Surat Al Bayyinah beserta Artinya, Tafsir dan Asbabun Nuzul

Surat Al Bayyinah (البينة) yakni surat ke-98 dlm Al Alquran. Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, & tafsir Surat Al Bayyinah.

Surat ini terdiri dr 8 ayat. Nama surat ini Al Bayyinah yang berarti bukti yg kasatmata. Terambil dr ayat pertama. Nama lainnya adalah Lam Yakun, dr awal ayat pertama.

Ada pula nama lain yakni Surat Al Qayyimah yg terambil dr bunyi terakhir ayat ketiga. Juga dinamakan Al Bariyyah yg disebut dua kali pada ayat 6 & 7. Bahkan Buya Hamka dlm Tafsir Al Azhar menyebut nama lain yakni Surat Al Munfakkin.

Mayoritas ulama mufassir beropini surat ini Madaniyah. Sebab surat ini pertanda perihal ahlul kitab. Sementara interaksi dgn ahlul kitab baru terjadi ketika di Madinah. Demikian pula tata cara pentahapan dlm menerangkan hakikat sejarah & keimanan dlm surat ini. Namun ada pula ulama yg beropini bahwa surat ini Makkiyah.

Surat Al Bayyinah & Artinya

Berikut ini Surat Al Bayyinah dlm goresan pena Arab, tulisan latin & artinya dlm bahasa Indonesia:

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ (1) رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً (2) فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ (3) وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ (4) وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

(Lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina munfakkiina hataa ta’tiyahumul bayyinah. Rosuulum minalloohi yatluu shuhufam muthohharoh. Fiihaa kutubung qoyyimah. Wamaa tafarroqol ladziina uutul kitaaba illaa mim ba’di maa jaa-athumul bayyinah. Wa maa umiruu illaa liya’budullooha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a wa yuqiimush sholaata wa yu’tuz zakaata wa dzaalika diinul qoyyimah. Innal ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina fii naari jahannama khoolidiina fiihaa, ulaa-ika hum syarrul bariyyah. Innnal ladziina aamanuu wa’amilush shoolihaati ulaa-ika hum khoirul bariyyah. Jazaa-uhum ‘inda robbihim jannaatu ‘adnin tajrii min tahtihal anhaaru khoolidiina fiihaa abadaa, rodhiyalloohu ‘anhum wa rodhuu ‘anh, dzaalika liman khosyiya robbah)

Artinya:
Orang-orang kafir yakni andal Kitab & orang-orang musyrik (menyampaikan bahwa mereka) tak akan meninggalkan (agamanya) sebelum tiba pada mereka bukti yg konkret. (yakni) seorang Rasul dr Allah (Muhammad) yg membacakan lembaran-lembaran yg disucikan (Al Quran), di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yg lurus. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yg didatangkan Al Kitab (terhadap mereka) melainkan sesudah tiba pada mereka bukti yg aktual. Padahal mereka tak disuruh kecuali agar menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan kepada-Nya dlm (menjalankan) agama yg lurus, & biar mereka mendirikan shalat & menunaikan zakat; & yg demikian itulah agama yg lurus. Sesungguhnya orang-orang yg kafir yakni ahli Kitab & orang-orang yg musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yg beriman & menjalankan amal saleh, mereka itu yakni sebaik-baik makhluk.

Asbabun Nuzul

Sebagian ulama beropini bahwa Surat Al Bayyinah tergolong surat makkiyah. Namun sebagian ulama yang lain berpedapat ia adalah madaniyah. Ia merupakan surat ke-101 yg turun pada Rasulullah. Yakni turun sesudah Surat Ath Talaq & sebelum Surat Al Hasyr.

Ibnu Katsir dlm tafsirnya mencantumkan hadits terkait dgn turunnya Surat Al Bayyinah.

لَمَّا نَزَلَتْ ( لَمْ يَكُنْ) قَالَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَا مُحَمَّدُ إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُقْرِئَ هَذِهِ السُّورَةَ أُبَىَّ بْنَ كَعْبٍ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-  يَا أُبَىُّ إِنَّ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَمَرَنِى أَنْ أُقْرِئَكَ هَذِهِ السُّورَةَ. فَبَكَى وَقَالَ ذُكِرْتُ ثَمَّةَ قَالَ نَعَمْ

Ketika turun Lam Yakun (Surat Al Bayyinah), Jibril ‘alaihis salam berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu memerintahkanmu membacakan surat ini pada Ubay bin Ka’ab.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ubay bin Ka’ab, sesungguhnya Tuhanku Azza wa Jalla memerintahkanku membacakan surat ini kepadamu.” Maka Ubay menangis sembari berkata, “Apakah namaku disebut?” Rasulullah menjawab, “Ya.” (HR. Ahmad)

Baca juga: Ayat Kursi

Tafsir Surat Al Bayyinah

Tafsir surat Al Bayyinah ini kami sarikan dr Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Alquran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir & Tafsir Al Misbah. Ia bukan tafsir baru melainkan ringkasan kompilasi dr tafsir-tafsir tersebut. Juga ditambah dgn tumpuan lain mirip Awwal Marrah at-Tadabbar al-Qur’an & Khawatir Qur’aniyah.

Surat Al Bayyinah ayat 1

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ

Orang-orang kafir yakni jago Kitab & orang-orang musyrik (menyampaikan bahwa mereka) tak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang pada mereka bukti yg positif.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yg dimaksud dgn ahli kitab yaitu orang-orang Yahudi & Kristen. Sedangkan orang-orang musyrik yaitu penyembah berhala & penyembah api. Termasuk seluruh penganut paganisme baik bangsa Arab maupun ‘ajam (non Arab).

Kata munfakkiin (منفكين) merupakan bentuk jamak pelaku dr kata infakka (إنكف) yg artinya berpisah setelah sebelumnya menyatu dgn kukuh. Maka munfakkiin pula memiliki arti meninggalkan.

Orang-orang kafir yg menutupi kebenaran yakni ahlul kitab (Yahudi & Katolik) & orang-orang musyrik mengatakan bahwa mereka tak akan meninggalkan agama mereka sebelum tiba pada mereka bukti yg positif. Yakni Rasul yg dijanjikan Allah, yg sifat-sifatnya tercantum dlm kitab mereka.

Ada pula yg menafsirkan al bayyinah (bukti kasatmata) adalah kitab suci. Sebagaimana Taurat bagi Yahudi & Bibel bagi Kristen.

Dua bukti nyata yg mereka sebutkan, bantu-membantu telah ada pada dikala itu. Yakni Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam & Al Qur’an Al Karim. Namun mereka mendustakannya.

Surat Al Bayyinah ayat 2

رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً

(yaitu) seorang Rasul dr Allah (Muhammad) yg membacakan lembaran-lembaran yg disucikan (Al Quran),

Sebaik-baik tafsir yaitu tafsir Al Qur’an dgn Al Qur’an. Yakni menafsirkan ayat dgn ayat lain yg menjelaskannya. Maka dgn ayat dua ini, jelaslah bahwa al bayyinah (bukti aktual) itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau membacakan Al Qur’an pada mereka.

Ibnu Katsir memastikan bahwa al bayyinah menurut ayat ini ialah Rasulullah Muhammad & kitab yg dibacanya yakni Al Qur’an.

Sebelum kedatangan Rasulullah, orang-orang Yahudi sering menyebut Nabi terakhir & ciri-cirinya. Bahkan orang-orang Yahudi mengancam akan memerangi orang-orang Yatsrib dr suku Aus & Khazraj kalau Nabi ini sudah turun. Namun ketika Rasulullah telah diutus & ciri-cirinya sama dgn apa yg ada dlm Taurat, mereka justru mendustakannya.

Sebaliknya, enam orang suku Aus yg bertemu Rasulullah pada musim Haji tahun 11 kenabian eksklusif beriman pada ia. Tahun selanjutnya, 12 perwakilan suku Aus & Khazraj berbaiat pada ia dlm Baiat Aqabah pertama.

Kata yatluu (يتلو) yg artinya membaca, dipakai Al Qur’an untuk bacaan yg sifatnya benar & haq. Kata ini sering kita dapati contohnya dlm Surat Ali Imran ayat 164 & Surat Al Jumu’ah ayat 2. Ia mengisyaratkan bahwa apa yg Rasulullah baca ialah benar & haq. Dari kata ini pula kemudian kita bersahabat dgn tilawah.

Surat Al Bayyinah ayat 3

فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ

di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yg lurus.

Kata kutub (كتب) berasal dr kataba (كتب) yg artinya memutuskan. Di dlm Al Qur’an, banyak ketetapan. Misalnya ketetapan wacana puasa: kutiba ‘alaikumush shiyam. Kutub pula merupakan bentuk jamak dr kitab (كتاب) yg artinya buku. Al Qur’an membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Di dlm Al Qur’an ada kandungan kitab-kitab sebelumnya.

Kata Qayyimah (قيمة) berasal dr kata qawama (قوم) yg artinya berdiri tegak lurus. Banyak makna qayyimah tetapi semuanya bermuara pada kesempurnaan atau sempurna menyanggupi seluruh persyaratan yg diperlukan.

Dengan demikian, kutubun qayyimah yaitu kitab-kitab suci sebelumnya yg asli, yg belum diubah.

Al Qur’an sendiri merupakan kitab yg qayyimah, yg tepat & lurus tanpa ada kebengkokan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا

Segala puji bagi Allah yg telah menurunkan pada hamba-Nya Al Kitab (Al-Alquran) & ia tak menyelenggarakan kebengkokan di dalamnya; (QS. Al Kahfi: 1)

Surat Al Bayyinah ayat 4

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ

Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yg didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan setelah datang pada mereka bukti yg faktual.

Setelah datangnya Rasulullah yg merupakan al bayyinah sebagaimana yg mereka ketahui ciri-ciri sebelumnya, mereka pun terpecah. Ada di antara mereka yg beriman, ada pula yg kafir.

Sayyid Qutb menjelaskan panjang lebar sejarah ahlul kitab yg suka berselisih sesudah turunnya Nabi yg mereka harapkan. Saat Nabi Isa diutus, mereka mengaku pengikut Nabi Musa & tidak mau beriman pada Nabi Isa. Setelah Rasulullah Muhammad diutus, mereka pula berbuat demikian.

Berpecahnya ahlul kitab ini perihalnya sama sebagaimana yg Allah sebutkan dlm firman-Nya:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Dan janganlah ananda ibarat orang-orang yg bercerai-berai & berselisih setelah tiba keterangan yg terang pada mereka. Mereka itulah orang-orang yg mendapat siksa yg berat, (QS. Ali Imran: 105)

Surat Al Bayyinah ayat 5

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tak disuruh kecuali semoga menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan kepada-Nya dlm (menjalankan) agama yg lurus, & biar mereka mendirikan shalat & menunaikan zakat; & yg demikian itulah agama yg lurus.

Orang-orang kafir termasuk ahli kitab itu bertikai padahal mereka tak diperintahkan begitu. Yang Allah perintahkan ialah bertauhid, memurnikan ibadah kepada-Nya. Kemudian mendirikan sholat & menunaikan zakat.

Ayat ini menerangkan bahwa sesungguhnya agama-agama dr Allah itu pada hakikatnya ialah satu. Dan inilah kaidahnya; tauhid & ibadah.

“Agama itu pada asalnya satu & kaidah-kaidahnya sederhana & terperinci. Kaidah-kaidahnya tak menyeru pada perpecahan & pertikaian mengenai iktikad & tabiatnya yg lapang & gampang itu,” tulis Sayyid Qutb dlm Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.

Kata mukhlishin (مخلصين) berasal dr kata khalasha (خلص) yg artinya murni setelah sebelumnya diliputi atau disentuh kekeruhan. Dari sini, lapang dada bermakna memurnikan ketaatan hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dlm Tafsir Al Munir mengatakan, tulus beribadah pada Allah ini yakni tujuan pokok dr agama.

Kata hunafaa’ (حنفاء) merupakan bentuk jamak dr haniif (حنيف) yg artinya lurus atau cenderung pada sesuatu. Islam adalah agama yg hanif, lurus & pertengahan. Tidak condong pada materialisme, tak pula terlalu condong pada spiritual yg memisahkan problem dunia. Ia pula agama yg qayyimah, lurus & tak tidak bengkok.

Surat Al Bayyinah ayat 6

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yg kafir yakni andal Kitab & orang-orang yg musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu ialah seburuk-buruk makhluk.

Orang-orang kafir, baik mereka ahlul kitab maupun musyrik, di darul baka nanti akan masuk neraka jahannam. Mereka kekal abadi di dalamnya. Ahlul kitab menjadi kafir alasannya yg Yahudi mengatakan Uzair anak Allah & yg Nasrani mengatakan Isa anak Allah dgn trinitasnya.

Kata al barriyyah (البرية) berasal dr kata bara’ (برء) yg artinya mencipta. Dengan demikian, al barriyah artinya ialah ciptaan atau makhluk. Ada pula yg berpendapat, kata itu berasal dr al bara (البرى) yg artinya tanah. Makna ini melengkapi pemahaman sebelumnya yakni al bariyyah yakni makhluk yg diciptakan dr tanah.

Orang yg kafir, mereka adalah seburuk-jelek makhluk. Bahkan lebih buruk dr binatang.

Surat Al Bayyinah ayat 7

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yg beriman & mengerjakan amal saleh, mereka itu yakni sebaik-baik makhluk.

Ini kebalikan dr ayat sebelumnya. Orang-orang yg beriman & bederma shalih adalah sebaik-baik makhluk. Bahkan, kata Abu Hurairah, lebih utama daripada malaikat.

Imam Syafi’i & ulama yang lain menjadikan ayat ini selaku salah satu dalil bahwa iman itu yaitu kepercayaan, perkataan & perbuatan. Allah menyebutkan dengan-cara khusus amal shalih mengiringi iman. Dan ini pula terdapat pada banyak ayat yang lain.

Surat Al Bayyinah ayat 8

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka merupakan surga ‘Adn yg mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka & merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu ialah (tanggapan) bagi orang yg takut pada Tuhannya.

Ini tanggapan bagi orang yg beriman & bersedekah shalih. Mereka akan masuk nirwana & kekal awet di dalamnya. “Yang tiada putus-putusnya, tiada habis-habisnya & tiada selesai-selesainya,” kata Ibnu Katsir.

Tak cuma itu. Orang-orang yg beriman & berzakat shalih, mereka mendapatkan sesuatu yg lebih tinggi derajatnya dr kenikmatan tersebut. Yakni ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini semua diberikan pada orang yg takut pada Allah & bertaqwa kepada-Nya. Dalam ayat ini dipakai ungkapan khasyah (خشية) yg lebih tinggi daripada khauf (خوف). Yaitu rasa takut pada Allah Subhanahu wa Ta’ala yg Mahagung sehingga menghindari seluruh apa yg ia larang.

Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Bayyinah

Penutup Tafsir Surat Al Bayyinah

Sayyid Qutb menyebut surat ini memaparkan hakikat sejarah & keimanan dgn tata cara pentahapan yg memperkuat bahwa surat ini Madaniyah.

Kakikat pertama, pengutusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan kebutuhan mendesak untuk meluruskan pandangan orang kafir & mengganti pertengkaran mereka.

Kedua, hebat kitab bertikai bukan alasannya adalah mereka tak tahu. Mereka bertikai justru setelah datangnya wawasan & informasi yg jelas pada mereka.

Ketiga, agama itu pada asalnya satu, kaidah-kaidahnya sederhana & terperinci. Kaidah-kaidahnya tak menyeru pada perpecahan & pertikaian mengenai doktrin & watak tersebut.

Keempat, orang-orang yg kafir setelah datang informasi pada mereka, mereka itulah seburuk-jelek makhluk & tempatnya adalah awet di neraka. Sedangkan orang yg beriman & bersedekah shalih, mereka adalah sebaik-baik makhluk & kawasan kembalinya adalah nirwana.

Demikian Surat Al Bayyinah mulai dr terjemahan, asbabun nuzul hingga tafsirnya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq-Nya sehingga kita tetap dlm keimanan & bersedekah shalih. Menjadi sebaik-baik makhluk yg Allah ridhai & Allah masukkan ke dlm nirwana-Nya yg infinit. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

 < Tafsir Sebelumnya Tafsir Berikutnya >
Surat Al Qadr Surat Al Zalzalah 

  Surat Ali Imran Ayat 159: Arti, Tafsir, dan Kandungan