Surat Ali Imran Ayat 159: Arti, Tafsir, dan Kandungan

Surat Ali Imran ayat 159 yakni ayat ihwal adat mulia & musyawarah. Berikut ini arti, tafsir & kandungan maknanya.

Surat Ali Imran (آل عمران) merupakan surat madaniyah yg turun setelah Surat Al Anfal. Nama surat ini Ali Imran karena di dlm surat ini ada cerita keluarga Imran, ayah Maryam, kakek Nabi Isa ‘alaihis salam. Bersama surat Al Baqarah, keduanya disebut Az Zahraawan karena kedua surat ini memberi isyarat bagi pembacanya pada kebenaran dgn cahaya agung.

Termasuk ayat 159 ini. Ia merupakan petunjuk ihwal adab mulia terutama lemah lembut & pemaaf. Juga pedoman musyawarah dlm pengambilan keputusan & tawakal setelahnya.

Surat Ali Imran Ayat 159 Beserta Artinya

Berikut ini Surat Ali Imran Ayat 159 dlm tulisan Arab, tulisan Latin, & artinya dlm bahasa Indonesia:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

(Fabimaa rohmatim minalloohi linta lahum. Walau kunta
fadhdhon gholiidhol qolbi lanfadldluu min haulik. Fa’fu ‘anhum wastaghfirlahum
wasyaawirhum fil amr. Fa,idzaa azamta fatawakkal ‘alallooh. Innallooha yuhibbul
mutawakkiliin)

Artinya:
Maka disebabkan rahmat dr Allah-lah ananda berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya ananda bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dr sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, & bermusyawaratlah dgn mereka dlm urusan itu. Kemudian apabila ananda sudah membulatkan tekad, maka bertawakkallah pada Allah. Sesungguhnya Allah menggemari orang-orang yg bertawakkal kepada-Nya.

Asbabun Nuzul Ali Imran 159

Sayyid Qutb dlm Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, tatkala perang Uhud, semangat kaum muslimin berkobar untuk pergi berperang. Terutama mereka yg tak ikut perang Badar. Namun barisan mereka mengalami guncangan lantaran sepertiga pasukan kembali pulang ke Madinah sebelum perang. Mereka yg berbalik pulang itu dipimpin oleh gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul.

Sesudah itu, saat perang berlangsung, sebagian pasukan
mendurhakai perintah Rasulullah. Yakni pasukan pemanah yg sudah diinstuksikan
untuk tetap di atas bukit sampai ada perintah untuk turun.

Kaum muslimin yg semula menang pun kemudian terpukul. Bahkan
sebagiannya meninggalkan Rasulullah yg dikepung pasukan musuh. Hanya sejumlah
sahabat yg bertahan melindungi Rasulullah, sementara barisan yg lain porak
poranda dihantam musuh.

Ayat ini turun untuk menenangkan & menyenangkan hati
Rasulullah & menyadarkan kaum muslimin terhadap nikmat Allah berupa
Rasulullah yg akhlaknya sangat mulia. Lemah lembut, pemaaf, musyawarah dan
tawakal.

Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 190-191

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 159

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 159 ini kami sarikan dr Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, supaya terhimpun banyak faedah yg kaya khazanah tetapi tetap ringkas.

Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dr redaksi ayat & artinya. Kemudian tafsirnya yg merupakan intisari dr tafsir-tafsir di atas.

1. Lemah Lembut Rahmat Allah

Poin pertama dr Surat Ali Imran ayat 159 ini adalah karakter
lemah lembut Rasulullah yakni karena rahmat Allah.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ

Maka disebabkan rahmat dr Allah-lah ananda berlaku
lemah lembut terhadap mereka.

Rasulullah memiliki sifat lemah lembut. Ayat ini
menyatakan, sifat lemah lembut itu disebabkan lantaran rahmat Allah.

“Yakni sikapmu yg lemah lembut terhadap mereka, tiada
lain hal itu dijadikan Allah buatmu sebagai rahmat untukmu & untuk mereka,”
demikian Ibnu Katsir menjelaskan dlm tafsirnya.

Sayyid Qutb menjelaskan, insan senantiasa membutuhkan
naungan yg sarat kasih sayang, paras yg teduh & ramah, cinta & kasih
sayang, serta jiwa penyantun & sarat kelembutan. Itu semua ada pada diri
Rasulullah karena rahmat dr Allah.

Penjelasan Sayyid Qutb itu mengisyaratkan, sikap lemah
lembut mesti dimiliki oleh setiap mukmin, apalagi lagi bila ia seorang pemimpin.

Dalam Tafsir Al Munir, Syaikh Wahbah Az Zuhaili mengutip
hadits, tetapi yg benar yakni atsar dr Umar bin Khattab:

إنه
لا حلم أحب إلى الله من حلم إمام ورفقه ولا جهل أبغض إلى الله من جهل إمام وخرقه

“Tidak ada perilaku lembut yg lebih dicintai Allah dari
perilaku lembut & murah hati seorang pemimpin. Dan tak ada perilaku kasar lagi
arogan yg lebih dibenci Allah dr perilaku bernafsu & arogansi seorang pemimpin.”

2. Sikap Kasar Menjauhkan

Poin kedua dr Surat Ali Imran ayat 159 ini menerangkan
balasan bersikap keras lagi garang.

وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Sekiranya ananda bersikap keras lagi berhati berangasan,
tentulah mereka menjauhkan diri dr sekelilingmu.

Kata fadhdhan (فظا)
berasal dr kata al fadhdh (الفظ) yg artinya ialah
keras. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maknanya adalah keras & garang dalam
berbicara.

Ibnu Katsir menjelaskan maknanya. “Sekiranya ananda kasar
dalam mengatakan & berkeras hati dlm menghadapi mereka, pasti mereka bubar
dan meninggalkanmu. Akan tetapi Allah menghimpun mereka di sekelilingmu dan
menciptakan hatimu lemah lembut terhadap mereka sehingga mereka menyukaimu.”

Kata-kata garang & keras hati ialah perilaku yg secara
fitrah dibenci oleh manusia. Jika ada pemimpin yg kata-katanya garang dan
hatinya keras, insan akan menjauhinya. Kalaupun ada yg mendekat, mereka
mendekat bukan lantaran cinta namun lantaran takut & terpaksa.

Sedangkan Rasulullah adalah pemimpin yg agung. “Beliau
tidak pernah marah lantaran problem pribadi,” terang Sayyid Qutb, “tak pernah
sempit dadanya menghadapi kelemahan mereka selaku insan & tak pernah
menghimpun kekayaan untuk dirinya sendiri bahkan memberikans segala yang
beliau punya. Kesantuan, kesabaran, kebajikan, kelemahlembutan & cinta kasih
sayangnya yg mulia senantiasa meliputi mereka.”

Baca juga: Ayat Kursi

3. Seni Memaafkan & Sikap Demokratis

Poin ketiga dr Surat Ali Imran ayat 159 ini perintah
untuk memaafkan & memohonkan ampun serta bermusyawarah.

فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, & bermusyawaratlah dgn mereka dlm urusan itu.

Meskipun sebagian kaum muslimin berbuat salah, Allah
memerintah Rasulullah untuk memaafkan mereka & memohonkan ampunan kepada
Allah. Allah pula memerintahkan untuk mengajak mereka bermusyawarah.

“Islam menerapkan prinsip musyawarah dlm tata cara
pemerintahan. Sehingga Rasulullah sendiri melakukannya,” tegas Sayyid Qutb
dalam Tafsir Fi Zilalil Alquran.

Rasulullah selalu bermusyawarah dgn mereka. Saat
perang badar, Rasulullah bermusyawarah meminta usulan para sahabat tatkala
yang mau mereka hadapi yakni serdadu kafir Quraisy bukan lagi kafilah jualan
Abu Sufyan. Lalu para teman pun menyatakan kesiapannya untuk berperang
bareng Rasulullah.

Saat perang Uhud, Rasulullah pula mengajak para sobat
bermusyawarah apakah menghadapi musuh dgn menyambutnya di luar Madinah atau
bertahan di Madinah. Tatkala perang Ahzab pula Rasulullah mengajak musyawarah
terkait taktik pertahanan. Tatkala perjanjian Hudaibiyah pula musyawarah.

Begitu banyak pola musyawarah Rasulullah & sobat
dalam sejarah. Sehingga dlm ungkapan terbaru, Rasulullah sungguh demokratis.
Tidak absolut dlm memutuskan sesuatu. Beliau mengajak para sahabat
musyawarah kecuali dlm hal yg telah ditetapkan wahyu dr Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Demikian pentingnya musyawarah atau syuro, Buya Hamka
sewaktu menafsirkan Surat Ali Imran ayat 159 ini membuat sub judul “syuro
selaku sendi masyarakat Islam.” Panjang lebar ia menjelaskan pola-pola
musyawarah di masa Rasulullah.

“Pertumbuhan syura islami itu nyaris sama jugalah dengan
pertumbuhan demokrasi pada kota-kota Yunani purbakala. Demokrasi sudah ada
sejak semula. Tiap kota mempunyai demokrasi sendiri & siapa pun berhak
menghadiri konferensi serta mengeluarkan usulan. Kemudian demokrasi itu pun
boleh berkembang berdasarkan kemajuan zaman & kawasan, ruang & waktu,” tulis
Buya Hamka dlm Tafsir Al Azhar.

4. Tawakkal & menyikapi Hasil Musyawarah

Poin keempat dr Surat Ali Imran ayat 159 ini adalah perintah
untuk bertawakkal, terutama setelah musyawarah.

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Kemudian apabila ananda sudah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah pada Allah. Sesungguhnya Allah menggemari orang-orang yang
bertawakkal terhadap-Nya.

Ketika menafsirkan firman Allah ini, Ibnu Katsir
menyampaikan, “Yakni apabila kamu-sekalian bermusyawarah dgn mereka dlm urusan itu
dan ananda sudah membulatkan tekadmu, hendaklah ananda bertawakkal pada Allah.”

Inilah yg diperintahkan Allah. Jika musyawarah telah
menciptakan keputusan, pegang keputusan itu & bertawakkallah pada Allah. Jangan
gundah dgn akhirnya, jangan menyalahkan musyawarah bila ada hal yg tidak
sesuai dgn harapan, sepanjang sudah menjalankan hasil musyawarah itu.

Misalnya musyawarah menjelang perang uhud memutuskan
pasukan Islam menghadapi pasukan kafir Quraisy di luar Madinah. Tatkala kaum
muslimin kalah & sekitar 70 sahabat syahid, orang munafik menyalahkan hasil
musyawarah itu & mengungkit pertimbangan mereka untuk bertahan di Madinah. Padahal
mereka ingin perang di Madinah semoga tak kelihatan tatkala tak ikut
berperang. Dan nyatanya kaum munafik itu memang tak meneruskan perjalanan ke
Uhud, berbalik pulang ke Madinah.

Sedangkan Rasulullah, meskipun pendapatnya pula ingin
menghadapi lawan dgn pertahanan kota di Madinah, beliau mengikuti keputusan
musyawarah yg menyetujui menyambut musuh di luar Madinah. Meskipun kemudian
pasukan Islam kalah dlm perang uhud itu, Rasulullah tak pernah menyalahkan
musyawarah & tak pernah mengungkit pertimbangan dia.

Tawakkal inilah yg membuat seorang mukmin tidak
menyalahkan hasil musyawarah & tak mengungkit pendapatnya yg ditolak saat
musyawarah. Dan orang yg tawakkal dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca juga: Isi Kandungan Surat Ali Imran Ayat 159

Kandungan Surat Ali Imran Ayat 159

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ali Imran ayat 159:

  1. Rasulullah memiliki sifat lemah lembut & sifat itu disebabkan
    oleh rahmat Allah.
  2. Karena lemah lembut itu dr rahmat Allah, seseorang yang
    mengharapkan lemah lembut ada padanya, ia harus memintanya pada Allah dan
    berusaha menerima rahmat-Nya.
  3. Manusia menyukai pribadi yg lemah lembut, sebaliknya tidak senang
    kata-kata garang & sikap keras hati. Manusia akan menjauh dr orang yg suka
    berkata bernafsu & hatinya keras.
  4. Rasulullah mempunyai adat yg agung, di antaranya adalah
    pemaaf, suka bermusyawarah & tawakkal.
  5. Allah menyuruh hamba-Nya biar memaafkan orang lain dan
    memprioritaskan musyawarah dlm mengambil keputusan.
  6. Ketika musyawarah sudah menghasilkan keputusan, maka mesti
    dilaksanakan dgn dilandasi tawakkal pada Allah.
  7. Allah mencintai orang-orang yg bertawakkal.

Demikian Surat Ali Imran ayat 159 mulai dr tulisan Arab & Latin, terjemah dlm bahasa Indonesia, tafsir, & isi kandungan maknanya. Semoga berguna & menciptakan kita memiliki budpekerti mulia khususnya lemah lembut, pemaaf, & suka bermusyawarah serta tawakkal. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Ini Alasan Ulama Ingatkan “Hati-Hati Tanda Hitam di Jidat”