Surat Al Kahfi Ayat 1-10: Arab, Latin, Arti, Keutamaan, Tafsir

Surat Al Kahfi ayat 1-10 merupakan sepuluh ayat yg memiliki keutamaan hebat. Berikut ini arti, keistimewaan, & tafsir Surat Al Kahfi 1-10.

Mayoritas Surat Al Kahfi turun di Makkah. Demikian pula sepuluh ayat pertamanya. Ia turun pada tahun keempat kenabian (nubuwah). Tatkala orang-orang kafir Quraisy mengintimidasi & menteror kaum muslimin dgn sungguh keras, Allah menurunkan Surat Al Kahfi yg memberi gagasan kaum muslimin dgn tiga kisah. Kisah Ashabul Kahfi, dongeng Khidhr & Musa, serta cerita Dzul Qarnain.

Dari cerita Ashabul Kahfi inilah sebagian sahabat kemudian hijrah ke Habasyah. Sedangkan sepuluh ayat pertamanya merupakan ayat dukungan yg akan melindungi pembacanya dr fitnah Dajjal.

Surat Al Kahfi Ayat 1-10

Berikut ini Surat Al Kahfi Ayat 1-10 dlm khat Arab:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (1) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (2) مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا (3) وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا (4) مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآَبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا (5) فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آَثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا (6) إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا (7) وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا (8) أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آَيَاتِنَا عَجَبًا (9) إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10)

Surat Al Kahfi Ayat 1-10 Tulisan Latin

Alhamdulillaahil ladzii anzala ‘ala ‘abdihil kitaaba walam yaj’al lahuu ‘iwajaa. Qoyyimal liyundziro ba’san syadiidam mil ladunhu wayubasysyirol mu’miniinal ladziina ya’maluunash shoolihaati anna lahum ajron hasanaa. Maa kitsiina fiihi abadaa. Wayundzirol ladziina qoolut takhodzalloohu waladaa. Maalahum bihii min ‘ilmiw walaa li’aabaa’ihim kaburot kalimatan takhruju min afwaahihim iyyaquulu illaa kadzibaa. Fala’allaka baakhi’un nafsaka ‘alaa aatsaarihim il lam yu’minuu bihaadzal hadiitsi asafaa. Innaa ja’alnaa maa ‘alal ardli ziinatal lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu ‘amalaa. Wa innaa lajaa’iluuna maa ‘alaihaa shoiidan juruzaa. Am hasibta anna ashhaabal kahfi war roqiimi kaanuu min aayaatinaa ‘ajabaa. Idz awal fityatu ilal kahfi faqooluu robbanaa aatinaa mil ladunka rohmataw wahayyi’lanaa min amrinaa rosyadaa.

Baca juga: Ayat Kursi

Terjemah Surat Al Kahfi Ayat 1-10

Segala puji bagi Allah yg telah menurunkan pada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) & ia tak menyelenggarakan kebengkokan di dalamnya. Sebagai tutorial yg lurus, untuk memperingatkan siksaan yg sangat pedih dr sisi Allah & memberi informasi gembira pada orang-orang yg beriman, yg melaksanakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yg baik. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memperingatkan pada orang-orang yg berkata: “Allah mengambil seorang anak”. Mereka sekali-kali tak mempunyai wawasan tentang hal itu, begitu juga nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yg keluar dr lisan mereka; mereka tak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali ananda akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tak beriman pada keterangan ini (Al-Alquran). Sesungguhnya Kami telah menimbulkan apa yg di bumi selaku pemanis baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yg terbaik perbuatannya. Dan bahwasanya Kami benar-benar akan menyebabkan (pula) apa yg di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. Atau ananda menerka bahwa orang-orang yg mendiami gua & (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yg mengherankan? (Ingatlah) tatkala para perjaka itu mencari tempat berlindung ke dlm gua, kemudian mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat pada kami dr sisi-Mu & sempurnakanlah bagi kami isyarat yg lurus dlm permasalahan kami (ini)”.

Keutamaan Surat Al Kahfi Ayat 1-10

Surat Al Kahfi memiliki banyak keistimewaan. Sedikitnya ada lima keutamaan Surat Al Kahfi. Dan khusus ayat 1-10 ini, keutamaannya yaitu siapa yg hafal, maka Allah akan menyelematakannya dr fitnah Dajjal. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

Barangsiapa hafal sepuluh ayat dr permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dr Dajjal. (HR. Muslim)

Bahkan dlm hadits yg lain, redaksinya menggunakan kata qara’a yg artinya membaca.

مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْكَهْفِ لَمْ يَخَفِ الدَّجَّالَ

Barangsiapa membaca sepuluh ayat dr permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dr Dajjal. (HR. Darimi)

Maka marilah kita berupaya menghafal sepuluh ayat ini, mengerti maknanya, & mengamalkannya. Insya Allah, ia akan melindungi kita dr fitnah Dajjal.

Tafsir Surat Al Kahfi Ayat 1-10

Tafsir Surat Al Kahfi ayat 1-10 ini kami sarikan dr Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Alquran, Tafsir Al Azhar, & Tafsir Al Munir. Harapannya, biar bisa terhimpun banyak faedah yg kaya khazanah tetapi tetap ringkas.

Kami memaparkannya menjadi ayat per ayat. Mulai dr ayat, terjemah, kemudian tafsirnya  yang merupakan intisari dr tafsir-tafsir di atas.

Surat Al Kahfi Ayat 1

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا

Segala puji bagi Allah yg sudah menurunkan pada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) & ia tak menyelenggarakan kebengkokan di dalamnya.

Surat Al Kahfi diawali dgn pujian pada Allah yg sudah menurunkan Al-Qur’an pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dlm Al-Qur’an tak ada kebengkokan, tak pula kesesatan & penyimpangan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dlm Tafsir Al Munir menerangkan, ayat ini mengajarkan bagaimana memuji & bersyukur pada Allah atas lezat paling besar-Nya yakni nikmat Islam & Al-Qur’an.

Surat Al Kahfi Ayat 2

قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

Sebagai bimbingan yg lurus, untuk memperingatkan siksaan yg sangat pedih dr segi Allah & memberi informasi gembira pada orang-orang yg beriman, yg melaksanakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yg baik.

“Bahkan Allah menimbulkan Al-Qur’an pertengahan lagi lurus,” kata Ibnu Katsir tatkala menerangkan qayyima (قيما) pada ayat kedua ini.

Di antara fungsi Al-Qur’an yakni selaku peringatan & kabar gembira. Memperingatkan orang-orang yg menentang-Nya & mendustakan-Nya bahwa kelak mereka akan menerima pembalasan yg keras & siksaan yg pedih. Sebaliknya, memperlihatkan kabar gembira pada orang yg beriman & bersedekah shalih bahwa mereka akan menerima tanggapan yg baik.

Buya Hamka dlm Tafsir Al Azhar menjelaskan, tanggapan yg baik & karunia kebahagiaan utamanya akan dinikmati terlebih dahulu oleh ruhaninya.

Surat Al Kahfi Ayat 3

مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا

Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

Balasan yg baik itu berupa surga & mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. “Mulanya kebahagiaan jiwa di dunia, kemudian nikmat Ilahi yg kekal di akhirat,” tulis Buya Hamka.

Surat Al Kahfi Ayat 4

وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا

Dan untuk memperingatkan pada orang-orang yg berkata: “Allah mengambil seorang anak”.

Secara khusus, Al-Qur’an pula memperingatkan orang-orang yg mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Saat ayat ini turun, kaum muslimin belum berinteraksi dgn orang-orang Yahudi & Nasrani. Kaum muslimin ketika itu berhadapan dgn orang-orang musyrikin Makkah. Dan ternyata, orang-orang musyrikin Makkah meyakini bahwa Allah mengambil malaikat sebagai anak. Mereka mengatakan, “Kami menyembah malaikat, mereka yakni bawah umur perempuan Allah.”

Secara biasa , orang-orang yg Yahudi yg mengatakan “Uzair anak Allah” & orang-orang Nasrani yg menyampaikan “Isa anak Allah” pula mendapatkan perayaan ini.

Surat Al Kahfi Ayat 5

مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآَبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا

Mereka sekali-kali tak mempunyai wawasan tentang hal itu, begitu juga nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yg keluar dr mulut mereka; mereka tak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.

Yakni apa yg mereka ucapkan bukanlah berdasarkan ilmu & bukti melainkan ucapan yg dibuat-buat. Demikian pula nenek moyang yg menyampaikan ucapan tersebut. Ucapan tersebut merupakan ucapan yg sangat buruk & kedustaan belaka.

Sayyid Qutb dlm Tafsir Fi Zilalil Qur’an menerangkan, ayat 4-5 ini merupakan koreksi atas metode berpikir. Yakni koreksi atas sistem berpikir orang-orang musyrik yg mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu.

Surat Al Kahfi Ayat 6

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آَثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

Maka (apakah) barangkali ananda akan membunuh dirimu sebab bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tak beriman pada keterangan ini (Al-Quran).

Allah menghibur Rasul-Nya dlm kesedihannya menghadapi sikap kaum musyrikin yg tidak mau beriman & malah mendustakan.

Ibnu Katsir menjelaskan, bakhi’un (باخع) artinya membinasakan diri sendiri sebab sedih. Sedangkan asafan (أسفا) ialah  kecewa.

Surat Al Kahfi Ayat 7

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami sudah menjadikan apa yg di bumi selaku embel-embel baginya, biar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yg terbaik perbuatannya.

Allah menerangkan bahwa dunia ini fana. Gemerlap dunia hanyalah untuk menguji insan siapa di antara mereka yg terbaik amalnya. Sebagaimana kehidupan seluruhnya pula merupakan ujian yg sama.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Yang menyebabkan mati & hidup, supaya ia menguji kamu, siapa di antara ananda yg lebih baik amalnya. (QS. Al Mulk: 2)

Surat Al Kahfi Ayat 8

وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا

Dan bahu-membahu Kami sungguh-sungguh akan menjadikan (pula) apa yg di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.

Allah menerangkan bahwa dunia ini niscaya hancur & rusak. Demikian pula semua di atasnya akan binasa.

Mujahid menyampaikan bahwa shaidan juruza (صعيدا جرزا) maksudnya tandus tak dapat menumbuhkan pepohonan. Sedangkan berdasarkan Qatadah, maksudnya tanah yg tak ada pohon & tak ada tanamannya.

Surat Al Kahfi Ayat 9

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آَيَاتِنَا عَجَبًا

Atau ananda menerka bahwa orang-orang yg mendiami gua & (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yg mengherankan?

Banyak orang yg terheran-heran dgn kisah ashabul kahfi. Kata Ibnu Abbas, apa yg Allah berikan berupa ilmu, sunnah, & Al-Qur’an ini jauh lebih fantastis darinya.

Buya Hamka menjelaskan, al kahfi (الكهف) yakni gua yg besar lagi luas sehingga orang bisa berteduh atau berdiam di sana. Sedangkan berdasarkan Ibnu Abbas, ar raqim (الرقيم) yakni suatu lembah yg terletak di erat kota Ailah (sekarang Yordania). Di sanalah gua ashabul kahfi itu berada.

Surat Al Kahfi Ayat 10

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

(Ingatlah) tatkala para cowok itu mencari tempat berlindung ke dlm gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat pada kami dr segi-Mu & sempurnakanlah bagi kami isyarat yg lurus dlm problem kami (ini)”.

Ayat kesepuluh ini mulai menerangkan perihal ashabul kahfi. Mereka mencari tempat sumbangan dr kezaliman penguasa sampai karenanya masuk ke gua. Mereka berdoa meminta rahmat pada Allah & petunjuk-Nya.

Ketika sebuah doa yg baik Allah abadikan dlm Al-Qur’an, bahwasanya Allah mengajarkan doa itu supaya orang-orang beriman membacanya. Demikian pula doa ashabul kahfi ini. Doa yg istimewa, memohon rahmat & isyarat -Nya.

Demikian Surat Al Kahfi ayat 1-10 mulai dr goresan pena Arab & Latin, terjemah dlm bahasa Indonesia, keutamaan, sampai tafsirnya. Semoga berguna & kita mampu mengamalkannya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Surat Al Ikhlas: Arti, Tafsir, Asbabun Nuzul, Keutamaan