TERAS 2005) halaman 80-83

[7] Ibid

[8] Theboxofife, “Makalah perihal ‘Tujuan tugas pertumbuhan”, http://theboxoflife.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 21 februari 2016)

[9] Makalah wacana, “Bahaya tentang peran-tugas perkembangan”, http://www.plengdut.com/2014/05 (Diakses pada tnggal 21 februari 2016)