Tahukah Kamu Sistem Belajar Dan Mengetahui Aqidah Dengan Benar ??

Pernah ngak sih sobat bertanya – tanya aqidah yang benar itu mirip apa? Trus gimana sih cara mengkaji dan memahami aqidah dengan benar?
Nah.. kini kita mesti tahu dahulu nih  apa sih aqidah itu?
Aqidah/ tauhid ialah hal yang paling penting dalam kehidupan insan, apalagi untuk kaum muslimin. Keutamaannya yaitu mengenali tujuan penciptamaan insan dan jin, para Rasul tidak diutus oleh Allah melainkan untuk mendakwakan aqidah yang benar, dan hanya dengan aqidah yang benarlah kebahagian dunia alam baka akan dicapai.
So sudah seharusnya kan, kita sebagai seorang muslim harus memperhatikannya dengan penuh perhatian dibanding lainnya.
Nah… supaya aqidah terjamin kebenaran dan kemurniannya, hendaknya dikala mengambil dan mengkaji dan mengerti memakai metode/kaidah dibawah ini :
1. Sumber aqidah yang benar yakni Al-Qur’an dan sunnah yang shahih (seluruh perawi mampu diterima), serta ijmak para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
“Tentang sesuatu pun apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) terhadap Allah”. (QS. Asy-Syura:10)
“Apapun yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”. (QS.Al-Hasyr:7)
“Dan barang siapa yang menentang Rasul setelah terperinci kebenaran baginya dan justru menikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka Kami akan membiarkannya leluasa kepada kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahanam, dam Jahanam itu daerah kembali yang terburuk”. (QS. An-Nisa:115)
Nah.. ketiga pokok di atas akan menjadi sumber aqidah yang benar bilamana dibarengi dengan rasa pengagungan dan ketundukan mutlak kepada nash-nash   yang terkandung didalamnya.
2.    Setiap hadist yang shahih wajib diterima dan diamalkan. 
Karena hadist shahih memiliki kedudukan yang sama dengan Al-Qur’an, hal ini sudah ditegaskan oleh Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
“Ingatlah, sebenarnya aku sudah diberi Al-Qur’an dan yang semisalnya (hadist) bersamanya”. (HR. Ahmad, shahih)
Oleh karenanya itu, hadist shahih yakni sumber aqidah sesudah Al-Qur’an, disamping itu juga berfungsi selaku penjelas untuk Al-Qur’an. 
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

“Dan kami turunkan kepadamu adz-dzikir (sunnah) biar kamu menerangkan terhadap manusia apa-apa yang diturunkan terhadap mereka, dan semoga mereka berpikir”
. (QS. An-Nahl:44).

Ketika Al-Qur’an menyebutkan sebuah kasus secara umum, maka penjelasan dan perinciannya ada dalam sunnah (hadits) yang shahih. Adapun hadist yang lemah (dha’if), maka tidak mampu menjadi sumber dalam aqidah dan kasus agama secara umum.

3.  Memahami ayat dan hadist shahih tentang aqidah dengan benar .

yaitu dengan tidak mengubah makna ayat atau hadist dari makna lahirnya, dan kalau makna lahirnya tidak terang, maka seharusnya merujuk kepada ayat lain, hadist lain, atau pengertian para salafus shalih (teman, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) serta para ulama yang mengikuti jejak mereka dalam persoalan aqidah.
Imam Syafif’i berkata, “Al-Qur’an tidaklah diturunkan kecuali dengan bahasa Arab, kesudahannya orang yang tidak mengetahui luasnya bahasa Arab, maka beliau tidak akan mampu menerangkan ilmu yang terkandung di dalam kalimat-kalimat al-Qur’an dengan banyak ragamnya. Orang yang menguasai bahasa Arab tidak akan merasakan kesamaran yang dialami oleh orang yang tidak mengerti bahasa Arab.”

Selain ketiga kaidah diatas,  kaidah dibawah ini juga penting untuk diamati :
1.  Segala hal yang berkaitan dengan aqidah sudah diterangkan oleh al-Qur’an dan sunnah.
2. Berserah diri sepenuhnya terhadap Allah Subhanahu wata’ala dan RasulNya, serta tidak menyanggah al-Qur’an atau hadist dengan alasan qiyas, perasaan atau pendapat ulama.
3. Akal yang sehat pasti sesuai dengan al-Qur’an dam sunnah yang shahih.
4. Jauhi debat kusir dalam persoalan agama, alasannya adalah debat kusir dalam agama sangat tercela, apalagi dalam perkara-masalah yang tidak dimengerti. Bila harus berdebat maka berdebat dengan cara yang bagus, serta menahan diri dari kasus-kasus yang tidak diketahui hakikatnya, yaitu dengan cara menyerahkannya terhadap Allah Subhanahu wata’ala.
Nah.. sistem-tata cara diatas bila digunakan secara baik, maka akan sungguh menolong kita dalam mencari dan mengkaji aqidah/tauhid yang benar sekaligus mempertahankan dari penyimpangan dan kesalahan. 
Wallahu a’lam..
Sumber : dirangkum dari buku “SERIAL DASAR-DASAR ISLAM Menjaga Aqidah, Beribadah sesuai Fiqih, dan Berhias dengan Akhlak”. Oleh : Tim Ilmiah Indonesia Community Care Center. Hal:2-5.