Teknologi Hijau: Sanitasi Taman, Wwg, Dan Tata Cara Drainase

Oleh: Ika Devi Sunbulat Sari (@T03-Ika)

Contact me: Ika.mayang10@gmail.com

Gambar 1. Mind Mapping Teknologi Hijau

Abstrak

Teknologi diciptakan menurut ilmu wawasan sebagai salah satu cara agar manusia menerima fasilitas dalam menjalankan aktivitasnya. Namun dalam pengembangan dan proses penggunaan teknologi ini juga mempunyai imbas jelek bagi kehidupan manusia, seperti pencemaran lingkungan akhir pembuangan limbah dan pemakaian energi tak terbarukan yang berlebihan. Maka dari itu muncullah konsep Teknologi Hijau selaku penanggulangan hal tersebut. Untuk menemukan alternatif yang mampu terbarukan dan tidak akan habis. Bentuk dari teknologi hijau ini, beberapa akan dibahas dalam postingan ini, diantaranya yakni topik mengenai apa yang dimaksud dengan Sanitasi, cara kerja Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah), serta efek Sistem Drainase kepada lingkungan

Kata kunci: kimia, teknologi hijau, berkelanjutan, alternatif, sanitasi, sanitasi taman, taman buangan, sistem drainase

Abstract

Technology is made based on science as a way for humans to get convenience in carrying out their activities. However, the development and use of this technology also has a negative impact on human life, such as environmental pollution due to waste disposal and excessive use of non-renewable energy. Therefore, the concept of Green Technology emerged as a countermeasure for this. To find alternatives that are renewable and never run out. The forms of this green technology, some of which will be discussed in this article, include the topic of what is meant by sanitation, how garden sanitation and wastewater gardens work, and the influence of the drainage system on the environment.

Keywords: chemistry, green technology, sustainable, alternative, sanitation, garden sanitation, garden waste, drainage system

1.     Pendahuluan

Kemampuan manusia membuat teknologi yang berdasar pada ilmu pengetahuan yang ada lalu dikembangkan lebih jauh lagi sehingga menjadi suatu metode yang kita kenal selaku teknologi. Teknologi timbul sebab adanya acara yang ingin dituntaskan secara mudah ataupun lebih cepat. Namun dalam proses perkembangannya ada banyak pengaruh yang kurang baik dari teknologi ini, salah satunya pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah dan penggunaan sumber daya energi tidak tebarukan secara berlebihan.

Dalam menangani hal ini muncullah rancangan Teknologi Hijau, sebuah pendekatan untuk menyelamatkan bumi. Teknologi Hijau diseleksi alasannya dalam pemakaiannya akan diutamakan untuk menggunakan sumber energi yang terbarukan, sehingga lebih ramah lingkungan. Teknologi Ramah Lingkungan sendiri, secara tata cara tergolong ilmu wawasan, prosedur, barang & pelayanan, peralatan serta prosedur organisasi & administrasi untuk mengiklankan kelestarian lingkungan.

Ruang Lingkup Teknologi Hijau tembagi menjadi 4 bagian, yakni: Ruang Energi Hijau (pengembangan energi alternatif yang terbarukan untuk memenuhi keperluan energi di Bumi); Bangunan Hijau (pembangunan berkesinambungan yang ramah lingkungan); Kimia Hijau (proses pendesainan dan pengaplikasian dalam proses produksi dan produk kimia, dengan semaksimal mungkin menetralisir materi berbahaya); dan Nanoteknologi Hijau (pembentukan produk nano dengan prinsip kimia hijau dan teknik hijau, menggunakan bahan-bahan alami).

Penerapan Teknologi Hijau ini sudah kerap erat diterapkan diberbagai negara di dunia. Mereka saling berlomba-kontes untuk membuat inovasi yang efektif dan efisien untuk menerapkan rancangan Teknologi Hijau ini. Salah satu contoh yang sungguh menawan ialah ada di Korea Selatan, mereka sukses berbagi proyek penyusunan rencana kota yang berkesinambungan “Songdo International Bussiness District”, yang ialah pusat kelebihan dalam teknologi, pendidikan, dan bisnis. Di Irlandia juga mengembangkan program investasi hijau berbentukenergi terbarukan yang berasal dari eksplorasi energi pasang surut dan gelombang air laut. Indonesia sendiri kini ini masih sangat jauh dari negara-negara tersebut dan masih terus melakukan pengembangan serta penerapan dalam teknologi hijau.

  Tidak Harus Besar Langkah Kecilpun Bisa Menanggulangi Pencemaran Udara Dan Air

Hal tersebut tentu sungguh mempesona, kunci dalam perwujudan proyek penyusunan rencana kota yang berkelanjutan, mirip halnya yang dilaksanakan oleh Korea Selatan akan kita diskusikan salah satunya dibawah ini. Yaitu topik mengenai apa yang dimaksud dengan Sanitasi, cara kerja Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah), serta efek Sistem Drainase terhadap lingkungan.

 

2.    Rumusan Masalah

Ø  Apa yang dimaksud dengan Sanitasi?

Ø  Bagaimana bentuk dan cara kerja dari Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah)?

Ø  Apa dampak dari Sistem Drainase untuk lingkungan?

 

3.    Tujuan

Ø  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sanitasi.

Ø  Untuk mengenali bagaimana bentuk dan cara kerja dari Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah).

Ø  Untuk mengenali apa pengaruh dari Sistem Drainase untuk lingkungan.

 

4.    Pembahasan

Ø Pengertian Sanitasi

Sanitasi yakni proses menjaga kawasan tetap bersih dan sehat, khususnya dengan menyediakan sistem pembuangan kotoran dan pasokan air higienis. Sanitasi menjadi kunci untuk pembangunan dan kesehatan lingkungan disekitarnya. Sanitasi lingkungan bermaksud untuk meningkatkan dan mempertahankan tolok ukur kondisi mutu lingkungan bagi kemakmuran manusia. Mencakup sumber air bersih dan aman dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, pembuangan limbah yang efisien, pertolongan dari kontaminasi zat, udara yang higienis, serta kawasan tinggal yang higienis, aman, dan sehat.

Selain selaku kunci pembangunan, sistem sanitasi yang tidak pantas dan terabaikan akan menjadi sumber persoalan gres tersendiri. Lingkungan yang sanitasinya tidak baik umumnya akan menjadi sumber penyakit yang dapat mengusik kesehatan manusia dan kemakmuran pun akan menyusut.

Ada dua faktor yang mampu mensugesti tata cara sanitasi yang bagus, yaitu:

a.    Faktor Sosial Masyarakat, dipengaruhi oleh adab dan istiadat yang ada di lingkungan daerah tinggalnya.

b.   Kemampuan Ekonomi masing individu yang tidak sama dalam membangun rumah dengan sanitasi yang baik.

Berikut ini ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menciptakan sanitasi yang baik, diantaranya sebagai hal berikut:

·        Mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat, mirip tidak membuang air besar atau kecil di sungai, tidak mencuci busana di sungai, terkhusus pada bagi penduduk yang ada di desa.

·        Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin, lakukan 3M (menyedot, menimbun, menutup) seperti mencampakkan genangan air yang ada di botol-botol bekas, yang lazimnya dijadikan kawasan favorit untuk nyamuk berkembang biak dan lain-yang lain.

·        Membersihkan kamar mandi dan toilet, biar tidak menjadi sumber virus dan penyakit.

·        Sebisa mungkin untuk menggunkan sumber air bersih dan aman untuk kebutuhan sehari-hari. (Waluya, 2012)

 

Ø Bentuk dan Cara Kerja dari Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah)

Dalam Jurnal Spasial, Nefilinda (2017) Sanitasi Taman (SANITA), adalah bab dari Teknologi Hijau yang berkhasiat untuk memperbaiki kualitas effluent tangki septik konvensional biar tidak mencemari air tanah. Effluen septik tank konvensional masih mengandung basil Fecal Coli yang cukup tinggi dan rawan mencemari air sumur dangkal yag terletak berdekatan, utamanya pada permukiman yang padat. Sebagian besar penduduk perkotaan masih memakan air tanah dangkal selaku sumber air minum dan rumah tangga sehingga mereka berisiko tinggi terserang penyakit perut (waterborne deseases).

  Peran Energi Hijau Bagi Kebidupan “Yuk Kita Budibayakan Energi”

SANITA mampu menurunkan kuman Fecal Coli pada effluent tangki septik hingga dengan lebih dari 99% sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah. Penerapan SANITA pada permukiman akan menambah vegetasi permukaan yang merupakan salah satu upaya adaptasi dan mitigasi imbas perobahan iklim. Selain itu SANITA juga gampang dan murah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya, serta tidak menggunakan materi kimia dan peralatan mekanis. SANITA telah diteliti oleh Pusat Litbang Permukiman sejak tahun 2004 dan dikala ini telah disusun pemikiran tata cara pembangunannya selaku kelengkapan Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara Pembangunan Tangki Septik.

Gambar 2. Komponen dan Sistem Kerja Safe Water Garden (SWG)

 Sumber: Dikutip dari web rucika.co.id

Cara Kerja Safe Water Garden (SWG)

1)   Air limbah dari shower / floor drain & toilet / WC mengalir ke SWG

2)  Tangki akan terisi sarat oleh air limbah. Pada dikala yang sama pencampuran terjadi di dalam tangka dan melarutkan semua limbah. Pada langkah pencampuran dan pengadukan ini akan melarutkan limbah sehingga mencegah penumpukan sedimen di dalam tangki.

3)  Air yang kaya nutrisi mengalir ke kebun. Kebun berisi campuran watu dan pasir berukuran 3 m3 (2 x 3 x 0,5 m) untuk membantu penyerapan dan penyebaran air limbah dengan segera

4)  Air menetes dari pipa pelindian ke dalam tanah. Tanah memiliki 2 fungsi penting; pertama, bakteri yang ada di dalam tanah mengkonsumsi materi organic & menjadikannya tidak berbahaya. Kedua, bakteri E-coli yang berbahaya terjebak di dalam tanah sehingga tidak akan meresap ke dalam sumur.


Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah)

Gambar 3. Komponen dan Sistem Kerja WasteWater Garden (WWG)

Menurut Nefilinda (2017) menuliskan dalam jurnalnya bahwa, Wastewater Garden (WWG) yaitu teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat pencemar dari unit pembuatan limbah perumahan, hotel, restoran, atau perkantoran. WWG merupakan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya. Tanpa memerlukan perlengkapan mekanis dan materi kimia, air limbah di daur ulang secara gravitasi ke taman, kebun sayuran, ataupun buah-buahan. WWG pada mulanya dikembangkan untuk melindungi pantai dari pencemaran limbah penduduk.

Kontribusi penerapan teknologi WWG dalam mitigasi dan penyesuaian efek pemanasan global alasannya adalah:

1)   menanam vegetasi;

2)  meningkatkan kualitas effluent ke lingkungan tanpa bahan kimia dan perlengkapan mekanis;

3)  ekologis, gampang, dan murah.

Teknologi WWG dikembangkan oleh Planetary Reef Foundation dan telah sukses dipraktekkan di Meksiko, Bali, Bahama, Belize, Perancis, Polandia, Pilpina, Amerika Serikat dan Australia. WWG yang terbesar ketika ini yakni Xpu-Ha EcoPark di Meksiko yang dirancang untuk mengolah limbah 1500 pengunjung per hari. Di Indonesia, teknologi WWG sudah di uji coba pada beberapa kantor pemerintah kawasan dan dipraktekkan pada beberapa hotel di kawasan Nusa Dua.

Ø Pengaruh dari Sistem Drainase untuk lingkungan

Secara sederhana drainase mampu disebut selaku saluran air. Untuk metode drainase berarti tata cara dari terusan air. Sistem drainase merupakan bagian prasarana yang sangat penting dalam sebuah susunan kompleks residensial atau dalam tata ruang perkotaan. Bisa juga dalam tata cara perairan untuk sawah-sawah masyarakatdesa. Sistem drianase yang baik mampu mencegah timbulnya bencana contohnya seperti banjir.

  Bukan Cuma Pencemaran Tetapi Juga Kepunahan

Dalam tulisan Asriningpuri dkk. (2015) yang mengkutip dari Halim (2002) Drainase dibagi kedalam 4 jenis, yakni:

1)   menurut sejarah terbentuknya (drainase alamiah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, dan drainase buatan yang di bentuk berdasarkan analisis ilmu drainase untuk memilih debit akhir hujan dan dimensi kanal);

2)  menurut letak terusan (drainase tampang tanah, dan drainase bawah tampang tanah);

3)  menurut fungsi drainase (single purpose berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, sedangkan multy purpose berfungsi mengalirkan berbagai jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian);

4)  berdasarkan konstruksi (akses terbuka merupakan akses air yang tidak dapat mengusik kesehatan, dan susukan tertutup merupakan jalan masuk untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan).

Sistem ini yang tanpa disadari sudah ada sejak zaman dulu, digunakan oleh penduduk Kampung  Nagawir  (Naga) diwilayah  Kampung  Legok  Dage  di  Desa  Neglasari–Kecamatan  Salawu  Kabupaten  Garut, ialah salah satu desa yang menerapkan metode drainase. Desa ini juga termasuk desa yang mewakili lokasi penerapan Teknologi Hijau dengan konsep leluhur, yang hingga ketika ini masih tetap tersadar dalam tata kehidupan, bermukim, dan bermasyarakat dengan Kearifan Lokal yang unik berada di tanah Parahyangan atau Priangan.

Drainase bila di kelola dengan baik, mampu mempertahankan kestabilan lingkungan dari efek kerusakan akibat pencemaran, sehingga lingkungan dapat terjagadengan baik. Pengaruh dari sistem Drainase ini dalam lingkungan ialah berfungsi untuk :

a)   mencampakkan air lebih;

b)  memuat limbah dan mencuci polusi dari kawasan perkotaan;

c)   menertibkan arah dan kecepatan pedoman:

d)  mengendalikan elevasi wajah air tanah;

e)   menjadi sumber daya air alternatif;

f)   didaerah perbukitan tata cara drainase menjadi salah satu prasarana menghalangi erosi dan gangguan stabilitas lereng.

5.     Kesimpulan

Sanitasi adalah proses menjaga tempat tetap bersih dan sehat, utamanya dengan menawarkan metode pembuangan kotoran dan pasokan air higienis. Sanitasai Taman (SANITA) bisa menurunkan basil Fecal Coli pada effluent tangki septik sampai dengan lebih dari 99% sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah.

Wastewater Garden (WWG) ialah teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat pencemar dari unit pengolahan limbah perumahan, hotel, kedai makanan, atau perkantoran dan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan, pengoperasian serta pemeliharaannya.

Secara sederhana drainase dapat disebut selaku jalan masuk air. Sistem drainase merupakan unsur prasarana yang sangat penting dalam suatu susunan kompleks residensial atau dalam tata ruang perkotaan, juga untuk tata cara perairan persawahan.

 

Daftar Pustaka

Asriningpuri, H., Kurniawati, F., & Pambudi, G. 2015. Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 7(1), 51-65.

 

Hidayat, Atep Afia. 2021. Teknologi Hijau. Dalam Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana.

 

Nefilinda. 2017. Teknologi Hijau: Solusi Untuk Pelestarian Sumber Air. Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu Geografi, dan Pendidikan Geografi, 1(2). Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

 

Rucika. 2021. Sanitasi Bersih Dukung Lingkungan yang Asri. Dalam www.rucika.co.id: https://www.rucika.co.id/sanitasi-bersih-dukung-lingkungan-yang-asri/ (Diakses pada 27 November 2021)


Waluya, Bagja. 2012. Bab 4 Sanitasi Lingkungan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA (Diakses pada 27 November 2021)