BAB I
PENDAHULUAN
A. KATA PENGANTAR
Ketua komite jago pengobatan filariasis di indonesia (KAPFI) purwantyastuti di jakarta menyertakan, pervalensi mikrofilaria (telur cacing) sebesar 19% dari total masyarakatindonesia. Artinya, terdapat kurang lebih dari 40 juta masyarakatindonesia yang tubuhnya mengandung mikrofilraria.
Penyakit kaki gajah / filariasis yakni penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan lewat aneka macam jenis nyamuk.
Seperti kita ketahui bersama, penyakit ini hampir tersebar luas diseluruh propinsi di indonesia. Berdasarkan hasil survei pada tahun 2000 tercatat 1553 desa yang tersebar di 231 kabupaten dan propinsi, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang.
Jakarta-MI : Kendati disejumlah negara masalah penyakit kaki gajah (filariasis) telah punah, namun di indonesia dilaporkan, hingga 2008 masih terdapat 11.699 penderita penyakit kaki gajah.
Sampai dikala ini DEC ialah satu – satunya obat penyakit kaki gajah yang efekitf, kondusif dan relaitf murah. Pada pengobatan perorangan bertujuan untuk menghanurkan parasit dan mengeleminasi, guna mengurangi atau menangkal rasa sakit. Aturan takaran yang di anjukran untuk 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari diminum seudah makan, dalam sehari 3 kali. Pada pengobatan massal, di gunakan tunjangan DEC takaran rendah dengan rentang waktu bantuan yang lebih usang, misalya dalam bentuk garam DEC 0,2%-0,4% selama 9-12 bulan. Untuk orang sampaumur digunakan 100mg/minggu selama 40 hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYAKIT KAKI GAJAH / FILARIASIS
Penyakit kaki gajah / filariasis yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan lewat banyak sekali jenis nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menjadikan cacat menetap berbentukpembesaran kaki,alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi lewat pemeriksaan mikrokopis darah.Sampai ketika ini hal tesebut masih ini dinikmati karna microfilaria cuma timbul dan memperlihatkan diri didalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu banyak sekali metode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiaknosa penyakit kaki gajah diantaranya adalah dengan yang diketahui sebagai penjaringan membrane, tata cara konsentrasi knott dan teknik pengendapan.Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO yaitu dengan jalan pemriksaan system “Tes kartu”, hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendetaksi penyebaran parasit (Larva),adalah dengn cara mengambil sample darah dengan system tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus di malam hari.
B. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Umumnya, filariasis akan bersifat mikrofilaremia subklinis. Apalagi pada umumnya penderita penyakit ini merupakan masyarakat pedesaan sampai sama sekali tidak terdeteksi oleh pranata kesehatan yang berada di lingkungan tersebut. Namun demikian, jika telah parah dan kronis mampu menyebabkan hidrokel, acute adenolymphangytis (ADL), serta kelainan pembuluh limfe yang kronis. Di daerah-kawasan yang endemis W.bancrofti juga telah banyak orang yang kebal sehingga jikalau ada satu atau dua orang yang skrotumnya datang-tiba sudah besar, kemungkinan telah banyak sekali laki-laki yang terinfeksi benalu ini. Meski demikian, kalau ingin mendeteksi secara dini, dalam fase subklinis penderita filariasis bancrofti akan mengalami hematuria dan atau proteinuria mikroskopik, pembuluh limfe yang melebar dan berkelok-kelok –dideteksi dengan flebografi- , serta limfangiektasis skrotum –dideteksi dengan USG. Namun tentu saja tanda-tanda-gejala yang disebutkan terakhir jarang sekali (bila mampu dikatakan tidak pernah) terdeteksi karena terjadi di pedalaman-pedalaman desa.
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan limfadenitis), serta edema setempat yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat retrograd, menyebar secara perifer dari KGB menuju arah sentral. Sepanjang perjalanan ini, KGB regional akan ikut membengkak atau sekedar memerah dan meradang. Bisa juga terjadi tromboflebitis di sepanjang jalur limfe tersebut. Limfadenitis dan limfangitis dapat terjadi pada KGB ekstremitas bawah dan atas balasan abses W.bancrofti dan Brugia.
Namun khas untuk W.bancrofti, biasanya akan terjadi lesi di daerah genital terlebih dulu. Lesi di derah genital ini mencakup funikulitis, epididimitis, dan rasa sakit pada skrotum. Nantinya lesi ini juga bisa menjadi limfedema sampai menjadi elefantiasis skrotalis yang sungguh khas balasan bisul W.bancrofti. Lebih jauh, edema ini juga mampu mendesak rongga peritoneal sampai menyebabkan ruptur limfe di kawasan renal dan mengakibatkan chiluria, khususnya waktu pagi.Pada kawasan yang endemis bisul filaria, terdapat tipe onset penyakit akut yang dinamakan dermatolymphangioadenitis (DLA). Agak sedikit berbeda dengan ADL, DLA ialah sindrom yang meliputi demam tinggi, menggigil, myalgia, serta pusing. Plak edem balasan peradangan membentuk demarkasi yang terperinci dari kulit yang normal. Pada sindrom ini juga terdapat vesikel, ulkus, serta hiperpigmentasi. Kadang-kadang mampu dijumpai riwayat stress berat, gigitan serangga, terbakar, radiasi, lesi akibat pungsi, serta kecelakaan akibat bahan kimia. Biasanya port d’entrée dari filaria tersebut terletak di daerah interdigital. Karena bentuknya yang tidak terlalu khas, sindrom ini sering juga didiagnosis sebagai selulitis.
C. PENYEBAB DAN PENYEBARAN PENYAKIT KAKI GAJAH
Dalam trend hujan lazimnya nyamuk mampu berkembang biak dengan sangat cepat. Banyak sekali penyakit yang mampu ditularkan oleh hewan kecil yang satu ini. Salah satunya penyakit kaki gajah (filariasis). Penyakit disebabkan oleh cacing (wuchereria Bancrofi). Cacing ini mampu ditularkan lewat aneka macam gigitan nyamuk kecuali nyamuk mansoni.
Penyakit ini bersifat menahun (Kronis) dan apabila tidak menerima pengobatan mampu menyebabkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan dan alat kelamin baik pada pria maupun perempuan. Akibatnya, penderita penyakit kaki gajah tidak dapt melakukan pekerjaan secara optimal, bahkan hidupnya harus selalu tergantung pada orang lain.
1. Siklus Hidup Cacing Filaria
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk jika nyamuk tersebut menggit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikro filaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam badan nyamuk. Mikrofiaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot – otot dada (Toraksi).
Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berubah kulit, berkembang menjadi lebih gemuk dan panjang yang yang disebut larva stadiun II. Pada hari kesepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga menjadi lebih panjang dan kurus, ini yaitu larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sungguh aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula – mula ke rongga perut (Abdomen) lalu pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk mikrofilaria ini menggigit manuisa maka mikrofilaria yang sudah berupa larva infektif (Larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam badan manusia (Hospes),bersama – sama dengan pedoman darah dalam tubuh insan.Larva keluar dari pembuluh darah dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva mengalamidua kali perubahan kulit dan tumbuh menjadi remaja yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang telah sampaumur bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan. Cacing filaria sendiri mempunyai ciri selaku berikut :
Cacing dewasa (makrofilaria) berupa seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (kirofilaria berupa mirip benang berwarna putih susu..
Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65-100mm dan ekornya lurus berujung tumpul. Untuk makro filaria yang jantan mempunyai panjang kurang lebih 40mm dan ekor melingkar.Sedangkan mikrofilaria memilki panjang kurang labih 250 mikron, bersarung pucat
Tempat hidup makrofilaria jantan dan betina di kanal limfe. Tetapi pada malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat- alat dalam mirip paru- paru, jantung, dan hati.
2. Diagnosis
Mudah Gold Standard untuk sebagian besar penyakit akibat nanah parasit yaitu mendapatkan parasit tersebut baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Dalam kasus filariasis, benalu berupa cacing sampaumur nyaris mustahil ditemukan secara utuh alasannya adalah terletak di dalam pembuluh limfe yang dalam dan berkelok-kelok. Karenanya diagnosis filariasis ditegakkan dengan penemuan mikrofilaria di darah tepi.
Selain di darah tepi, mikrofilaria mampu pula ditemukan di cairan hidrokel, atau kadang-kadang di cairan tubuh yang lain. Cairan ini dapat diperiksa secara mikroskopis secara pribadi atau disaring dulu fokus parasit sudah bisa melewati filter pori silindris polikarbonat (ukuran pori sekitar 3 µm). Bisa juga cairan disentrifugasi dengan 2% formalin (teknik Knott) baru lalu dapat dideteksi benalu mikrofilaria secara spesifik dan sensitif.
Yang tak boleh lupa ketika memperhatikan benalu ini, sediaan mesti diambil menurut asumsi periodisitas sesuai spesies dan hospesnya. Biasanya untuk W.bancrofti sediaan diambil dari darah ketika malam hari, atau umum dikenal sediaan darah malam. Meski demikian, tak jarang pula orang yang diperkirakan mempunyai diagnosis filariasis ternyata tidak didapatkan mikrofilaria satu pun di darah tepinya. Kemungkinan hal ini balasan pengambilan sediaan darah yang kurang tepat atau memang stadium benalu sudah tamat melewati mikrofilaria dan beranjak menjadi cacing dewasa.
Untuk diagnosis yang mudah dan cepat, hingga saat ini di samping sediaan darah malam ialah memakai ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Kedua investigasi simpel ini bisa mendeteksi antigen dari mikrofilaria dan atau cacing cukup umur dari darah tepi sehingga mempunyai spesifisitas mendekati 100% dan sensitivitas antara 96 sampai 100%. Sayangnya, tes cepat ini cuma tersedia untuk spesies W.bancrofti, sementara belum ada tes yang adekuat untuk mikrofilaria Brugia.
Jika pasien telah terdeteksi disangka kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler dibutuhkan untuk mendeteksi pergerakan cacing akil balig cukup akal di tali sperma pria atau di kelenjar mammae perempuan. Hampir 80% penderita filariasis limfatik pria mengalami pergerakan cacing remaja di tali spermanya. Fenomena ini sering dikenal dengan filaria dance sign. Di luar metode di atas, terdapat pula teknik-teknik lain yang lebih spesifik tetapi biasanya cuma dipakai untuk observasi, yakni PCR, deteksi serum IgE dan eosinofil, serta penggunaan limfoscintigrafi untuk mendeteksi pelebaran dan liku-liku pembuluh limfe.Ketika episode akut, filariasis limfatik mesti dibedakan dari tromboflebitis, jerawat, serta stress berat. Gejala limfangitis yang retrograd merupakan pembeda utama ketimbang limfangitis bakterial yang bersifat ascending. Sedangkan sebaliknya, pada episode kronis dari limfedema filarial harus dibedakan dari keganasan, luka akhir operasi, trauma, status edema kronis, serta ketaknormalan sistem limfe kongenital.
D. CARA PENULARAN
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menghipas darah orang tersebut.
Tidak mirip Malaria dan Demam berdarah, Filariasis mampu ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.
Penyakit kaki gajah / filariasis ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang sudah tertular sebelumnya.Darah yang terinfeksi yang mengandung larva dan di tularkan ke orang lain. pada nyamuk yang terinfeksi, kemudian menggigit / menghisap darah orang tersebut.
Adapun gejala dan gejalanya (symtom) pada orang yang sudah terinfeksi penyakit filariasis ini,tanda-tanda filariasis akut mampu berupa :
- Demam berulang-ulang selama 3-5 hari,demam dapat hilang bila istirahat dan muncul kembali setelah melakukan pekerjaan berat.
- Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha (lymphadenitis) yang terlihat kemerahanKetiak (Lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
- Panas dan sakit radang kanal kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki / pangkal lengan kearah ujung (Retrograde lymphangitis)
- Filarial abses akhir seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan bisul serta darah
- Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang tampakagak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
Filariasis infeksi balasan seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening dapat pecah dan mengeluarkan jerawat serta darah, pembesaran tungkai, lengan, buah dada (Mamae), buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (Early lymphodema).
Gejala klinis yang kronis berbentukpembesaran yang menetap (Elephantrasis) pada tungkai, lengan, buah dada (Mamae), buah zakar (Elephantiasis skroti).
Tidak sSeperti malaria, dan demam berdarah, filariasis dapat ditularkan oleh membuatkan jenis nyamuk diantaranya spesies nyamuk dari genus anopheles, culex, mansonia, aedes dan arnigeres. Karna inilah yang mengakibatkan filariasis mampu menular dengan cepat.
>>>>>>>>>selanjutnya klik di bawah<<<<<<<