Teori Pengertian, Kata, Dan Term

PENGERTIAN, KATA, DAN TERM

Pengertian:

  1. Kegiatan logika budi yang pertama yaitu menangkap ‘sesuatu’ sebagaimana adanya.
  2. Mengerti bermakna menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh akal akal. Apa yang dibuat nalar kebijaksanaan tersebut merupakan citra yang ‘ideal’ atau ‘rancangan’ tentang ‘sesuatu’ tersebut.
  3. Pengertian, yakni tanggapan atau gambaran akal kebijaksanaan yang abstrak, yang batiniah, perihal inti sesuatu.
  4. Setelah nalar membentuk pengertian, misalnya pemahaman ‘kucing’, maka dengan pengertian itu seseorang dapat berpikir dan/atau berbicara wacana kucing, tanpa menawarkan seekor kucing yang kongkrit lagi, karena ‘kucin’itu seakan telah berada di dalam logika-budi, yakni dengan perantaraan desain atau pemahaman ihwal ‘kucing’itu.
Kata:

  1. Berpikir terjadi dengan memakai kata-kata akal kecerdikan. Kata-kata digunakan untuk menyatakan atau melahirkan apa yang dipikirkan.
  2. Kata merupakan tanda lahiriah (ucapan suara yang diartikulasikan atau tanda yang tertulis) untuk menyatakan pengertian dan barangnya. Misalnya pernyataan ‘kucing makan tikus’, apa yang diungkapkan dalam pernyataan itu mencakup baik ‘pengertiannya’ maupun ‘bendanya’ yang konkrit.
  3. Namun harus dicatat, ‘kata itu tidak sama dengan pengertian’. Sering kali orang memakai kata-kata yang berlainan untuk memperlihatkan ‘pemahaman’ atau ‘realita’ yang sama (misalnya: biaya=biaya, karena, alasannya, dan sebagainya). Singkatnya, kata-kata ialah verbal dan tanda pengertian, namun tanda yang tidak tepat. Pemakaian kata yang salah kerapkali menjadi sumber kesalahpahaman. Oleh karena itu, sungguh penting untuk menyadari kata-kata yang dipakai, ialah pemahaman apa yang digunakan di dalamnya dan realita apa yang mau ditunjukkan dengan kata tersebut.
Term:

  1. Pengertian (kata) mampu juga dilihat dari sudut fungsinya dalam suatu keputusan (kalimat).
  2. Pengertian (kata) dapat berfungsi selaku subyek atau predikat dalam sebuah keputusan (kalimat).
  3. Term adalah kata atau rangkaian kata yang berfungsi selaku subyek atau predikat dalam sebuah keputusan (kalimat). Misal ‘kucing itu tidur’; kata ‘kucing’ merupakan ‘subyek’, dan kata ‘tidur’ ialah ‘predikat’nya. Dalam nalar, kata-kata hanya penting sebagai term, artinya kata-kata itu hanya penting selaku subyek atau predikat dalam sebuah kalimat.
  4. Term mampu berupa term tunggal atau term majemuk. Term itu tunggal apabila hanya atas satu kata saja, contohnya ‘hewan’, ‘membeli’, ‘mahal’, ‘kucing’, dan seterusnya. Term itu beragam, apabila terdiri dari dua atau tiga kata, dan bantu-membantu ialah sebuah keseluruhan, memperlihatkan satu dan berfungsi sebagai subyek atau paredikat dalam sebuah kalimat, misal ‘jam dinding itu mati’, ‘lapangan bola kaki itu sarat rumput’, dan seterusnya.
  Pemahaman Kebudayaan Material
Isi dan Luas Pengertian:

  1. Isi sebuah pemahaman (kata atau term) sering disebut komprehensi, sedangkan luas suatu pengertian disebut ekstensi. Komprehensi kadang juga disebut konotasi atau intensi, sedangkan ekstensi kadang disebut denotasi.
  2. Isi sebuah pengertian mampu dicari dalam inti pengertian, sedangkan luas suatu pengertian dapat dicari dalam benda atau hal mana yang ditunjukkan dengan pengertian itu.
  3. Isi pengertian (kata atau term) yaitu semua unsur yang termuat dalam suatu pengertian, yang mencakup mutu, karakteristik, dan keseluruhan arti yang tercakup dalam suatu term.
  4. Isi pengertian, mampu didapatkan dengan menjawab pertanyaan: manakah bab-bab (bagian-komponen) sebuah pemahaman tertentu. Pengertian atau term ‘manusia’ contohnya, mengandung bagian-komponen pokok seperti ‘rasional’, ‘beradab’, ‘berbudaya’, ‘berada’, ‘material’, ‘berbadan’, ‘hidup’, ‘dapat mengatakan’, ‘makhluk sosial’ dan seterusnya. ‘Pegawai Negeri’, pengertian atau term ‘pegawai negeri’ meliputi: ia yakni seorang manusia, memiliki pekerjaan tertentu, tidak secara kebetulan saja, memiliki jabatan tertentu, gajinya dibayar pemerintah, diangkat oleh pemerintah, ada surat keputusan pemerintah, dn sebagainya’.
  5. Luas pemahaman (kata atau term), yakni benda-benda (lingkungan realitas) yang dapat dinyatakan oleh pengertian tertentu. Kenyataan menawarkan bahwa: (1) setiap pemahaman memiliki kawasan lingkungannya sendiri. Misal, pengertian atau term ‘manusia’ yakni semua insan tanpa pengecualian dan pembatasan apa pun; pengertian atau term ‘kuda’ memperlihatkan cuma semua makhluk (hewan) tertentu yang dinyatakan oleh pemahaman itu dan bukan makhluk (hewan yang lain); (2) pemahaman-pengertian itu juga tidak sama luasnya. Misal, pengertian ‘hewan’ lebih luas dari pemahaman ‘kuda’. Dengan demikian pengertian ‘kuda’ merupakan bawahan dari pengertian ‘hewan’. Kata ‘makhluk’ lebih luas dari kata ‘manusia’, dan ‘fulan’.
  6. Luas pemahaman, juga dibedakan ke dalam: (1) luas yang mutlak, dan (2) luas yang fungsional. Luas yang mutlak adalah luas pemahaman terlepas dari fungsinya dalam kalimat; sedangkan luas yang fungsional yakni luas pemahaman dilihat dari sudut fungsinya, ialah sebagai subyek atau predikat dalam kalimat tertentu.
  7. Hubungan antara isi dan luas suatu pemahaman atau term, dapat dirumuskan selaku berikut:
  • Semakin banyak isinya (komprehensi bertambah), semakin kecil luas (derah lingkupnya atau ekstensinya); bertambah banyak (besar) isinya, akan menjelaskan bahwa ‘sesuatu’ atau ‘benda’ itu makin konkrit, nyata, dan tertentu; sebaliknya
  • Semakin sedikit isinya (komprehensinya berkurang), kian luas lingkungannya (kawasan lingkupnya ekstensinya). Atau
  • Apabila ekstensinya bertambah, komprehensinya akan berkurang; dan jika ekstensi berkurang, komprehensinya akan bertambah. Lihat gambar.
  Pemahaman Dan Fungsi-Fungsi Manajemen

Pembagian Kata:

1. Kata, mirip sudah dikatakan, merupakan pernyataan lahiriah dari pengertian. Namun demikian, kata tidak sama dengan pengertian atau term. Pengertian yang sama sering kali dinyatakan dengan kata-kata yang berlainan. Sebaliknya, kata-kata yang sama kadang-kadang menyatakan pemahaman yang berbeda beda pula.

2. Arti setiap kata dapat dilihat dari dua sudut: (1) arti kata dilihat selaku sesuatu yang bangkit sendiri, dan (2) arti kata dilihat dari sudut fungsinya dalam kalimat yang kongkrit. Untuk yang kedua ini umumnya disebut ‘suposisi’ term, ialah arti khusus sebuah term dalam kalimat yang tertentu, dipandang dari sudut arti, isi, dan luasnya.

3. Kata (term), jikalau dilihat dari sudut arti, yakni selaku berikut:

  • Univok (sama bunyi, sama artinya), artinya ‘kata’ yang memperlihatkan pengertian yang sama pula. Misalnya ‘kucing’, hanya menunjukkan ‘pemahaman’ yang dinyatakan oleh kata itu saja;
  • Ekuivok (sama bunyi, tetapi tidak sama artinya), artinya ‘kata’ yang menawarkan pemahaman yang berlain-lainan. Kata ‘genting’ misalnya, memberikan arti ‘atap rumah’, namun juga ‘suatu keadaan gawat’; kata ‘kambing hitam’ contohnya, menunjukkan arti ‘kambing yang berwarna hitam’ dan ‘orang yang dikorbankan atau orang yang dipersalahkan’.
  • Analog (sama bunyi, sedangkan artinya di satu pihak ada kesamaannya, di lain pihak ada perbedaannya), artinya ‘kata’ yang menawarkan banyak barang yang serupa, tetapi serentak juga berlainan-beda dalam kesamaannya itu. Kata ‘ada’ contohnya, bila kata itu dikenakan pada ‘Tuhan’, ‘insan’, dan ‘hewan’, di satu pihak sama artinya; namun di satu pihak tidak sama artinya, alasannya adalah terdapat perbedaan antara cara ‘berada’ nya Tuhan dan berada’ nya insan maupun binatang.
Term analog, dapat dibedakan ke dalam dua macam, yakni atributif dan proporsional.

  • Term analog atributif yaitu term yang khususnya digunakan dalam arti bekerjsama, tetapi digunakan pula untuk hal-hal yang lain, alasannya hal-hal lain itu memiliki hububungan tertentu dengan arti yang sesungguhnya. Misalnya, kata ‘sakit’ dalam arti yang bahu-membahu ialah untuk orang atau binatang; kalau dipakai untuk rumah, menjadi ‘rumah sakit’, maka ‘rumah sakit’ itu mempunyai kekerabatan yang tertentu dengan orang sakit.
  • Term analog proporsional yaitu term yang digunakan untuk beberapa hal yang berlawanan tetapi memiliki kesamaan yang sepadan. Misalnya, kata ‘daun tumbuh-tumbuhan’ dan kata daun untuk meja (daun meja), untuk pendengaran (daun indera pendengaran), untuk pintu (daun pintu), untuk gadis (daun muda), dan sebagainya.
  Pengertian Kepeminpinan Transformasional Menurut Hebat
4. Kata (term), bila dilihat dari sudut isi, yaitu sebagai berikut:

  • Abstrak, ‘kata’ yang memberikan sebuah bentuk atau sifat tanpa bendanya (contohnya ‘kemanusiaan’, ‘keindahan’), dan kongkrit, ‘kata’ yang menunjukkan suatu benda dengan bentuk atau sifatnya (missal, ‘insan’).
  • Kolektif, ‘kata’ yang menunjukkan kelompok (contohnya, ‘serdadu’), dan perorangan, ‘kata’ yang menawarkan sebuah individu saja (misalnya, ‘Dadan’ = nama seorang anggota serdadu).
  • Sederhana, ‘kata’ yang terdiri dari satu cirri saja (contohnya, ‘ada’, yang tidak mampu diuraikan lagi, dan jamak, ‘kata’ yang terdiri dari beberapa atau banyak cirri (misalnya, ‘manusia’, yang mampu diuraikan menjadi ‘makhluk’ dan ‘berbudi’.
5. Kata (term), jika dilihat dari sudut luas, yakni selaku berikut:

  • Term singular. Term ini dengan tegas menawarkan satu individu, barang atau kalangan yang tertentu. Misalnya, ‘Slamet’, ‘orang itu’, ‘kesebelasan itu’, ‘yang terpandai’, dan sebagainya.
  • Term partikular. Term ini menawarkan hanya sebagian dari seluruh luasnya; artinya memperlihatkan lebih dari satu, tetapi tidak semua bawahannya. Misalnya, ‘beberapa mahasiswa’, ‘kebanyak orang’, ‘empat orang perjaka’, dan sebagainya.
  • Term universal. Term ini menawarkan seluruh lingkungan dan bawahannya masing-masing, tanpa ada yang terkecualikan. Misalnya, ‘semua orang’, ‘setiap dosen’, ‘kera ialah binatang’, dan sebagainya.
6. Nilai-Rasa dan Kata-kata Emosional, dinyatakan oleh Poespoprodjo, tergolong dalam arti kata. Bahasa yaitu sesuatu yang hidup, sebuah verbal dari manusia yang hidup pada saat yang sama merupakan alat komunikasi antarmanusia yang hidup bersama. Kata-kata bukan cuma memperlihatkan kenyataan/fakta-fakta/barang-barang yang obyektif, tetapi mampu menyatakan sikap dan atau perasaan kepada kenyataan obyektif itu. Bandingkan diantara kata ‘kau, kamu, Saudara, Anda, Tuan, Paduka, lu, maneh, ente, antum, dan seterusnya.

Sumber:

  • Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
  • W. Peospoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011.