Syair Perang Tiong Hoa Belanda Di Batavia 1740



Syair Perang Tiong Hoa – Belanda di Batavia 1740


Kapitan Pandjang gagah berani.
Dibuatnya pedang didalam peti.
sekalian Tjina diberinja djandji.
dikala wajang mengamuk kompeni.


Tjinapun banjak beberapa laksa.
kapitan Pandjang segera berkata.
“Apakah lagi banjak bicara?
Kita rubuhkan kota Djakarta.


Bitjara tipu Tjinapun djadi :
ia bermain keliling negeri,
makan dan minum berpuluh hari,
Beratus memasang kembang api.


Terlalu ramai malam dan siang,
makan dan minuk sulang menjulang.
berpuluh laksa bealndja hilang.
sekejap kampung Tjina berwajang


Orang menonton keliling negeri,
sungguh ramai negeri Betawi.
L0mbok, Kupang, Sumbawa, Bali,
Ambon, buton, Bandan, Ternati.


Orangpun banjak berpuluh laksa.
Kodja, Serani, anak Melaka,
Keling Surati, Kosta, Benggala,
Keluar masuk kedalam kota.


Si Pandjang itu Tjina berani,
kepada Djenderal datang sendiri,
besar pintanja bukan terperi,
berwajang dipintu kota Betawi.


Berwajang segenap pintu kota,
hadapan belakang, keliling rata,
sekalian pintu kota disewa,
tjakapnja memberi lima puluh laksa.


Tiada ‘kan lama sentengah hari,
dipinta terhadap djenderal sendiri
djenderal Palkenis meminta diri,
alasannya adalah hendak mupakat lagi.


Ketika itu hampir petang.
kapitan Pandjang bermohon pulang.
hatinja suka bukan kepalang,
tiga hari lagi akan berwajang.


Adapun bitjara kapitan Pandjang,
“Kehilangan pintu kota wajang,
jika sudah terhimpun orang,
njatakan sekali kelakuan perang.”


Sekalian kampung kapitan Tjina,
banyak sekali warna permintaanja,
serta berkata dengan dustanja,
memberi arwah nenek datuknja.


Tjina banjak berpuluh laksa,
geger berlengkap alat sendjata,
terhadap kapitan Pandjang berkata,
hendak merubuhkan kota Djakarta,


Kapitan Pandjang secepatnya menjahuti,
minta nanti tujuh hari,
beroleh “ungli” belumkan djadi,
kemana hilangnja negeri Betawi.


Oleh : Dr. J. Rusconi 1935 – Dari Syair Himop

Sumber : Langgam Sastra Lama – Gazali B. A. 1958.