Tata Cara Perhitungan Dan Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan

Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan selaku sesuatu yang dipandang mempunyai nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua faktor adalah faktor teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan dan faktor kelembagaan yang menentukan siapa yang menertibkan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya yakni komponen dari ekosistem yang menawarkan barang dan jasa yang berguna bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut mirip ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dijumlah nilai ekonominya alasannya adalah diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga transaksi barang dan jasa tersebut mampu dilaksanakan.

Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang mampu dimakan baik pribadi maupun tidak langsung juga mampu menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memperlihatkan faedah dalam bentuk lain, misalnya faedah amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut selaku manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh kepada nilai dari sumber daya.

Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut (Fauzi, 2006).

Penggunaan metode analisis ongkos dan faedah (cost-benefit analysis) yang konvensional sering tidak mampu menjawab persoalan dalam menentukan nilai sumber daya sebab konsep ongkos dan manfaat sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh sebab itu lahirlah aliran konsep valuasi ekonomi, terutama valuasi non-pasar (nonmarket valuation).

Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan

Metode evaluasi ekonomi terhadap barang lingkungan hingga saat ini telah meningkat sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya yaitu the Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang paling terkenal saat ini ialah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior alasannya adalah mampu mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit tentang tata cara penilaian ekonomi kepada lingkungan selain CVM alasannya adalah desain CVM akan diterangkan lebih lanjut pada bab selanjutnya.

The Dose-Response Method (DRM)

Metode ini berdasarkan Yakin (1997) menurut pada ide bahwa kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor buatan. Peningkatan mutu lingkungan akan menjadikan perubahan dalam ongkos buatan yang berikutnya akan menyebabkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan tata cara ini misalnya efek kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara kepada bahan/material, kesehatan, produktivitas insan, serta kebersihan rumah tangga atau bangunan. Saat ini metode ini lazimnya diaplikasikan pada evaluasi ekonomi dari lingkungan pertanian.

Kelebihan DRM

Adapun kelebihan dari sistem ini yakni sebagai berikut :

  1. Metode ini dapat diterapkan pada perkara-masalah dimana orang tidak sadar terhadap efek yang diakibatkan oleh polusi.
  2. Merupakan metode pengukuran faedah yang merepotkan dan biasanya menjadi perhatian pembuat akal
Kelemahan DRM

Adapun kelemahan dari tata cara ini yaitu selaku berikut :

  1. Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, ialah  modelling tanggapanprodusen dan memasukkan imbas dari output dan harga.
  2. Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan mengakibatkan perhitungan yang terlalu rendah kepada keuntungan dari akal lingkungan.
Hedonic Price Method (HPM)

Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa ialah mutu lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan mutu udara segar disekitarnya, pembelinya akan menerima selaku tambahan. Jika seseorang merasa tertarik dengan panorama lingkungan tambahan tersebut, mereka mau mengeluarkan uang lebih untuk rumah yang berada di area mutu lingkungan yang baik ketimbang rumah dengan kualitas yang serupa pada tempat lain yang kualitas lingkungannya lebih jelek.

Kelebihan HPM

Adapun keunggulan dari metode HPM yaitu sebagai berikut :

  1. Hasil perkiraan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laris pasar yang diteliti. Akibatnya, banyak andal ekonomi sudah memperlakukan metode ini baik ketimbang hasil survei.
  2. Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium” pada barang pelanggan ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah.
  Limbah Domestik: Pengertian dan Contohnya
Kelemahan HPM

Adapun kelemahan dari tata cara HPM yakni selaku berikut :

  1. Harga yang tersedia harus valid.
  2. Tidak mampu mendapatkan opsi estimasi harga dengan terdapatnya ketidakpastian.
  3. Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kemakmuran yang didasarkan  pada surplus pelanggan.
  4. Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM.
  5. Memiliki reabilitas yang rendah sebab data yang diperlukan sangat besar dan susah diperoleh.
Travel Cost Method (TCM)

Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini ialah dengan perkiraan bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke kawasan tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk meraih lokasi tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai faedah dari upaya pergeseran mutu lingkungan dari daerah wisata yang dikunjungi.

Kelebihan TCM

Adapun kelebihan dari sistem TCM adalah sebagai berikut :

  1. Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti
  2. Metode ini mampu mengestimasi besarnya surplus pelanggan
Kelemahan TCM

Adapun Kelemahan dari sistem TCM yakni sebagai berikut :

  1. Biaya perjalanan yang digunakan harus valid sedangkan dalam kenyataannya sukar untuk mengestimasi dengan sempurna.
  2. Opportunity cost mesti dimasukkan dalam perhitungan
  3. Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan kekerabatan jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan. 
Metode ini cuma menurut pada ketegasan (fitting) garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan alasannya dibatasi pada nilai yang memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga kalau pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka faedah yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sesungguhnya.

The Averting Behaviour Method (ABM)

Menurut Yakin (1997) metode ini menilai mutu lingkungan berdasarkan pada pengeluaran untuk meminimalkan atau mengatasi efek negatif dari polusi.  

Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang mewajibkan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki mutu lingkungan.

Kelebihan ABM

Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran faedah yang dihasilkan berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.

Kelemahan ABM

Adapun kekurangan dari metode ABM yakni selaku berikut :

  1. Membutuhkan data yang membuat puas dan rumit.
  2. Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak mampu diterangkan/dianalisis dengan sempurna yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang diteliti.
Instrumen Ekonomi

Definisi Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi yakni sebagian dari kebijakan lingkungan dalam mengendalikan imbas negatif yang terjadi pada lingkungan lewat prosedur pasar. James (1997) diacu dalam Fauzi (2007) mendefinisikan instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan selaku mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mensugesti perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya, atau mengakibatkan efek sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan acara mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi (2007) membuatkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku biro ekonomi dengan cara memberikan insentif terhadap mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain untuk mensugesti keputusan buatan baik melalui mekanisme harga atau dengan merubah atraksi dari kegiatan tertentu.

Fungsi Instrumen Ekonomi

Panayotou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan, yakni :

  1. Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar lewat prosedur full cost pricing dimana ongkos subsidi, biaya lingkungan dan ongkos eksternalitas dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
  2. Mampu menghemat konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan bila dijalankan secara sempurna mampu menjadikan pembangunan ekonomi selaku wahana (vehicle) untuk dukungan lingkungan dan sebaliknya.
  3. Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak mengakibatkan kelebihan konsumsi alasannya pasar, melalui isntrumen ekonomi akan memberikan sinyal yang sempurna kepada penggunaan yang tidak efisien. 
  4. Instrumen ekonomi mampu dipakai sebagai sumber penerimaan (revenue generating).
Tipologi Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga kategori biasa berdasarkan dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yakni :

  1. Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan ongkos perijinan yang dapat meningkatkan ongkos relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen ini membuat insentif yang terus menerus pada inovasi untuk memajukan efisiensi emisi atau untuk mengubah pada pengganti emisi yang lebih rendah, serta memperlihatkan penerimaan bagi pemerintah.
  2. Instrumen Budget-neutral, yang mengembangkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, tetapi tidak mengembangkan penerimaan bagi pemerintah. Kategori ini mencakup peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku kualitas tetapi membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk memenuhi akad kriteria ini. Instrumen anggaran-neutral ini mampu dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja (contohnya domestic emission trading acara).
  3. Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif yang lain yang menurunkan ongkos relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan atau intensitas energi, menjadikannya makin kompetitif dengan teknologi yang ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya lewat akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang lewat pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus memajukan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.
  1. Penjualan Barang Dagang Kepada PD.Mandiri Rp.7.500.000,- Dengan Syarat 2/10,n/30 Harga Pokok Tersebut Rp.6.000.000,- Jika Menggunakan Metode Fisik , Transaksi Tersebut Di Jurnal…..
Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi ialah menurut:

  1. Hak kepemilikan (property right)
  2. Penciptaan pasar (market creation)
  3. Instrumen fiskal
  4. Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi
  5. Instrumen finansial
  6. Instrumen pertanggung jawaban (liability)
  7. Performance dan bond system
Perspektif yang lain dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan cuma menawarkan signal pada ekonomi dan membiarkan market memilih sendiri responsnya. Atau mampu juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau acara yang spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan dalam rancangan modelnya, adalah :

  1. Biaya kebijakan fiskal lazimnya lebih rendah saat didisain secara benar ekspektasinya, dan terus menerus.
  2. Instrumen seharusnya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, sebab biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang serupa.
  3. Instrumen semestinya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk berinvestasi pada perlengkapan dan proses bikinan yang lebih efisien (kapan dibutuhkan mengganti perlengkapan yang ada dan kapan diharapkan penambahan peralatan) akan lebih hemat biaya ongkosnya dibandingkan instrumen yang mengharuskan mereka menyesuaikan dengan pergantian kapital. 
  4. Instrumen dibutuhkan tidak membuat terjadinya transfer kemakmuran diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang mudah diterima penduduk (misalnya dalam keadaan recycling target revenue, atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari kawasan pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.
Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi, bermacam-macam walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu, banyak sekali cara mampu dilaksanakan untuk mitigasi efek dan memajukan efektivitas rincian disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat dengan tujuan yang lain mirip minimisasi distribusi dampak.

Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan interaksi kebijakan yang ada dan efek yang terjadi dari interaksi ini dengan keluaran yang diperlukan. Pertimbangan lainnya yaitu dalam mendisain paket kebijakan yaitu staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan pembiasaan mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan menciptakan instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.

Pembayaran Jasa Lingkungan

Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan yakni produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat pribadi (tangible) dan faedah tidak eksklusif (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian abrasi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, absorpsi dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).

Jasa lingkungan yang ada ketika ini suatu dikala nanti akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat menanggulangi penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan yakni suatu transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara menunjukkan nilai oleh akseptor faedah terhadap peserta manfaat jasa lingkungan (Wunder, 2005).

Fungsi Jasa Lingkungan

Menurut Wunder (2005), sebuah ekosistem menyediakan suatu jasalingkungan yang memiliki empat fungsi penting yakni :

  1. Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini ialah penyediaan sumber daya alam berbentuksumber bahan masakan, obat-obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lainlain.
  2. Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini ialah jasa lingkungan mempunyai fungsi mempertahankan mutu udara, pengeturan iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air, pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit, pengaturan untuk meminimalkan resiko yang menghalangi perbaikan mutu lingkungan dan lain-lain.
  3. Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini ialah jasa lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan  spiritual, wawasan, ide, nilai estetika, korelasi sosial, rekreasi, dan lain-lain.
  4. Jasa penunjang (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini yakni jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.
  Limbah Anorganik: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Dampak
Produk jasa lingkungan hutan atau tempat konservasi lazimnya dibagi dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :

  1. Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage)
  2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)
  3. Perlindungan kawasan pemikiran sungai (watershed protection)
  4. Keindahan bentang alam (landscape beauty)
Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memperlihatkan jasa lingkungan manfaat berupa memperbaiki mutu air dengan meminimalkan sedimentasi dan erosi, menertibkan pedoman dan supply air melalui kesanggupan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya, menghalangi dan mengurangi tragedi balasan air mirip banjir, menahan air hujan pada metode pengakaran selama trend hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau.


DAFTAR PUSTAKA

  • Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
  • Dinas Kehutanan dam Perkebunan. 2006. Kajian Pembayaran Jasa Lingkungan di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten : Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
  • Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
  • _____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan. Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI.
  • Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi Aksara
  • Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing England.
  • Herlianto. 2005. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis Hutan Taman Nasional Gunung Halimun : Studi perkara Desa Cisarua Kecamatan Sukamajaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
  • Hosmer, D. W and S.Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons Inc. New York.
  • Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air. Jakarta : Papas Sinar Sinanti
  • Kosoy, Nicholas, Martinez-Tuna, Miguel, dkk. 2005. Payment for Enviromental Services in Watershed : Insigths From a Comparative Study of two Cases in Central America.
  • Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?. Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool Gold?. The International Institute for Environment and Development : London
  • Lembaga Sumberdaya Alam. 2009. Kerugian Negara Berdasarkan Kerusakan  Lingkungan. Dalam Laporan Lembaga Sumberdaya Alam. www.elsdainstitute.or.id/modul/auditkehutanan/kerusakanlingkungan.pdf. Diakses : 23 Juni 2009
  • Letson, David (ed). 2002. Florida Coastal Enviromental Resources : a Guide to Economic Valuation and Impact Analysis. Florida Sea Grant College Program : Florida
  • Mackinnon, Kathy dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta : Prehanllindo 
  • Yavanica, Emilea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor 
  • Mitchell, Bruce dkk. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press  
  • Munawir. 2007. Transaksi yang Adil untuk Jasa Aliran Sungai di Indonesia. United Kingdom : International for Environment and Development 
  • Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
  • Pagiola, Stafano. 2004. Selling Forest Environmental Services. London : Earthscan
  • Ramathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelpia : The Dryden Press.
  • Rekonvasi Bhumi. 2007. Forum Komunikasi DAS Cidanau Menuju Pengelolaan Terpadu DAS Cidanau. Serang : Rekonvasi Bhumi
  • Riduwan, dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta
  • Sumarwoto, Oto. 2006. Kemitraan Pengguna untuk Konservasi TNGP. Dalam laporan USAID. United State : Development Alternative.
  • Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit: Andi
  • Wunder, Sven. 2005. Payment for Enviromental Services : Some Nuts and Bolts. Research. Center for International Forestry Research
  • Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan KebijaksanaanPembangunan Berkelanjutan. Jakarta : CV. Akademika Presindo