Teknik Analisis Data Kualitatif – Analisis data dengan-cara prosedural & prinsipal sangatlah berlawanan dr teknik analisis data kuantitatif.
Proses pengumpulan data kualitatif, yg umumnya berfokus pada wawancara & observasi partisipatif, melakukan analisis data dlm bentuk analisis teks dr hasil transkrip atau catatan lapangan yg tak terorganisir.
Tidak seperti penelitian kuantitatif, di mana data mentah tampaknya siap untuk dianalisis, teknik analisis data kualitatif biasanya memakai data yg tak siap untuk analisis. Oleh karena itu, perlu memakai proses sistematis dlm pemrosesan data.
Teknik analisis data kualitatif yg disuguhkan di sini menggunakan teknik lazim yg disederhanakan dgn metode yg ditulis oleh pakar penelitian sosial Alan Bryman.
Saya akan mengulas dengan-cara singkat contoh-pola untuk memudahkan pengertian kalian ihwal analisis data kualitatif ini.
Namun, sebelum saya memasuki bidang teknis, saya harus menyebutkan apalagi dahulu beberapa prinsip utama untuk menganalisis data kualitatif, mirip pendekatan & fungsi dasar.
Memahami, bahkan jikalau prinsip-prinsip utama ini sungguh penting dlm pandangan sekilas sehingga penerapan langkah-langkah teknis yg diadopsi kemudian tak berlainan dr prinsip-prinsip ilmiah.
Daftar Isi
Pendekatan Teknik Analisis Data Kualitatif
Secara umum, setidaknya ada dua pendekatan untuk menganalisis data kualitatif, yaitu induksi & grounded. Model grounded sering disamakan dgn deduktif, padahal mereka tak senantiasa sama.
Saya mengutip dr Alan Bryman yg membedakan analisis kualitatif dlm dua pendekatan ini alasannya cukup mudah dicerna. Di bawah ini yakni penjelasan singkat dr keduanya :
Analisis Induksi
Analisis dgn pendekatan ini didasarkan pada hipotesis yg sudah ditetapkan peneliti sebelum penempatan lapangan. Mirip dgn pendekatan kuantitatif ketika ini, tetapi lebih terbuka untuk hasil lapangan.
Setelah memasuki lapangan, peneliti menilik apakah data yg diperoleh mengkonfirmasi atau membantah hipotesis.
Jika data lapangan memperoleh masalah yg menyangkal mengenai hipotesis, peneliti memiliki 2 pilihan: untuk mendefinisikan kembali hipotesis, untuk mengecualikan (untuk membantah) perkara yg berkeliaran atau untuk merumuskan kembali hipotesis.
Jika Anda mendefinisikan ulang hipotesis & mengecualikan hasil terdistorsi, proses analisis selesai.
Sedangkan reformulasi hipotesis lagi akan mengarah pada pemeriksaan atau pengumpulan data di lapangan.
Penelitian yg sedang dijalankan, misalnya, berkaitan dgn “konsumsi literatur Islam oleh orang-orang muda di ibukota, yg sudah memutuskan untuk berhijrah”.
Para peneliti mengisi pertanyaan observasi untuk mencari tahu jenis literatur Islam apa yg dikonsumsi oleh kaum muda yg menentukan untuk berhijrah.
Telah dihipotesiskan bahwa kaum muda hijrah di ibukota cenderung menyantap literatur Islam yg ditulis atau diproduksi oleh kelompok-kelompok yg berafiliasi dgn organisasi Islam Indonesia seperti NU & Muhammadiyah.
Hasil wawancara & pengamatan memperlihatkan bahwa mereka yg telah beremigrasi condong mengkonsumsi buku-buku Islam yg diterjemahkan oleh para sarjana dr Timur Tengah.
Oleh sebab itu, data tak mendukung hipotesisnya. Proses analisis induksi memperlihatkan pada para peneliti potensi untuk mendefinisikan ulang hipotesis mereka atau merumuskan kembali hipotesis mereka.
Penelitian kualitatif selalu terbuka untuk hasil di lapangan, sehingga proses analisis data nyaris tak pernah berhenti pada titik tertentu.
Selanjutnya, saya akan mengeksplorasi teknik analisis data kualitatif menggunakan pendekatan teoretis.
Pendekatan ini memakan waktu lebih lama & lebih sering digunakan dlm banyak studi kualitatif.
Analisis Grounded
Analisis kualitatif dgn teori geounded banyak dipakai di kalangan peneliti sosial. Definisi teori yg berargumentasi cukup berlawanan.
Di sini saya tak perlu mengatakan, alasannya adalah itu memakan terlampau banyak ruang.
Menurut pendapat saya, visi pemahaman sudah cukup untuk mengikuti donasi ini & untuk menimbang-nimbang teori sebagai hipotesis nol dlm proses observasi permulaan.
Sebagai catatan, ini tak memiliki arti bahwa hipotesis tak mampu dikembangkan.
Singkatnya, peneliti bertanya observasi tanpa memikirkan hipotesis di kepalanya terlebih dahulu.
Namun, peneliti terus melakukan pencarian literatur atau pencarian literatur untuk mencari tahu teori mana yg telah dipakai dlm penelitian wacana topik terkait.
Pengetahuan teoritis berasal dr observasi yg ada digunakan untuk menerapkan sampel teoritis.
Apa itu sampling teoretis? Menurut Glaser Strauss (1967), sampel teoretis yaitu :
“Proses pengumpulan data untuk membuat teori di mana para peneliti mengumpulkan, mengkodifikasi & menganalisis data & memutuskan data apa yg akan dikumpulkan & di mana berbagi teori yg akan dikembangkan. Proses pengumpulan data ini didorong oleh teori-teori bahwa Anda berada di Pada dasarnya dikembangkan atau dengan-cara formal. “
Definisi ini menunjukkan bahwa pengambilan sampel teoretis ialah proses yg berkelanjutan & bukan hasil tamat.
Setelah penyeleksian teoretis, pendekatan yg ditetapkan mengarahkan para peneliti untuk menghimpun data lapangan.
Proses berikutnya sehabis pengumpulan data adalah enkripsi.
Pengkodean yaitu salah satu langkah kunci dlm penerapan teknik analisis data kualitatif.
Dua pendekatan yg diteliti di atas menunjukkan perbedaan dlm analisis observasi kualitatif.
Seperti diterangkan di atas, artikel ini akan menjelaskan mengenai bagaimana penggunaan teknik analisis data kualitatif.
Saya akan menjelaskan langkah demi langkah dgn sebuah teladan. Saya akan mencoba menyederhanakan prosedur Bryman untuk menyederhanakan pengertian.
Teknik Analisis Data Kualitatif
Mari kita mulai dgn coding. Pengkodean ialah langkah mendasar dlm analisis data kualitatif. Sampai tahap pengkodean, ini bermakna bahwa (pertama) data dikumpulkan di lapangan. Namun, ia tak mengesampingkan bahwa para peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data lagi. Ini ialah penelitian kualitatif yg cenderung memodelkan proses sirkulasi dlm analisisnya.
Coding
Pengkodean dapat dijalankan dengan-cara manual atau dgn kata lain menggunakan perangkat lunak dlm analisis data kualitatif seperti Atlas.ti atau Nvivo.
Proses pengkodean pula disebut pengindeksan. Para peneliti memasukkan instruksi dlm teks atau narasi yg didapatkan (data). Misalnya, wawancara transkirp imajiner menunjukkan dongeng berikut :
- Pewawancara : Apakah ada buku-buku Islam yg sudah mengubah cara berpikir Anda & Anda memutuskan untuk pindah?
- Informan: Saya bahagia membaca goresan pena-goresan pena para sarjana Islam kekinian Barat seperti John L. Esposito & Tariq bulan mulia. Tetapi yg membuat saya membaca buku adalah tatkala saya diminta untuk meninjau ulang Ikhwanul Muslimin. Saya mendapatkan siapa Hasan Al Banna & bagaimana ia dapat membangun organisasi yg besar. Salah satu buku yg saya baca dlm dua volume adalah Hasan Al Banna, seorang intelektual Mesir. Dari buku ini, Islam muncul dlm pikiran, sementara apa yg saya kerjakan sebelumnya sarat dgn dosa.
Misalnya, peneliti mampu menyandikan teks dlm “Sastra Timur Tengah.” Atau bisa pula ditulis dlm kode dgn “pernyataan sebab saya suka membaca”.
Ada banyak sekali kemungkinan pengkodean untuk memungkinkan analisis yg sistematis.
Penelitian yg kami kerjakan senantiasa sama mirip pada pola di atas, yg menyangkut “konsumsi literatur Islam”.
Contoh yg digunakan di sini hanyalah acuan imajiner untuk tujuan pembelajaran online.
Sampel teoretis yg dikembangkan mengambarkan bahwa literatur Islam, yg di bikinan organisasi yg berhubungan dgn NU & Muhammadiah, sebagian besar didistribusikan di toko buku & menjadi konsumsi publik.
Tetapi orang muda yg menentukan hijrah lazimnya tak memakan literatur itu.
Buat Konsep
Hasil pengkodean data menunjukkan bahwa buku-buku Islam yg diterjemahkan oleh penulis gila sudah memberi inspirasi banyak anak muda yg mengkonsumsinya untuk bermigrasi.
Peneliti perlu menyelidiki kembali data di kawasan atau bahkan menghimpun lebih banyak data untuk menentukan apakah data baru dibutuhkan.
Jika data dianggap jenuh, hasil pengkodean mampu dipakai selaku rancangan.
Sastra Timur Tengah yaitu suatu konsep. Peneliti dapat menafsirkan, berdasarkan data lapangan, apa yg dimaksud dgn literatur Timur Tengah, apa yg dimaksud dgn literatur NU, yaitu literatur Muhammadiyah & literatur yang lain.
Buat Kategori
Setelah rancangan yg digunakan terperinci, peneliti mampu mengendalikan kategori. Misalnya, buat daftar pernyataan informatif yg termasuk dlm “Sastra Timur Tengah,” “Sastra Lokal,” & seterusnya.
Membuat kategori atau kategorisasi tidaklah kaku. Para peneliti dapat melaksanakan ini dgn membahas perumpamaan-istilah lain yg disebutkan oleh whistleblower dlm wawancara.
Misalnya, “buku Islam ngepop”, “buku Islam radikal” & sebagainya. Pada langkah berikutnya, peneliti akan menilik korelasi masing-masing kategori & memastikan bahwa data (biasanya dlm bentuk teks atau narasi) termasuk dlm klasifikasi yg sesuai.
Buat Hipotesis
Dari klasifikasi yg sudah disusun, peneliti mampu merumuskan hipotesis. Misalnya, “kaum muda yg hijrah di ibukota lebih senang membaca sastra dr Timur Tengah dibandingkan dengan sastra Islam dr Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Muhammadiyah.”
Hipotesis ini mengambarkan bahwa buku-buku oleh penulis lokal tak mendorong orang untuk berhijrah atau cuma dibaca oleh orang-orang muda yg belum berhijrah. Hipotesis ini mesti apalagi dulu diperiksa.
Dapatkan Hasil Analisis
Seperti yg telah disebutkan, analisis data kualitatif hampir senantiasa non-linear.
Peneliti di lapangan lagi di lapangan & seterusnya, untuk mencapai hasil yg berkualitas tinggi.
Penelitian kualitatif menekankan kualitas hasil penelitian, bukan kuantitas. Setelah menguji hipotesis, peneliti dapat memvalidasi teori yg ada, menyebarkan teori, atau membuat teori baru.
Hasil analisis ialah hasil studi yg dapat diuji & dihidangkan pada publik.
Baca Juga :