Tari Tor Tor – Salah satu tari tradisional suku Batak yg tersohor ialah tari tor tor. Pada awalnya, tarian ini cuma digelar selaku tari ritual pada upacara kesembuhan, maut, & lain sebagainya.
Seiring perkembangan zaman, tarian ini berkembang menjadi tarian upacara & dijadikan selaku tarian hiburan. Hingga sekarang tarian ini sudah membudaya & mempunyai kedudukan penting pada kehidupan penduduk adab Batak.
Tarian ini selalu digelar dlm setiap pelaksanaan adat. Lalu, bagaimana wacana sejarah, property, pola lantai, gerakan, & keunikan tari tor tor? Di bawah ini adalah ulasannya:
Daftar Isi Artikel
Asal Tari Tor Tor
Berasal dr Batak Toba, provinsi Sumatera Barat tarian ini menjadi bagian penting dlm penduduk Batak. Hingga sekarang tarian ini memiliki nilai spiritual & nilai budaya yg tinggi. Melalui tarian ini, penduduk Batak menyatakan doa, harapan, serta perjuangannya.
Tarian ini selalu mendeskripsikan kondisi serta situasi yg dialami sehingga pelaksanaannya bersifat situasional. Dengan begitu, ada berbagai macam tor-tor, yakni tarian kemenangan, penyembahan, & kebenaran.
Baca Juga: Tari Tradisional
Sejarah Tari Tor Tor
Sejak Batak Purba, tarian ini diperkirakan sudah ada & pada saat itu tarian ini yaitu tarian persembahan akan roh leluhur. Menurut Togarma Naibaho, yakni pecinta & praktisi tari ini, berpendapat bila dulunya tari ini berguna untuk upacara tertentu saja.
Selain itu, sebelum menarikan tarian ini, harus dilakukan ritual tertentu. Menurut Guru Besar Tari Universitas Indonesia, Edi Sedyawati menyatakan kalau sejarah tari ini sudah tercatat dr zaman kolonial Belanda. Meskipun berasal dr batak, tetapi tarian ini terdapat pengaruh dr India.
Lebih jauh lagi, tarian ini memiliki keterkaitan dgn budaya Babilonia. Terdapat pertimbangan yg memperkirakan jikalau tarian ini sudah ada sejak kala ke-13 Masehi. Sejak itulah tarian ini menjadi serpihan dr budaya Batak.
Pendapat tersebut disampaikan oleh pakar tor tor sekaligus anggota anjungan Sumatera Utara periode 1973 sampai 2010. Mulanya tarian ini hanya berkisar pada kehidupan masyarakat Batak saja, tepatnya di wilayah Samosir, Toba, serta sebagian kawasan Humbang. Pada praktiknya, tarian ini memakai patung watu yg dimasuki roh & dinamakan dgn menari.
Seiring masuknya agama Kristen di daerah SIlindung, tari ini terus mengalami perubahan. Dengan begitu, tarian ini lebih terkenal sebagai bentuk kesenian tari modern. Misalnya, di kawasan Pahae, tarian ini diketahui selaku tumba, yakni tarian bangga & dinyanyikan memakai lagu berpantun.
Perkembangan inilah yg menimbulkan sekarang tari ini sudah tak lagi berhubungan dgn roh maupun unsur gaib lainnya. Namun, sekarang tari ini berubah menjadi suatu kebudayaan yg dekat pada kehidupan penduduk Batak.
Properti Tari Tor Tor
Setelah mengetahui sejarahnya, sekarang pahami apa saja properti yg dibutuhkan pada tarian ini. Pada dasarnya tarian ini tak memerlukan banyak property yg rumit. Namun, jika penasaran ingin tahu apa saja atribut yg dibutuhkan pada tarian ini, berikut ulasannya:
1. Alat Musik Pengiring Tari
Pada tarian ini terdapat alat musik selaku pengiring tarian. Pada tarian ini, alat musik yg digunakan berjulukan margondang & mempunyai tiga konsep, yakni sebagai berikut:
- Margondang Pesta. Alat musik pada konsep ini mengungkapkan kebahagiaan serta kegembiraan. Jenis alat musiknya yakni mulai dr gondang mangompoi jabu, gondang naposo, serta gondang pembangunan gereja.
- Magandang Adat. Biasanya alat musik ini mengiringi kegiatan yg berhubungan dgn tata cara kekerabatan. Alat musik yg digunakan yakni gondang maut, gondang perkawinan, & gondang perlindungan marga.
- Margondang Religi. Pada margondang yg satu ini biasanya digunakan untuk upacara keagamaan. Upacara ini pada mulanya dilakukan oleh Batak Purba. Jenis-jenis alat musik yg digunakan untuk upacara maut, yakni hasapi, ogung, gondang, serta taganing.
2. Busana Penari
Pada penari wanita untuk upacara ajal, menggunakan baju kebaya berwarna hitam, ulos dgn warna senada, & rok. Sedangkan untuk penari laki-laki mengenakan ulos hitam, jas & celana warna hitam. Pemilihan warna hitam dipakai sebagai simbol murung cita untuk penduduk Batak Toba.
3. Ulos
Selendang khas batak ini melambangkan pemersatu, kesakralan, & persembahan. Tiap ulos memiliki warna berlainan yg masing-masing warna tersebut mempunyai makna sendiri-sendiri. Misalnya, ulos hitam selaku simbol ajal atau aturan.
Sedangkan, ulos merah sebagai simbol kehidupan & ulos putih melambangkan kesucian. Sebagai pola pada upacara kematian, ulos dikenakan di pundak oleh dongan sahuta serta pihak hula-hula. Pihak-pihak tersebut adalah tuan rumah atau orang yg tengah berduka.
4. Ikat Kepala
Para penari tor-tor menggunakan ikat kepala yg terbuat dr kain ulos. Cara penggunaannya mudah, yakni hanya dilingkarkan saja pada penggalan kepala para penari. Kemudian, diberikan hiasan berupa bunga kuningan pada pecahan belakang ikat kepala tersebut. Lalu, ada pula tusuk konde yg ditaruh di sanggul para penari supaya terlihat lebih cantik.
5. Patung Batu
Jika tarian ini ditampilkan pada upacara ritual keagamaan, maka memerlukan atribut patung batu. Kemudian, patung watu tersebut akan dimasuki roh leluhur sehingga bisa bergerak sesuai dgn irama musik pengiring tari. Jika tarian ini cuma ditampilkan selaku hiburan, maka tak membutuhkan properti ini.
Baca Juga: Tari Trunajaya
Pola Lantai Tari Tor Tor
Pada tarian ini pula terdapat pola lantai yg nantinya digunakan oleh para penari. Pola lantai ini berfungsi untuk memberi arah petunjuk dr satu titik ke titik lainnya pada para penari.
Tentunya arahnya sangat bervariasi sehingga menciptakan tarian ini begitu menawan untuk dilihat. Tarian ini mempunyai pola tarian horizontal, vertikal, & bundar. Pada tari ajal, posisi hula-hula atau tamu berada di sebelah mayat.
Kemudian, tuan rumah posisinya berada di kiri jenazah. Pola lantai ini kemudian berguna untuk memperjelas kedudukan antara penari pelayat & penari keluarga.
Baca Juga: Tari Tunggal
Gerakan Tari Tor Tor
Untuk tari ini, gerakannya tergolong gampang sehingga orang yg gres pertama coba kali pun mampu menirukannya. Gerakan tari ini hanya mencakup pada hentak kaki yg selaras dgn iringan musiknya serta gerakan tangan yg turun naik. Namun tari ini terdapat pembagian beberapa gerakan, yakni:
1. Pangurdot
Ini adalah sebutan dr gerakan seluruh tubuh & sentra daya geraknya bertumpu pada telapak kaki & tumit. Keduanya harus besar lengan berkuasa untuk menopang seluruh gerakan tubuh sembari menggerakkan tubuh dr atas ke bawah. Tatkala tubuh penari bergerak ke atas & ke bawah, ujung kaki pula bergerak pelan-pelan ke kiri & ke kanan.
Dengan begitu, pusat perputaran tubuh berada di tumit & telapak kaki. Semua pergerakannya, termasuk tangan, jari, & tubuh menyesuaikan dgn hentakan irama gondang sebagai pengiring tari.
2. Pangeal
Daya tarik dr tari ini yakni berada pada pangeol ni gonting, yg artinya yakni gerakan pinggang yg gemulai. Dengan begitu, arti pangeal yakni gerakjan anggota tubuh yg bermula dr pinggang hingga kepala, namun berat tubuh tetap didukung pada pada tumpuan telapak kaki.
Penari ini kemudian menggerakkan tubuh dgn rotasi gerak pada pinggang & memutar ke kiri serta ke kanan. Sembari melaksanakan gerakan ini, penari pula menggerakkan tangan, jari jemari, & kepala.
3. Pandenggal
Ini ialah gerakan gemulai seluruh anggota tubuh, mulai dr telapak tangan, jari jemari, & lengan. Kedua telapak tangan penari terbuka & diangkat keatas dengan-cara perlahan. Kemudian, diturunkan ke bawah dgn perlahan sambil menelungkupkan telapak tangan tersebut. Lalu, telapak tangan tersebut menuju pinggang ke sebelah kanan & kiri.
4. Siangkupna
Istilah ini diperuntukkan bagi gerakan serpihan leher para penari. Gerakan leher para penari mesti harmonis dgn urdot & pula gondang.
5. Hapunanna
Ini merupakan mulut paras dr para penari. Dengan menawarkan ekspresi yg tepat, penonton mampu mengenali situasi tarian, apakah tarian ini bersifat suka cita atau kegembiraan.
Keunikan Tari Tor Tor
Seperti tarian tradisional yang lain, tari ini pula memiliki keunikan tersendiri. Mulai dr adanya iringan musik yg hanya ada pada tarian ini, prosesi sebelum tarian diselenggarakan, & lain-lain. Berikut ini yaitu keunikan dr tari yg berasal dr Batak ini:
1. Sebagai Media Komunikasi
Tari ini seringkali diselenggarakan untuk upacara tertentu selaku serpihan dr kebudayaan Batak. Pada upacara etika, misalnya tarian ini dijadikan sebagai media komunikasi. Hal ini bisa dilihat dr adanya interaksi semua anggota upacara tergolong penari.
2. Iringan Musik Gondang
Pada tarian ini, iringan musiknya dinamakan dgn musik gondang. Di sejarah Batak, iringan musik ini mempunyai nilai seni budaya yg tinggi. Penari tor tor akan bergerak semakin kuat seiring dentuman yg dihasilkan dr musik gondang. Biasanya sebelum tarian dimulai, iringan musik ini akan dimainkan apalagi dahulu.
3. Prosesi Tua Ni Gondang
Penabuh gondang akan dimintai sesuai oleh tuan rumah sebelum musik gondang dimainkan. Biasanya tahapan ini dinamakan proses tua ni gondang yg berkhasiat sebagai lambang sopan santun dlm budaya Batak.
Apabila satu permintaan sudah terpenuhi, maka bergantian akan ada tabungan gondang. Hal ini dilaksanakan selaku bentuk berkah dr musik gondang pada semua anggota upacara tor-tor.
4. Penggunaan Kain Ulos
Seperti yg sudah diulas sebelumnya kalau semua penari menggunakan ulos, yakni kain tradisional khas batak. Ulos hadir dgn aneka macam macam warna namun lazimnya berwarna hitam, merah, & putih. Pada ulos terdapat dekorasi tenun dr benang perak maupun emas.
Pada masa dahulu, penggunaan ulos hanyalah sebagai selendang yg dikenakan tatkala upacara akhlak. Namun, seiring berjalannya waktu & keunikan dr kain ini, ulos sering kali dijadikan sebagai cinderamata khas batak yg banyak diburu oleh wisatawan setempat maupun mancanegara.
5. Pantangan Penari Tor-Tor
Saat menari tarian tradisional ini, ada pantangan yg harus dipatuhi oleh penari. Misalnya, penari tak boleh melebihi batas setinggi bahu.
Apabila pantangan ini dilanggar penari, maka pelari tersebut dianggap menentang apapun, seperti tenaga batin, langgar pencak silatan, maupun dukun. Selain itu, jika melanggar, penari pula dipercaya akan menerima kesialan.
Fungsi Tari Tor Tor
Jika pada masa dahulu tari ini hanya dipakai sebagai fasilitas ritual keagamaan, tetapi kini fungsinya melebar. Kini tari ini pula digunakan selaku media hiburan & komunikasi antar sesama masyarakat Batak. Dengan begitu, tari ini dibagi menjadi 3 peruntukkan, yakni selaku berikut:
- Tor Tor Pangurason. Tari ini dilaksanakan sebelum digelarnya pesta. Fungsinya yakni selaku fasilitas pembersihan serta permohonan agar pesta berjalan tanpa kendala.
- Sipitu Cawan (Tujuh Cawan). Tarian ini umumnya dipentaskan pada acara penobatan Raja Batak yg menceritakan turunnya tujuh putri kayangan ke Gunung Pusuk Buhit.
- Tunggal Panaluan. Ini yakni tari yg dipentaskan pada upacara ritual yg biasanya dilakoni para dukun. Biasanya tarian ini digelar karena adanya musibah pada sebuah desa. Tarian ini dilaksanakan berguna untuk memohon isyarat atas musibah yg tengah terjadi.
Penutup Tari Tor Tor
Itulah ulasan yg menarik tentang tari tor tor, mulai dr asal, sejarah, pola lantai, hingga fungsinya. Hingga kini tarian ini masih eksis digelar di berbagai program, tak cuma upacara yg berafiliasi dgn ritual saja. Karena keunikannya yg dimiliki, maka tarian ini harus dilestarikan.