close

Surat Al Maidah Ayat 48: Arti, Tafsir, Kandungan

Surat Al Maidah ayat 48 adalah ayat perihal Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Berikut ini arti, tafsir, & kandungan maknanya.

Surat Al Maidah termasuk madaniyah. Menurut riwayat Imam Ahmad, surat ini turun tatkala Rasulullah sedang naik unta. Hampir saja paha unta itu patah sebab begitu beratnya wahyu yg Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terima.

Demikian pula ayat 48 ini pula tergolong madaniyah. Nama surat ini Al Maidah (المائدة) yg artinya hidangan alasannya adalah di antara kandungan surat ini yakni kisah tentang turunnya al maidah (santapan) dr langit sesudah para pengikut Nabi Isa (hawariyyun) memintanya. Al maidah yg hawariyyun memintanya merupakan bukti kerasulan Nabi Isa & sekaligus menjadi hari raya bagi mereka.

Surat Al Maidah Ayat 48 Beserta Artinya

Berikut ini Surat Al Maidah Ayat 48 dlm goresan pena Arab, goresan pena Latin, & artinya dlm bahasa Indonesia:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ
لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ
مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

(Wa anzalnaa ilaikal kitaaba bil haqqi mushoddiqol limaa
baina yadaihi minal kitaabi wamuhaiminan ‘alaihi. Fahkum bainahum bimaa
anzalalloohu walaa tattabi’ ahwaa,ahum ‘ammaa jaa,aka minal haq. Likulling ja’alnaa
mingkum syir’ataw waminhaajaa. Walau syaa,alloohu laja’alakum ummataw
waahidataw walaakil liyabluwakum fii maa aataakum. Fastabiqul khoiroot. Ilalloohi
marji’ukum jamii’aang fayunabbi,ukum bimaa kungtum fiihi takhtalifuun)

Artinya:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dgn menenteng kebenaran, membenarkan apa yg sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) & batu cobaan terhadap kitab-kitab yg lain itu. Maka putuskanlah masalah mereka menurut apa yg Allah turunkan & janganlah ananda mengikuti hawa nafsu mereka dgn meninggalkan kebenaran yg sudah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan & jalan yg terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya ananda dijadikan-Nya satu umat (saja), namun Allah hendak menguji ananda terhadap sumbangan-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya pada Allah-lah kembali ananda semuanya, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu apa yg sudah ananda perselisihkan itu.

Baca juga: Ayat Kursi

Tafsir
Surat Al Maidah
Ayat
48

Tafsir Surat Al Maidah ayat 48 ini kami sarikan dr Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Alquran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar terhimpun banyak faedah yg kaya khazanah keilmuan tetapi tetap ringkas.

Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dr redaksi ayat & artinya. Kemudian tafsirnya yg merupakan intisari dr tafsir-tafsir di atas.

1. Iman pada Al Quran & Kitab-Kitab Sebelumnya

Poin pertama dr Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan salah satu fungsi Al-Qur’an.

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ ۖ

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dgn menjinjing kebenaran, membenarkan apa yg sebelumnya, yakni kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) & watu cobaan terhadap kitab-kitab yg lain itu.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah sudah menurunkan Al-Qur’an pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dgn haq. “Yakni menenteng kebenaran & tiada keraguan di dalamnya,” tulis Ibnu Katsir dlm tafsirnya.

Kata mushoddiqo (مصدقا) artinya yakni membenarkan. Yang dibenarkan yaitu kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an. Meskipun kata minal kitaab (من الكتاب) berupa mufrad (tunggal), makna yg dimaksudkan ialah jamak, yakni al kutub (الكتب).

Kitab-kitab yg dibenarkan Al-Qur’an tersebut Taurat, Zabir & Alkitab. Yakni Taurat yg diturunkan pada Nabi Musa ‘alaihis salam. Zabur yg diturunkan pada Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan Alkitab yg diturunkan pada Nabi Isa ‘alaihis salam. Sebelum ketiga kitab itu diubah oleh insan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dlm Tafsir Al Munir menjelaskan, muhaiminan ‘alaih (مهيمنا عليه) artinya adalah pengawas, pengontrol, & penjaga kitab-kitab terdahulu serta menjadi saksi terhadapnya sekaligus menjadi saksi untuknya mengenai keabsahannya.

Ini salah satu fungsi Al-Qur’an. Selain membenarkan bahwa Allah pernah menurunkan kitab Taurat, Zabur & Injil, Al-Qur’an pula menjadi hakim atas keabsahan kitab-kitab tersebut. Sehingga tatkala saat ini didapati ada kitab yg isinya bertentangan dgn Al-Qur’an, maka ia tak mampu diandalkan keotentikannya.

“Apa saja isi dr kitab terdahulu yg sesuai dgn Al-Qur’an, maka itu yaitu benar. Dan apa saja isi dr kitab terdahulu yg tak sesuai dgn Al-Qur’an, maka itu adalah batil,” kata Ibnu Juraij seperti dikutip Ibnu Katsir dlm Tafsirnya.

Baca juga: Asmaul Husna

2. Al Quran sebagai pedoman hidup

Poin kedua dr Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berpegang pada Al-Qur’an. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ

Maka putuskanlah kasus mereka menurut apa yg Allah
turunkan & janganlah ananda mengikuti hawa nafsu mereka dgn meninggalkan
kebenaran yg sudah tiba kepadamu.

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Surat Al Maidah ayat 48 ini
turun berkenaan dgn orang-orang hebat kitab yg meminta keputusan kepada
Rasulullah. Awalnya, Rasulullah diberi pilihan untuk memutuskan kasus mereka
atau mengembalikan perkara itu pada kitab mereka masing-masing. Namun kemudian
Allah menurunkan ayat ini.

“Dengan turunnya ayat ini,” kata Ibnu Katsir, “Allah menyuruh Rasulullah untuk menentukan perkara di antara mereka (jago kitab) dgn apa yg ada pada Al-Qur’an.”

Rasulullah tak boleh menentukan dgn mengikuti hawa nafsu mereka. Termasuk dgn kitab mereka yg sudah terdistorsi & sudah mereka ubah sesuai hawa nafsu.

Ayat ini pula berlaku umum, bahwa segala keputusan orang beriman hendaklah berdasarkan Al-Qur’an & tak boleh ada yg bertentangan dengannya.

“Agama ini sudah tepat, nikmat yg Allah berikan pada kaum muslimin sudah cukup & Allah sudah meridhai agama Islam ini menjadi manhaj kehidupan semua insan. Sudah tak ada jalan lagi di sana untuk merevisi atau merubah agama ini. Tidak ada jalan lagi untuk meninggalkan sebagian hukumnya dgn beralih pada aturan lain atau meninggalkan sebagaian syariatnya & berpindah pada syariat lain,” tegas Sayyid Qutb dlm Tafsir Fi Zilalil Alquran.

Baca juga: Surat Al Kafirun

3. Tiap umat memiliki syariat masing-masing

Poin ketiga dr Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu
wa Ta’ala menjelaskan bahwa tiap umat mempunyai syariat & manhaj
masing-masing.

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً
وَمِنْهَاجًا ۚ

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan & jalan yg terang.

Menurut Ibnu Abbas & Mujahid, syir’ata (شرعة) yakni tuntunan, minhaja (منهاجا)
ialah jalan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, syir’ata (شرعة) yaitu apa yg disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk para hambaNya berupa agama, metode, aturan & aturan-hukumnya. Sedangkan minhaja (منهاجا) yaitu jalan terang yg manusia tempuh dlm beragama.

Ibnu Katsir menerangkan, seluruh Nabi & Rasul, anutan
tauhidnya sama. Yakni laa ilaaha illallah. Sebagaimana firman-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sungguhnya Kami telah mendelegasikan rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), & jauhilah
Thaghut itu”
(QS. An Nahl: 36)

Adapun syariatnya, yakni mengenai perintah & larangan,
kadang berlainan-beda.

“Adakalanya syairat mengharamkan sesuatu, kemudian syariat yg lain/berikutnya menghalalkan sesuatu itu. Begitu pula kebalikannya. Ada yg sesutau syariat meringankannya, sedangkan syariat yg lain/berikutnya memperberat sesuatu tersebut,” tulis Ibnu Katsir. “Hal demikian itu alasannya adalah mengandung pesan yang tersirat yg tak terbatas serta hujjah yg terperinci bagi Allah dlm menentukannya.”

Baca juga: Surat Al Hujurat ayat 12

4. Berlomba-lomba dlm kebaikan

Poin keempat dr Surat Al Maidah ayat 48, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hambaNya agar berlomba-lomba dalam
kebaikan.

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ ۚ

Sekiranya Allah mengharapkan, niscaya kau
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji ananda terhadap
pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

Seandainya Allah menginginkan, gampang saja bagiNya menjadikan seluruh insan sejak Nabi Adam hingga akhir zaman tiba menjadi satu umat saja. Namun, Allah hendak menguji manusia. Karenanya, ia menyuruh untuk berlomba-kontes dlm kebaikan.

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah telah memutuskan banyak sekali macam
syariat untuk menguji hamba-hambaNya dgn memberi pahala pada orang yang
taat & menyiksa mereka yg durhaka.

“Berlomba-lombalah ananda semuanya berbuat
pekerjaan-pekerjaan yg baik di dlm dunia ini, dgn memegang pokok pertama
yaitu ketaatan pada Allah & percaya bahwa di belakang hidup yg kini
ini ada lagi hidup alam baka,” tulis Buya Hamka dlm Tafsir Al Azhar.

5. Semua akan kembali pada Allah

Poin kelima dr Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu
wa Ta’ala menegaskan bahwa manusia akan kembali kepada-Nya.

إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Hanya pada Allah-lah kembali ananda semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yg telah ananda perselisihkan itu.

Seperti kata Buya Hamka di final poin sebelumnya, di
belakang hidup yg kini ini ada lagi hidup darul baka. Ini yg harus kokoh
kita yakini. Bahwa kita semua akan kembali pada Allah & akan diberitahukan
apa yg diperselisihkan.

Apa yg mereka perselisihkan itu yakni ihwal akhirat itu sendiri. Orang kafir tak percaya adanya darul baka, mereka bertikai mengenai hal yg pasti ini. Karenanya kelak mereka akan diberitahu & mendapatkan alhasil siksa neraka. Sedangkan bagi mukmin yg beramal shalih, mereka pun akan mendapat hasilnya berupa surga.

Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Maidah ayat 48

Kandungan Surat Al Maidah ayat 48

Berikut ini ialah isi kandungan Surat Al Maidah ayat 48:

  • Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab yg benar, tiada keraguan di dalamnya. Ia membenarkan kitab-kitab sebelumnya sekaligus menjadi hakim atas kitab-kitab itu. Sebab kitab-kitab sebelum Al-Qur’an sudah tak otentik lagi sehabis manusia menggantinya.
  • Al-Qur’an yakni pegangan hidup. Ia mesti menjadi pedoman dlm menentukan segala sesuatu.
  • Setiap umat memiliki syariat & aturan sendiri-sendiri sesuai dgn zaman & kondisi hidup mereka ketika itu. Namun, dengan-cara aqidah & pokok agama seluruhnya sama yakni bertauhid pada Allah.
  • Allah menimbulkan umat insan beragam untuk menguji mereka & memberi potensi untuk berlomba-kontes dlm kebaikan.
  • Semua manusia akan kembali pada Allah & mendapatkan balasan
    atas apa yg mereka yakini & apa yg mereka lakukan di dunia.
  • Ayat ini merupakan ayat yg memotivasi untuk berlomba-kontes dlm kebaikan. Fastabiqul khairat.

Demikian Surat Al Maidah ayat 48 mulai dr goresan pena Arab & latin, terjemah dlm bahasa Indonesia, tafsir, & isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat & mengokohkan kita untuk menimbulkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Surat An Nur Ayat 2, Arab Latin, Arti, Tafsir dan Kandungan