Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya (Bagian 3)

Lanjutan dr Tawakal, Urgensi & Keutamaannya (Bagian 2)

Oleh lantaran itu, orang-orang yg bertawakal senantiasa bermunajat pada Rabb-nya pada tiap kali shalat dgn menyampaikan,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Hanya pada Engkaulah kami menyembah & hanya pada Engkaulah kami mohon pinjaman.”

Terkadang sebagian orang menduga bahwa tawakal itu yakni tak berusaha & berniat. Ia menyangka bahwa rezeki itu ibarat daun kering yg jatuh dr ranting pohon.

Ini ialah persangkaan orang-orang yg udik & praduga mirip inilah yg diharamkan dlm agama.

Tidak disangsikan lagi, bahwa tak berupaya bukanlah bentuk dr tawakal, akan namun itu yakni suatu bentuk kemalasan & tak mau bekerja keras.

Jika orang-orang itu ditanya kenapa ia berbuat demikian? Ia akan menjawab, “Saya bertawakal pada Allah.”

Sementara itu, Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata,

“Ketahuilah bahwa tawakal tak berlawanan dgn upaya insan dlm mencari karena-alasannya adalah yg dengannya Allah telah memutuskan takdir segala sesuatu & menjadikannya selaku bentuk dr sunnatullah pada makhluk.

Allah menyuruh untuk mencari alasannya adalah di samping menyuruh manusia untuk bertawakal.

Mencari alasannya itu adalah dgn cara berupaya dgn tujuan menaati Allah Ta’ala. Sedangkan tawakal ialah dgn hati serta mengimani-Nya. Dalam hal berusaha, Allah Ta’ala memerintahkan,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ

“Wahai orang-orang yg beriman! Bersiap siagalah kau. (QS. An-Nisa`: 71).

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ

“Dan persiapkanlah dgn segala kesanggupan untuk menghadapi mereka dgn kekuatan yg ananda miliki & dr pasukan berkuda. (QS. Al-Anfal: 60).

  Ciri-ciri Husnul Khatimah dan Su`ul Khatimah (Bagian 2)

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah ananda di bumi; carilah karunia Allah.” (QS. Al-Jumu’ah: 10).

Diriwayatkan dr Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Seseorang tiba pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam & bertanya,

“Apakah saya mesti mengikat unta kemudian bertawakal atau aku lepaskan saja lalu bertawakal pada Allah?”

Beliau menjawab,

اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

“Ikatlah (untamu itu) kemudian bertawakallah (terhadap Allah)!” (HR. Al-Bukhari & At-Tirmidzi).

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Berlanjut ke Tawakal, Urgensi & Keutamaannya (Bagian 4)