Surat Al Hujurat Ayat 12: Arti, Tafsir, dan Kandungan

Surat Al Hujurat ayat 12 adalah salah satu ayat ihwal dugaan
baik & etika persaudaraan. Berikut ini arti, tafsir & kandungan Al Hujurat
12.

Sebagaimana Surat Al Hujurat dengan-cara keseluruhan, ayat 12
ini pula tergolong madaniyah. Yakni turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, tepatnya tahun 9 hijrah. Al
Hujurat
(الحجرات) yg menjadi nama surat ini diambil dari
ayat 4. Arti al hujurat yakni kamar-kamar. Yakni kamar-kamar daerah
kediaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama istri-istri ia.

Surat Al Hujurat Ayat 12 Beserta Artinya

Berikut ini Surat Al Hujurat Ayat 12 dlm goresan pena Arab, tulisan Latin, & artinya dlm bahasa Indonesia:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

(Yaa ayyuhal ladziina aamanuj tanibuu katsiirom minadh
dhonni inna ba’dlodh dhonni itsm. Walaa tajassasuu walaa yaghtab badlukum ba’dloo.
Ayuhibbu ahadukum ay ya’kula lahma akhiihi maitan fakarihtumuuhu wattaqullooha
innallooha tawwaabur rohiim)

Artinya:
Hai orang-orang yg beriman, jauhilah pada umumnya purba-sangka (kecurigaan), alasannya adalah sebagian dr purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kejelekan orang & janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara ananda yg suka mengkonsumsi daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah ananda merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah pada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Baca juga: Terjemah Per Kata Surat Al Hujurat Ayat 12

Tafsir
Surat Al Hujurat Ayat 12

Tafsir Surat Al Hujurat ayat 12 ini kami sarikan dr Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir & Tafsir Al Misbah. Harapannya, semoga banyak faedah yg kaya khazanah tetapi tetap ringas.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ
إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ
بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yg beriman, jauhilah pada umumnya
purba-sangka (kecurigaan), alasannya adalah sebagian dr purba-sangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari kejelekan orang & janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara ananda yg suka menyantap daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah ananda merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah terhadap
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS.
Al Hujurat: 12)

1. Jauhi Prasangka Buruk

Poin pertama dr Surat Al Hujurat ayat 12, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang beriman untuk menjauhi prasangka buruk.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ
إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

“Hai orang-orang yg beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), alasannya adalah sebagian dr purba-sangka itu dosa.
(QS.
Al Hujurat: 12)

Kata ijtanibuu (إجتنبوا) berasal dr kata janb (جنب) yg artinya yaitu samping. Mengesampingkan sesuatu
berarti menjauhkan dr jangkauan tangan. Penambahan karakter ta’ (ت) berfungsi pementingan sehingga artinya bersungguh-sungguhlah
menjauhi
.

Kedua, kata katsiran (كثيرا)
artinya yakni banyak, walaupun biasa diterjemahkan selaku pada umumnya.
Tiga dr sepuluh ialah banyak. Enam dr sepuluh adalah kebanyakan.

Berikutnya, kata dhan (ظن) artinya ialah dugaan. Namun dlm ayat
ini, dhan yg tidak boleh & menjadi dosa adalah dugaan jelek.

Ibnu Katsir dlm tafsirnya menjelaskan, melalui Surat Al
Hujurat ayat 12 ini, Allah melarang hamba-hambaNya yg beriman dr banyak
berprasangka buruk. Yakni meragukan orang lain dgn tuduhan buruk yg tidak
berdasar. Karena sebagian dugaan itu yakni murni dosa, maka ia mesti dijauhi
sebagai langkah-langkah preventif.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Janganlah ananda berprasangka jelek sebab
dugaan jelek itu info yg paling dusta.”
(HR.
Bukhari & Muslim)

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Jangan
sekali-kali ananda mempunyai dugaan terhadap sebuah kalimat yg keluar dari
verbal saudaramu melainkan kebaikan semata. Sedangkan ananda masih mempunyai jalan
untuk memahami kalimat itu dgn pengertian yg baik.”

2. Jangan Memata-matai & Mencari-cari Keburukan

Poin kedua dr Surat Al Hujurat ayat 12, Allah melarang
memata-matai & mencari-cari kejelekan orang lain.

وَلَا تَجَسَّسُوا

..Dan janganlah mencari-cari kejelekan orang.. (QS.
Al Hujurat: 12)

Kata tajassasuu (تجسسوا)
berasal dr kata jassa (جس), yakni upaya mencari
tahu dgn cara tersembunyi. Dari kata itu pula, mata-mata disebut jaasus
(جاسوس).

Rasulullah bersabda dlm lanjutan hadits di atas:

إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ
تَجَسَّسُوا وَلاَ تَنَافَسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ
تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

“Janganlah ananda berprasangka jelek alasannya
dugaan buruk itu isu yg paling dusta. Jangan mencari-cari kesalahan,
jangan memata-matai, jangan saling menjatuhkan, jangan saling hasad, jangan
saling membenci, jangan saling berbuat makar & jadilah kalian hamba-hamba
Allah yg bersaudara.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Al Auza’i menerangkan bahwa tajassus yakni
mencari-cari kesalahan pihak lain. Sementara tahassus yaitu
mencari-cari berita suatu kaum, sedangkan yg bersangkutan tidak ingin beritanya
terdengar atau disadap.

Sayyid Qutb membuktikan dlm Tafsir Fi Zilalil Alquran, tajassus kadang-kadang merupakan acara yg mengiringi dugaan & kadang kala selaku kegiatan awal untuk menyingkap malu & mengetahui kejelekan. Al Alquran memberantas praktik yg hina ini dr sisi adab guna membersihkan kalbu dr kecenderungan yg jelek itu, yg hendak mengungkap aib & keburukan orang lain.

Baca juga: Surat Al Waqiah

3. Jangan Ghibah

Poin ketiga dr Surat Al Hujurat ayat 12, Allah melarang ghibah.

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara ananda yg suka menyantap daging saudaranya yg sudah mati? Maka
tentulah ananda merasa jijik kepadanya.
(QS. Al Hujurat: 12)

Kata yaghtab (يغتب)
terambil dr kata ghiibah (غيبة) yg berasal dari
kata ghaib (غيب) yakni tak hadir. Ghibah yaitu membahas sesuatu perihal
orang yg tak hadir yg bila orang tersebut mengetahuinya maka ia tidak
suka.

Dalam hadits yg diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah
menjelaskan perihal ghibah dlm sabda beliau:

ذِكْرُكَ
أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

“kamu mengatakan perihal saudaramu hal-hal yg tidak
disukainya”

Ada teman yg bertanya, “bagaimana jika apa yang
dikatakan itu memang fakta?” Beliau lantas menjawab:

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ
فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Jika apa yg ananda katakan itu fakta, berarti kau
sudah ghibah. Dan jikalau apa yg ananda katakan itu bukan fakta, mempunyai arti itu
yakni fitnah.”

Ghibah diumpamakan makan bangkai saudaranya. Yang niscaya
ia benci. Kata fakarihtumuuh (فكرهتموه) memakai fi’il
madhi (kata kerja lampau), menunjukkan bahwa perasaan jijik itu yakni sesuatu
yang pasti dinikmati oleh siapa pun.

“Yakni sebagaimana ananda tak menggemari hal itu secara
naluri, maka bencilah perbuatan tersebut demi perintah syara’” tulis Ibnu
Katsir tatkala menafsirkan Surat Al Hujurat ayat 12 ini. “Karena sesungguhnya
eksekusi yg bahwasanya jauh lebih keras dr apa yg digambarkan.”

Di masa
Rasulullah, kadang anyir busuk ghibah betul-betul tercium. Imam Ahmad
meriwayatkan, tatkala Jabir bin Abdullah & sejumlah sahabat bareng
Rasulullah, terciumlah bacin bangkai yg sungguh busuk. Maka Rasulullah bersabda:

أَتَدْرُونَ
مَا هَذِهِ الرِّيحُ هَذِهِ رِيحُ الَّذِينَ يَغْتَابُونَ الْمُؤْمِنِينَ

“Tahukah
kalian, wangi apakah ini? Ini ialah amis orang-orang yg suka menggunjing orang
lain.”
(HR. Ahmad)

Dari
jalur periwayatan yg lain diterangkan bahwa anyir busuk itu berasal dr orang
munafik yg menggunjing kaum mukminin.

Baca juga: Asmaul Husna

4. Bertaqwalah pada Allah

وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Dan bertakwalah pada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Hujurat: 12)

Allah
kembali mengingatkan agar orang-orang mukmin bertaqwa pada Allah. Sebab dengan
taqwa, seseorang akan terjaga dr buruk sangka, mencari kejelekan orang lain
dan ghibah.

“Jika
selama ini perangai yg buruk ini ada pada dirimu, mulai kini segeralah
hentikan & bertaubatlah dr kesalahan yg hina itu diikuti penyesalan dan
bertaubat,” kata Buya Hamka dlm Tafsir Al Azhar tatkala menafsirkan
Surat Al Hujurat ayat 12 ini. “Allah selalu membuka pintu kasih sayang-Nya,
membuka pintu selebar-lebarnya mendapatkan kehadiran para hamba-Nya yg ingin
menukar perbuatan yg salah dgn perbuatan baik, kelakuan berandal dengan
akhlak terpuji.”

Kata attawwab (أخويكم)
sering diartikan akseptor taubat. Namun Imam Ghazali memaknainya lebih luas. At
tawwab, menurut Al Ghazali, yaitu ia (Allah) yg kembali berkali-kali
menunjukkan cara yg mempermudah hamba-Nya untuk bertaubat.

Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Hujurat Ayat 12

Kandungan Surat Al Hujurat Ayat 12

Berikut ini ialah isi kandungan Surat Al Hujurat ayat 12:

  • Allah memerintahkan orang-orang yg beriman untuk menjauhi dugaan buruk.
  • Allah melarang
    memata-matai & mencari-cari kejelekan orang lain.
  • Allah melarang
    ghibah. Bahkan menerangkan ghibah laksana memakan bangkai saudaranya sendiri.
  • Buruk sangka, memata-matai & mencari-cari keburukan orang lain serta ghibah ialah haram serta menjadi perusak persatuan. Padahal orang-orang beriman itu bersaudara & harus menjaga persatuan sebagaimana dijelaskan dlm Surat Al Hujurat ayat 10.
  • Allah
    menyuruh orang-orang beriman untuk bertaqwa. Jika orang beriman masih melakukan perbuatan buruk
    tersebut, hendaklah bertaubat & bertaqwa. Dengan taqwa, terjagalah diri dari
    sifat-sifat buruk tersebut & dgn taqwa Allah akan mendapatkan taubatnya.
  • Allah
    selalu membuka pintu taubat & pintu kasih sayang bagi hamba-hamba-Nya
    yang bertaubat & bertaqwa.

Demikian Surat Al Hujurat ayat 12 mulai dr goresan pena Arab & latin, terjemah dlm bahasa Indonesia, tafsir & isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat & menghindarkan kita dr perbuatan jelek yg merusak persatuan Islam. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

Tafsir berikutnya: SURAT AL HUJURAT AYAT 13

  Surat Al Kafirun: Arti, Tafsir, Asbabun Nuzul