Teladan Makalah Analisis Faktor-Aspek Yang Menyebabkan Prestasi Akademik Rendah Pada Mahasiswa

Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Prestasi Akademik Rendah Pada Mahasiswa 
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Keseluruhan proses pendidikan, acara mencar ilmu ialah acara inti dan utama. Secara psikologis belajar mampu diartikan selaku suatu proses menemukan perubahan tingkah laris untuk mendapatkan teladan respon gres yang diharapkan dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses perbuatan berguru menyangkut aneka macam aspek diantaranya mengenai latar belakang timbulnya mencar ilmu, jenis dan bentuk-bentuk mencar ilmu, faktor yang menghipnotis perbuatan belajar, transfer dalam mencar ilmu sehingga sangat menentukan kesuksesan dalam proses perbuatan belajar. Selain itu ada faktor lain yang sangat penting dalam keberhasilan proses tindakan mencar ilmu adalah, seperti kematangan idividu pembelajar, lingkungan keluarga yang mendukung, lingkungan sekolah yang kondusif, lingkungan masyarakat mendukung, metode berguru yang up to date dan tersedianya alat-alat mencar ilmu/media belajar dan bahan pembelajaran yang mudah dipelajari dan dimengerti.
Dengan demikian pelaksanaan proses perbuatan belajar terdapat beberapa masalah baik bagi mahasiswa mirip dalam pengaturan waktu berguru, menentukan tata cara mencar ilmu, pengunaan sumber/buku belajar, cara mencar ilmu dengan kelompok, dan persiapan menghadapi ujian. Begitu pula dengan permasalahan bagi tutor/dosen sebagai pelaksana proses pembelajaran harus mempersiapan bahan pembelajaran, teknik pembelajaran yang tepat dipakai semoga dapat menunjang proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diperlukan, dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang pembelajar, tentunya kalau problem telah diantisipasi lebih awal oleh tutor/dosen diperlukan proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal. 
Universitas Terbuka (UT) selaku forum pendidikan tinggi, tentu saja mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menolong para mahasiswa biar mereka sukses dalam belajarnya. Untuk itu hendaknya UT memperlihatkan sumbangan kepada para mahasiswa dalam menanggulangi persoalan-problem yang timbul dari acara mencar ilmu. Universitas Terbuka (UT) selaku akademi tinggi yang mengadakan pelayanan dengan Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ), mempunyai implikasi kepada penataan proses belajar mengajar yang berbeda dari sistem pengajaran perguruan tinggi “tatap paras ” biasa. Proses mencar ilmu mengajar jarak jauh yang dipraktekkan oleh UT, pada dasarnya ditujukan kepada acara mahasiswa untuk berguru mampu berdiri diatas kaki sendiri dan mencar ilmu berkelompok.
Bahan pelajaran disampaikan melalui paket pelajaran yang disebut modul yang berisikan materi bimbing cetak dan non cetak. Bahan ini dipelajari secara berdikari oleh mahasiswa. Belajar mandiri lebih menuntut ketabahan, disiplin dan kejujuran. Sebab selain mencar ilmu, mahasiswa juga diwajibkan melakukan evaluasi sendiri terhadap kemajuan belajarnya.
Untuk membantu para mahasiswa berguru secara mampu berdiri diatas kaki sendiri supaya mampu mencapai hasil belajar yang maksimal dibutuhkan tutorial yang terarah. Bimbingan tersebut menjadi tanggung jawab tutor. Proses tutorial ini disebut dengan bimbingan.
Dalam setiap acara Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) Mahasiswa Program Non Pendas yang dijalankan setiap semester, mahasiswa dibekali taktik mencar ilmu mandiri dan pembentukan golongan mencar ilmu untuk membantu mahasiswa dalam menuntaskan studinya dengan tepat waktu dan prestasi yang manis, namun dari observasi kepada nilai indeks prestasi mahasiswa pada setiap semester, masih sungguh banyak mahasiswa yang mendapatkan indeks prestasinya di bawah dua koma. Berdasarkan data pada masa pendaftaran 2009.2 jumlah mahasiswa dengan IP antara 2,00 hingga 4,00 sebanyak 127 mahasiswa dan IP di bawah 2,00 sebanyak 349 mahasiswa. Sedangkan pada kurun pendaftaran 2010.1 jumlah mahasiswa dengan IP antara 2,00 sampai 4,00 sebanyak 86 mahasiswa dan IP di bawah 2,00 sebanyak 341 mahasiswa. Data SRS hasil Ujian Akhir Semester yang dimasak UT Pusat.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini mampu diidentifikasi sebagai berikut: (1). Faktor-aspek yang mengakibatkan prestasi akademik rendah pada mahasiswa program Non-Pendas? (2). Sejauhmana aspek-faktor tersebut mempengaruhi terhadap prestasi akademik rendah pada mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar?
II. LANDASAN TEORI
Belajar yakni proses orang menemukan banyak sekali kecakapan, keterampilan, dan perilaku. Kemampuan orang untuk berguru yaitu ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk lainnya. Kemampuan belajar itu menunjukkan faedah bagi induvidu dan juga bagi penduduk . Bagi penduduk , berguru memainkan peranan penting dalam penerusan kebudayaan berbentukkumpulan wawasan ke generasi gres. Hal itu memungkinkan temuan-temuan dan inovasi-inovasi gres menurut perkembangan di waktu sebelumnya.
Orang selaku induvidu dan masyarakat mempunyai kepentingan semoga berhasil dalam mengurus balajar. Orang-orang yang telah terampil berguru mandiri mampu mengusai banyak sekali kemampuan untuk mengisi waktu senggang dan melaksanakan pekerjaan baru. Mereka juga membuatkan kemampuan berkehidupan yang kreatif sepanjang hayatnya. Bila ditelusuri secara mendalam, proses belajar mengajar ialah inti dari proses pendidikan formal.
Menurut pendapat Muhammad Ali (1987) Pengertian mencar ilmu maupun mengajar yang dirumuskan para andal, antara satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang persepsi maupun teori yang dipegang. Terdapat beberapa alasan mengapa muncul aneka ragam pengertian itu. Di antara alasan itu adalah: 
  1. Karena adanya perbedaan dalam mengidentifikasi fakta. Dasar perumusan sebuah teori adalah fakta yang diindentifikasikan melalui penelitian kepada sejumlah subjek sebagai sampel. Antara seorang ahli dengan mahir lain observasi dikerjakan kepada obyek yang berbeda. Perbedaan ini mengakibatkan diperoleh hasil berlawanan pula, 
  2. Perbedaan penafsiran terhadap fakta. Perbedaan ini kebanyakan disebabkan oleh latar belakang peninjauan yang berbeda-beda. Perumusan suatu teori di samping terpengaruh oleh penafsiran terhadap fakta, juga oleh banyaknya fakta yang dapat diindentifikasi. Dengan demikian teori yang dirumuskan pun berbeda pula, 
  3. Perbedaan terminologi (peristilahan) yang digunakan serta konotasi masing-masing perumpamaan itu. Peristilahan yang digunakan sebagai dasar analisis dan pembahasan ilmiah kadang kala berlawanan-beda. Setiap istilah mempunyai konotasi tertentu. Oleh sebab itu teori sebagai hasil studi ilmiah berlainan-beda sejalan dengan perbedaan perumpamaan yang digunakan dan konotasinya masing-masing, 
  4. Perbedaan pengutamaan kepada aspek tertentu. Dalam melakukan studi wacana mengajar ataupun mencar ilmu setiap andal memberi pementingan terhadap faktor tertentu. Studi tentang mengajar ada menekankan pentingnya proses mencar ilmu. Demikian pula ihwal berguru, ada menekankan pada faktor asosiasi (hubungan) antara stimulus-respon, ada pula menekankan pentingnya hasil kognitif. Hal ini membawa dampak terhadap kesimpulan yang diperoleh
Kesulitan Belajar
Kesulitan ialah sebuah keadaan tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam aktivitas meraih sebuah tujuan, sehingga membutuhkan perjuangan yang lebih keras lagi untuk mampu menanggulangi kesulitan itu. Kesulitan berguru dapat diartikan selaku sebuah kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tetap untuk meraih hasil belajar. Hambatan ini mungkin disadari mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya dan mampu bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Orang yang mengalami kesusahan berguru akan mengalami kendala dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya.
Kesulitan mencar ilmu mempunyai pemahaman yang luas dan kedalamannya termasuk pemahaman seperti learning disorder (kekacauan mencar ilmu), learning disfunction (proses berguru yang tidak berfungsi), under echiever (prestasi berguru rendah), slow learner (lambat berguru) dan sebagainya. Menurut Ngalim Purwanto (1998), ada empat hal atau kategori dalam belajar, adalah:
  1. Ada pergeseran tingkah laku yang lebih baik, atau mungkin lebih jelek, 
  2. Perubahan yang terjadi dapat lewat latihan atau pengalaman, 
  3. Perubahan itu relatif mantap, dan 
  4. Perubahannya menyangkut aspek kepribadian.
  Contoh Makalah Kasus Pelanggaran Adat Bisnis
Sementara itu Skinner (1997) menyatakan bahwa mencar ilmu yakni suatu proses adaptasi atau adaptasi tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Adaptasi tersebut akan menghadirkan hasil yang maksimal apabila beliau diberi penguat. Hal ini ialah dasar dari teori belajar conditioning dari Skinner, ialah bahwa timbulnya tingkah laris karena adanya korelasi antara stimulus (rangsangan) dengan respons.
Berkaitan dengan proses berguru mengajar dalam kelas, maka proses stimulus dan respons intinya merupakan suasana dan proses yang melibatkan dua aspek perbuatan, ialah faktor perbuatan berguru oleh mahasiswa, dan faktor perbuatan mengajar dari guru. Interaksi antara mahasiswa dengan guru dan antara mahasiswa dengan mahasiswa menjadi proses interaksi sosial yang terjadi di dalam kelas. Tanpa interaksi di antara mereka maka proses mencar ilmu dan mengajar tidak akan terjadi.
Pada dasarnya, ada dua aspek utama yang besar lengan berkuasa dalam proses berguru adalah faktor yang ada dalam diri organisme, yang disebut dengan aspek perorangan, mirip kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi. Sedangkan aspek kedua berasal dari luar individu, yang dapat disebut sebagai aspek sosial. Termasuk aspek sosial yaitu keadaan rumah tangga, kondisi guru, cara mengajar, alat pelajaran, lingkungan dan potensi yang tersedia.
Munawar dalam pustaka psikologi pendidikan (1999), paling tidak terdapat tiga golongan teori mencar ilmu yang cukup terkenal, adalah teori mencar ilmu menurut ilmu jiwa daya, teori berguru menurut ilmu jiwa asosiasi, dan teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt. Teori berguru menurut Ilmu Jiwa Daya menatap bahwa jiwa manusia berisikan beberapa daya dan masing-masing daya mempunyai fungsi tertentu mirip daya pikir, mengingat, mengkhayal dan sebagainya. Daya tersebut mampu dilatih melalui proses mencar ilmu sehingga fungsinya akan bertambah baik.
Teori belajar berdasarkan Ilmu Jiwa Asosiasi beropini bahwa keseluruhan itu terdiri atas penjumlahan bab-bagian atau unsur-komponen. Dalam golongan teori ini terdapat dua pemikiran yang populer adalah teori connectionisme dan teori conditioning. Teori connectionisme memandang bahwa mencar ilmu adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dan respons, sedangkan teori conditioning memandang bahwa berguru merupakan pembentukan korelasi antara stimulus dan respons yang perlu dibantu dengan suasana tertentu.
Teori mencar ilmu Ilmu Jiwa Gestalt memandang keseluruhan merupakan prinsip yang penting. Anak tidak dipandang sebagai sejumlah daya melainkan selaku sebuah keseluruhan, yakni individu yang dinamis dan senantiasa dalam kondisi berinteraksi dengan dunia sekitarnya dalam mencapai tujuan-tujuannya. Menurut teori ini, seseorang akan belajar bila beliau menerima suatu insight. Dalam hal ini, timbulnya insight tergantung pada kemampuan, pengalaman, sifat atau taraf kompleksitas, latihan dan trial and error. Selain itu, masih berdasarkan teori ini, berguru mesti dirangsang dengan adanya problem. 
Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam aneka macam bentuk tingkah laris. Tingkah laris yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Kesulitan belajar ini akan nampak dalam aspek-faktor motoris, kognitif, afektif baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Beberapa ciri tingkah laku yang ialah manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain : 
  1. Menunjukkan hasil mencar ilmu yang rendah dibawah nilai yang diraih kelompoknya atau di bawah peluangyang dimilikinya, 
  2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang telah dilaksanakan, 
  3. Lambat dalam melaksanakan peran-peran acara berguru, 
  4. Menunjukkan perilaku yang kurang wajar seperti : hirau tak hirau, menentang, berpura-pura dan sebagainya, 
  5. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah dan sebagainya.
Untuk mampu menetapkan tanda-tanda kesusahan mencar ilmu dan menandai individu yang mengalaminya, diharapkan adanya tolok ukur atau kriteria sebagai batas untuk menetapkannya. Dengan tolok ukur ini mampu ditetapkan batas dimana seseorang mampu diperkirakan mengalami kesusahan belajar. Kemajuan belajar seseorang mampu dilihat dari segi tujuan yang mesti dicapai, kedudukannya dalam golongan yang mempunyai potensi yang sama, tingkat pencapaian hasil berguru ketimbang potensi (kemampuannya) dan dari sisi kepribadiannya.
Terjadinya kesulitan mencar ilmu pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 
(1). Faktor-aspek yang terdapat dalam diri seseorang :
  • Kelemahan secara fisik antara lain: susunan syaraf yang tidak berkembang secara tepat/cacat/sakit sehingga sering membawa gangguan emosional, panca indera kurang berkembang secara tepat sehingga menyusahkan proses interaksi secara efektif, 
  • Kelemahan secara mental, 
  • Kelemahan emosional, mirip terdapat rasa tidak aman, ketidakmatangan, 
  • Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah seperti banyak melaksanakan aktifitas yang berlawanan dan tidak menunjang proses pembelajaran yang sedang disertai seseorang, gagal untuk memusatkan perhatian, tidak disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran, 
  • Tidak mempunyai keahlian dan pengetahuan dasar yang diperlukan seperti kurang menguasai pengetahuan dasar untuk bidang studi yang diikuti, mempunyai kebiasaan dan cara melakukan pekerjaan yang salah. 
(2). Faktor yang terdapat di luar diri seseorang antara lain : 
  • Kurikulum yang seragam,
  • Ketidaksesuaian persyaratan manajemen atau tata cara pengajaran, 
  • Materi pelajaran kurang disukai, 
  • Kelemahan yang terdapat dalam keadaan rumah tangga seperti tingkat pendidikan, status sosial ekonomi (Sudjana, 1988).
Dalam sistem belajar jarak jauh (SBJJ) yang diselenggarakan oleh UT, bimbingan atau pembimbingan merupakan salah satu bagian yang penting bagi kesuksesan metode mencar ilmu jarak jauh secara keseluruhan. Untuk itu maka pengelolaan acara bimbingan perlu dilakukan dengan sebaik mungkin, bersiklus, baik penyiapan materi yang mau digunakan hingga dengan sistem pengajaran yang dipakai dengan peran serta para tutor secara aktif. Agar pelayanan bimbingan belajar atau panduan mampu berguna dengan sebaik-baiknya, maka metode berguru jarak jauh dan tutorial perlu diketahui dengan baik oleh para tutor. Di samping itu tutor hendaknya memahami pula ihwal masalah-problem yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari modul.
Selain itu metode berguru jarak jauh (SBJJ) menuntut berguru mandiri para mahasiswa. Permasalahan belajar yang berbeda sehingga menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Hambatan tersebut dapat berupa hambatan dalam masalah akademis, contohnya kesulitan dalam mempelajari modul, kesusahan dalam memilih acara dan seni manajemen mencar ilmu, kesusahan dalam memilih sumber dan nara sumber untuk memecahkan duduk perkara yang dihadapinya dan mungkin juga dihadapi mahasiswa. Hambatan-hambatan yang sifatnya psikologis misalnya perasaan terisolir, menurunnya motivasi mencar ilmu, kesusahan dalam keluarga dan sebagainya.
Untuk membantu menangani kesulitan-kesusahan yang dihadapi mahasiswa Program Non-Pendas utamanya dalam masalah akademis, maka perlu dijalankan acara pembimbingan mahasiswa atau panduan. Dalam pembimbingan (bimbingan) tersebut para mahasiswa mampu berdialog dalam mengemukakan kesulitannya secara eksklusif kepada tutor ataupun terhadap sesama rekan mahasiswa (bimbingan tatap muka). Sedangkan kontak itu sendiri mampu dijalankan melalui berbagai jenis media seperti : tatap muka, radio, TV, Online dan sebagainya.Seorang tutor mempunyai tugas sebagai fasilitator dalam proses berguru mahasiswa pada sistem berguru jarak jauh (SBJJ), berperan juga menolong lancarnya proses mencar ilmu mahasiswa dalam hal mengatasi kesulitan-kesusahan berguru yang dihadapi mahasiswa.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Cooper dan Schindler (2006) dalam bukunya menyampaikan bahwa rancangan penelitian adalah suatu acara dan rencana menurut pada waktu, didasarkan pada pertanyaan penelitian, mengarahkan opsi dari sumber dan tipe-tipe berita, suatu kerangka kerja untuk menentukan relasi di antara variabel penelitian dan garis besar mekanisme untuk setiap kegiatan observasi. Sedangkan Sekaran (2003) menyatakan bahwa desain observasi merupakan upaya yang melibatkan sebuah urutan dari pilihan pengambilan keputusan rasional.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meraih tujuan observasi yang telah ditetapkan ialah untuk menganalisis faktor-aspek yang menjadikan prestasi akademik rendah. Desain penelitian ini ialah exploratory study yang bertujuan untuk menganalisis aspek-aspek dengan waktu penelitian yang bersifat cross-sectional, ruang lingkup topik berupa observasi statistik dan lingkungan penelitiannya ialah observasi lapangan. Data untuk mengukur masing-masing variabel dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner observasi berisi item-item pernyataan yang menggambarkan variabel-variabel yang diteliti. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melaksanakan pra survei pada beberapa responden dimaksudkan untuk menggali gosip guna mendesain instrumen penelitian.
3.2. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data berdasarkan versi ini, peneliti melakukan analisis dengan menggunaka statistik deskriptif ialah nilai mean dari setiap variabel dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
Analisis hasil observasi mengenai variabel-variabel yang diuji. Analisis dimulai dengan tahap pengumpulan data, karakteristik responden, pengujian validitas dan reliabilitas serta analisis pembahasan.
4.1. Hasil Pengujian Faktor-Faktor
Hasil analisis faktor-aspek yang menjadikan prestasi akademik rendah tersaji pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Hasil Pengujian Faktor-Faktor
No.
Faktor
Pengaruhnya
1
Kurangnya motivasi mencar ilmu à prestasi akademik rendah
rendah
2
Kurangnya waktu berguru à prestasi akademik rendah
rendah
3
Tidak memiliki bahan asuh à prestasi akademik rendah
rendah
4
Tidak mengikuti tutorial online à prestasi akademik rendah
cukup tinggi
5
Tidak membentuk kelompok berguru à prestasi akademik rendah
cukup tinggi
6
Kurangnya antisipasi ujian à prestasi akademik rendah
cukup tinggi
7
Kurangnya pengayaan materi à rendahnya prestasi akademik
cukup tinggi
8
Tidak mendukungnya suasana belajar à prestasi akademik rendah
cukup rendah
9
Kurangnya penyusunan rencana studi à prestasi akademik rendah
cukup rendah
4.2. Hasil Penelitian
Tujuan observasi ini adalah menerima pemahaman yang lebih baik tentang tanggapanmahasiswa pada faktor-aspek yang menjadikan prestasi akademik mahasiswa rendah. Sebelum peneliti menyusun kuesioner observasi sebagai instrumen penelitian untuk menghimpun data penelitian, apalagi dahulu peneliti melakukan pra-survei dengan teknik wawancara kepada beberapa mahasiswa Program Non-Pendas yang mempunyai prestasi akademik secara berturut-turut dua semester rendah yakni indeks prestasinya kurang dari 2,00. Tujuan dari wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan data yang menimbulkan prestasi akademik mahasiswa rendah. Kesimpulan dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa diperoleh sembilan faktor yang menimbulkan prestasi akademik mahasiswa rendah ialah kurangnya motivasi mencar ilmu, kurangnya waktu belajar, tidak memiliki bahan bimbing, tidak mengikuti bimbingan online, tidak membentuk golongan belajar, kurangnya persiapan ujian, kurangnya pengayaan materi, tidak mendukungnya situasi mencar ilmu serta kurangnya penyusunan rencana studi. 
Faktor-faktor atau variabel-variabel tersebut memiliki beberapa item-item atau indikator-indikator yang membentuknya. Agar variabel tersebut valid maka perlu diuji validitasnya dengan uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan software SPSS 16.0 for windows. Item-item yang tidak memenuhi kriteria statistik dalam membentuk konstruk atau variabel maka direduksi dan tidak diikutsertakan pada analisis. Uji reliabilitas juga dikerjakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konstruk atau variabel. Variabel yang diuji reliabilitasnya yaitu yang memiliki item atau indikator lebih dari dua. Sedangkan untuk menentukan tinggi-rendahnya efek varibel tersebut diukur dengan nilai rata-ratanya (mean) pada statistik deskriptif.
Dari hasil analisis faktor, variabel kurangnya motivasi belajar dibentuk oleh satu indikator yaitu “mahasiswa mengikuti kuliah bermaksud untuk mencari status”. Pada lazimnya kalau mahasiswa mengikuti kuliah bermaksud mencari status mirip semoga diakui oleh penduduk seseorang yang berpendidikan maka motivasi untuk belajar guna menerima ilmu wawasan kurang. Kurangnya motivasi untuk berguru menimbulkan pemahamanan atau penguasaan kepada bahan kuliah akan berkurang sehingga prestasi akademik yang diperoleh rendah. 
Faktor atau variabel kurangnya waktu berguru dibentuk oleh satu indikator ialah “saya sangat sibuk dengan hobby sehingga tidak sempat mencar ilmu”. Kesibukan mahasiswa dengan hobby yang mereka gemari akan mengakibatkan waktu untuk belajar sungguh kurang sehingga mahasiswa yang sangat sibuk dengan hobby tidak sempat untuk berguru, ini berakibat rendahnya prestasi akademiknya. 
Bahan asuh yang berupa buku materi pokok atau modul bagi mahasiswa Universitas Terbuka merupakan pengganti dosen mirip halnya pada kuliah tatap tampang (konvensional). Dosen memberikan materi perkuliahannya melalui modul yang dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa. Apabila mahasiswa tidak memiliki modul maka tidak dapat mengikuti perkuliahan, ilmu wawasan yang diperoleh tidak ada. Modul bagi mahasiswa Universitas Terbuka wajib dimiliki karena tata cara belajarnya secara mandiri melalui modul dan media lain. Mahasiswa yang tidak mempunyai modul maka tidak bisa menguasi materi perkuliahan sehingga dapat mengakibatkan prestasi akademik mahasiswa rendah. Beberapa hal mengapa mahasiswa tidak mempunyai bahan asuh diantaranya tidak memahami cara membeli modul melalui internet dan mahasiswa tidak tahu ke mana. Bagi UPBJJ-UT Denpasar kiranya perlu disosialisasikan pada mahasiswa menganai ke mana dan bagaimana caranya membeli materi didik atau modul.
Dalam metode berguru mampu berdiri diatas kaki sendiri, insiatif berguru tiba dari mahasiswa. Selain mahasiswa mencar ilmu berdikari dengan materi didik berupa modul atau media yang lain, Universitas Terbuka menawarkan layanan bantuan belajar berupa bimbingan tatap wajah dan tutorial online. Tutorial online selain dapat memperbesar ilmu pengetahuan dan pemahaman mahasiswa kepada mata kuliah yang ditempuh juga mampu berkontribusi kepada nilai akhir sebesar 30%. Tutorial online mampu dilakukan dimana saja dan kapan saja asal ada jaringan internetnya. Mahasiswa yang tidak mengikuti tutorial online bisa saja menimbulkan prestasi akademik rendah karena pemahaman kepada materi kurang dan tidak mempunyai kontribusi nilai akhir.
Belajar mampu berdiri diatas kaki sendiri bukan bermakna berguru sendirian tetapi belajar atas insiatif sendiri. Belajar mampu berdiri diatas kaki sendiri mampu berguru sendiri maupun belajar berkelompok dengan cara membentuk golongan belajar. Keuntungan berguru berkelompok salah satunya mampu berdiskusi terhadap suatu duduk perkara yang tidak mampu teratasi sendiri. Mahasiswa yang membentuk kelompok mencar ilmu akan mempunyai sahabat yang mampu diajak berguru bareng , memiliki teman yang mampu dimintai klarifikasi jikalau ada kesusahan berguru dan mempunyai teman yang bisa diajak berdiskusi. Sehingga mahasiswa yang tidak membentuk kelompok belajar akan menjadikan prestasi akademik rendah.
Ujian akhir semester ialah penilaian terhadap hasil mencar ilmu mahasiswa selama mengikuti perkuliahan satu semester. Untuk menerima nilai cobaan yang bagus atau lulus, kiranya perlu dipersiapkan mahasiswa baik secara materi maupun mental jauh hari sebelumnya. Persiapan yang masak dan baik akan dapat memberikan dogma diri bagi mahasiswa dalam menghadapi cobaan. Sebaliknya mahasiswa yang kurang persiapan cobaan final maka tidak memperlihatkan keyakinan diri bahwa mereka mampu menerima nilai baik dan mampu cobaan dengan baik dan damai. Sehingga kurangnya antisipasi cobaan ini mampu menyebabkan rendahnya prestasi akademik.
Selain mencar ilmu mampu berdiri diatas kaki sendiri dengan memakai buku bahan pokok atau modul, mahasiswa dapat melakukan pengayaan bahan kuliah dengan mempejalari media lain seperti VCD, web supplemen, siaran radio atau buku-buku lain yang relevan. Dengan melaksanakan pengayaan materi maka akan dapat memperbesar wawasan, pengertian dan pengetahuan kepada sebuah matakuliah yang sedang dipelajari. Sehingga mahasiswa yang kurang pengayaan bahan dapat menyebabkan rendahnya prestasi akademik.
Agar sesorang mampu berguru dengan baik maka perlu pada suasana dan keadaan yang mendukung. Belajar di daerah yang terlalu ramai, pencahayaan kurang, tidak pada kawasan berguru yang khusus maka besar lengan berkuasa kepada pengertian materi yang sedang dipelajari. Bisa saja mahasiswa yang berguru pada situasi dan keadaan mirip itu sungguh sukar untuk menyerap dan mengetahui materi yang sedang dipelajari. Sehingga tidak mendukungnya suasana dan kondisi belajar akan menyebabkan rendahnya prestasi akademik mahasiswa tersebut.
Untuk meraih suatu tujuan tertentu, umumnya dimulai dengan melaksanakan perencanaan. Begitu juga dengan mengikuti suatu perkuliahan atau studi, supaya dalam studi meraih hasil yang optimal, indeks prestasi yang baik, lulus tapat waktu dan memperbesar ilmu pengetahuan maka perlu adanya penyusunan rencana studi yang baik. Dengan adanya perencanaan yang bagus maka akan lebih terarah dalam proses belajarnya. Salah satu acuan mahasiswa mampu mengikuti paket arahan sehingga tidak asal saja dalam mengambil matakuliah. Sehingga kurangnya penyusunan rencana mampu mengakibatkan rendahnya prestasi akademik.
V. KESIMPULAN
Tujuan observasi ini yakni untuk menerima pengertian yang lebih baik ihwal respon mahasiswa Program Non-Pendas terhadap aspek-faktor yang menimbulkan prestasi akademik rendah. Seperti sudah dibahas sebelumnya, observasi ini berupaya menjawab pertanyaan: Faktor-faktor apa saja yang menimbulkan prestasi akademik rendah pada mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar? Bagaimana aspek-faktor tersebut pengaruhnya kepada prestasi akademik rendah pada mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar?
Untuk menjawab kedua pertanyaan penelitian tersebut, peneliti melaksanakan cross-sectional survey untuk mendapatkan data primer menggunakan kuesioner. Keusioner didesain dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa pada saat pra-survei. Kuesioner tersebut dipakai untuk mengukur pandangan mahasiswa terhadap faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah. Total 39 item pernyataan digunakan dalam penelitian ini.
Unit analisis dalam penelitian ini yakni individual. Individu-individu tersebut merupakan mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni dengan memakai non-probability sampling dengan teknik purposive sampling.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting, di antaranya:
1. Kurangnya motivasi berguru, kurangnya waktu berguru dan tidak mempunyai bahan ajar ialah aspek-aspek yang menyebabkan prestasi akademik rendah, namun pengaruhnya rendah.
2. Tidak mengikuti bimbingan online, tidak membentuk kelompok belajar, kurangnya antisipasi cobaan dan kurangnya pengayaan materi merupakan faktor-aspek yang menyebabkan prestasi akademik rendah, di mana pengaruhnya cukup tinggi.
3. Tidak mendukungnya suasana berguru serta kurangnya penyusunan rencana studi merupakan aspek-faktor yang menimbulkan prestasi akademik rendah, tetapi pengaruhnya cukup rendah.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, M., Sukarman, M., dan Rahmad, C. 1984. Bimbingan Belajar, Penuntun Sukses di Perguruan Tinggi Dengan Sistem SKS. Bandung: Sinar Baru.
Ali, M., 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Cooper, D.R. and Schindler, P.S. 2006. Business Research Methods. 9th edition. New York: McGraw-Hill.
Munawar, A. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dian Ilmu.
Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach.New Jersey: John Wiley & Sons Inc.