Teori Komunikasi

  1. PENDAHULUAN
            Dalam taktik komunikasi, media periode komunikasi merupakan bagian yang paling banyak menyita perhatian. Karena jumlahnya yang banyak yang sifatnya bersifat heterogen dan anonim. Sedangkan mereka mesti dicapai seraya indrawi dan rohani. Yang indrawi disini ialah bisa di tangkap mata dan telingga sehingga mampu di cerna (diketahui), sedangkan rohani disini sesuai dengan kerangka inferensinya(golongan), usia, agama, pendidikan, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan yang lain, karna kerangka referensi tertentu mampu mengakibatkan ketertarikan dan minat.
            Berdasarkan hal-hal tersebut ada satu pesan dari media massa yang disukai oleh seluruh khalayak. Ada juga yang diminati kelompok tertentu, misalnya kelompok usia bawah umur, remaja, dewasa. Kelompok agama Islam, dan lain-lain. Ataupun nilai yang lain.


  1. Social Categories Theory ( Teori Kategori Social )
            Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menempilkan teori ini mengatakan bahwa teori klasifikasi sosial menyatakan adanya perkumpulan – asosiasi, klasifikasi sosial pada masyarakat urban-industrial yang perikakunya ketika diterpa perangsang- perangsang tertentu hampir seragam.
            Asumsi dasar dari teori klasifikasi sosial ialah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat terbaru sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri – ciri yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang serupa. Persamaan gaya, orientasi dan perilakuakan berkaitan pada suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam[1]
            Teori ini menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kebersamaan – kebersamaan atau kategori – klasifikasi social pada masyarakat urban industrial yang perilakunya saat diterpa perangsang – perangsang tertentu hamper seragam. Ciri – cirinya  : usia, seks, pemasukan, pendidikan, atau permukiman dan yang bersifat religius.
            DeFleur juga memastikan bahwa teori ini konsisten dan tampaknya berasal dari sosiologi biasa mengenai massa. Ia juga mengutip formula Lasswell, menurutnya perpaduan dari kedua teori dengan variable – variable situasional terkait. Menurut Lasswell cara sempurna menjelaskan kegiatan komunikasi yaitu menjawab pertanyaan “ Who Says What In Which To Whom With What Effect “ atau Siapa Mengatakan Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa.
1.      Proses Penerapan Teori
            Orang Jawa berpindah penduduk ke sebuah tempat misalnya ke sulawesi mereka berkumpul disuatu tempat untuk membentuk suatu penduduk sehingga banyak perpaduan budaya akan tetapi usang-kelamaan perpaduan budaya mereka tersebut akan membentuk suatu budaya dan norma baru, sehingga mereka menjadi sebuah kesatuan, dan seragam atau sama dalam menerima/menyikapi terpaan dari media, baik itu media elektonik ataupun cetak.
  1. Social Relationship Theory ( Teori Hubungan Social ) 
            Menurut Melvin L. DeFleur kekerabatan social secara informal berperan penting dalam mengganti sikap seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa. Orang yang sering terlibat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut dengan pemuka pertimbangan sebagai terjemahan dari opinion leader, alasannya segera dijumpai bahwa mereka berperan penting dalam menolong pembentukan pengumpulan bunyi dalam rangka pemilihan umum.mereka tidak hanya meneruskan berita, tetapi juga interprestasi kepada pesan komunikasi yang mereka terima
            Suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antarindividu, individu dengan kalangan atau antar kalangan yang secara eksklusif ataupun tidak pribadi. Dalam teori ini bermakna korelasi antara media massa – khalayak.
            Hubungan yang terjalin terlihat melalui imbas kehadiran media massa ditengah-tengah kehidupan sosial.
1.        Sejarah Teori Hubungan Sosial
            Teori ini dikemukakan oleh Melvin L. DeFleur, menjelaskan bahwa relasi sosial secara informal berperan penting dalam merubah perilaku seseorang saat diterpa pesan komunikasi massa.
            Pesan media disampaikan lewat mediator/tidak pribadi (opinion leader). Opinion leader adalah orang yang secara informal mampu menghipnotis tindakan atau sikap dari orang-orang lain, baik mereka orang sedang mencari-cari informasi (opinion seeker) atau yang sekedar menerima informasi secara pasif (opinion recipient). Pada dasarnya pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu lewat hubungan personal dibanding langsung dari media massa.[2]
            Informasi melalui media massa tersebar lewat hubungan-kekerabatan sosial di dalam masyarakat. Teori ini bekerjasama dengan teori Two Step Flow Communication.
            Orang yang sering terlibat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut dengan pemuka pertimbangan (selaku terjemahan dari opinion leader), alasannya adalah pada kenyataannya mereka berperan penting dalam membantu pembentukan pengumpulan bunyi dalam rangka penyeleksian lazim.mereka tidak cuma meneruskan informasi, tetapi juga menjadi dampak interprestasi khalayak sekitar kepada pesan komunikasi yang mereka terima.
            Suatu penelitian menemukan adanya semacam acara gosip melalui dua tahapan besar. Pertama, informasi bergerak dari media kepada orang-orang yang secara relatif banyak pengetahuannya. (well informed). Kedua, informasi bergerak dari orang-orang itu lewat saluran antarpribadi (interpersonal channels) mereka yang kurang diterpa media dan banyak bergantung pada orang lain tentang suatu isu. Situasi komunikasi seperti ini dikenal selaku arus komunikasi dua tahap ( two step flow of communication)
Asumsi-perkiraan dalam teori hubungan sosial :
1.      berita bergerak dari media kepada orang-orang yang secara relatif banyak pengetahuannya. (well informed).
2.      gosip bergerak dari orang-orang itu melalui akses antarpribadi (interpersonal channels) mereka yang kurang diterpa media dan banyak bergantung pada orang lain tentang sebuah informasi.
3.      Opinion Leader tidak hanya meneruskan info, tetapi juga interpretasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima.
Seorang pemuka pertimbangan (opinion leader) dalam berkomunikasi dengan media massa berperan penting dalam menolong pembentukan pandangan dan interpretasi khalayak sekitar dalam merespon pesan komunikasi massa yang mereka terpa.
2.        Teori Hubungan Sosial Pada Kehidupan Nyata.
          Contoh faktual yang mampu kita temui di kehidupan penduduk ialah: penduduk desa yang mengikuti apa yang dilakukan oleh sesepuh mereka, baik dari sisi politik, cara bersosial, balasan kepada rumor yang ramai dimedia massa, dan lain sebagainya. Lebih spesifiknya, kaum santri di Madura yang mengikuti apa-apa yang diperintahkan oleh opinion leader mereka, dalam hal ini, yakni kiai, maka tak jarang, dikala mendekati pemilu, para kandidat presiden bersilaturrahmi ke pesantren-pesantren, dan pribadi menemui kiai untuk beramah-tamah, maksud utamanya ialah, untuk menerima santunan suara besar dengan cuma mengunjungi satu atau beberapa orang saja.
          Ketika Opinion leader memiliki pandangan baik kepada partai A, maka tanpa disuruhpun, khalayak sekitar mengikuti apa yang dipilih oleh Opinion Leader mereka, maka pesan media massa yang menerpa Opinion Leader lebih efektif ketimbang pesan yang sampai terhadap khalayak.
  1. Cultural Norms Theory ( Teori Norma Budaya )
            Teori norma budaya berdasarkan Melvin DeFleur hakikatnya yaitu bahwa media massa melalui penyajiannya yang pilih-pilih dan penekanan – penekanannya pada tema tertentu. Menciptakan kesan – kesan pada khalayak dimana norma – norma budaya biasa mengenai topik yang diberi bobot itu, dibuat dengan cara – cara tertentu. Oleh alasannya adalah itu perilaku individual umumnya dipandu oleh norma – norma budaya mengenai sebuah hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak pribadi akan mempengaruhi sikap.
1.      Asumsi Teori ini:
      Media Masa lewat infrmasi yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu mampu mengakibatkan kesan yang oleh khalayak diadaptasi dengan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaannya.
2.      Contoh Penerapan:
      Acara Pertunjukan wayang golek yang ditampilkan di Tv sehingga telah memberi daerah pada budaya tersebut untuk di Apresiasi oleh masyarakat.
  1. Sosial Learning Theory ( Teori Belajar Secara Social )
            Teori berguru secara sosial yang ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses – proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses mencar ilmu secara tradisional. Dia juga menyatakan bahwa social learning theory menilai media massa sebagai distributor sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru, dan sobat karib. Dalam berguru secara social langkah pertama yakni perhatian (attention) kepada sebuah kejadian.[3]
1.      Penerapan teori:
            Terjadi saat seorang anak mulai terpesona mengendarai sepeda dan ia mulai memperhatikan parapengendara sepeda yang sedang mengayuh sepedanya, da beliau hanya terpesona pada proses pembelajarn sepeda bukan lainnya , sehingga sebuah ketika dia diminta ayah nya untuk mengajrinya dan ia akan mencar ilmu benar-benar.
            Ketika si anak mulai berhasil maka disini peran ayah menawarkan reward untuk anak sebagai motivasi.


  1. SIMPULAN
            Media Massa sungguh berpengaruh pengaruhnya pada penduduk sebagai target komunikasi. Oleh alasannya itu, efek komunikasi kurun sangat menempel pada penduduk selaku akibat dari psikologis. Maka imbas komunikasi massa menjadi tolak ukur dalam kesuksesan.
            Teori efek komunikasi massa ini berada satu sama yang lain namun ada hubungannya, dan masing-masing teori digunakan berdasarkan kegunaanya atau pada contoh prilaku khalayak, karena para mahir menyaksikan dari sudut yang berbeda-beda


DAFTAR PUSTAKA
Wiranto. Teori Komunikasi Massa. (Jakarta : PT.Grasindo, 2000)
Dennis, McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1987)
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (jakarta: Rajawali Pers, 2007)
www.bagusboedhi.blogspot.on/2009/06/teori-teori-dalam-komunikasi-massa.html
www.syulhadi.wordpress.com/
www.agussetiman.wordpress.com2008/11/07/teori-efek-komunikasi-era-dari-melvin


  Penerapan Strategi Pembelajaran Yang Berpusat Pada Anak

[1] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (jakarta: Rajawali Pers, 2007), hal. 23

[2] Wiranto. Teori Komunikasi Massa. (Jakarta : PT.Grasindo), 2000 Hal. 56

[3] McQuail Dennis, Teori Komunikasi Massa: Suatu pengirim , (Jakarta: Erlangga, 1987)hal. 97