Kehidupan berumah tangga memang sesuatu yg unik. Kenapa? Karena dua insan yg berbeda latar belakang bersatu dlm satu ikatan ijab kabul. Dalam kehidupan berumah tangga, hal-hal kecil akan tampakoleh kedua pasangan.
Terkadang, dlm beberapa kasus tertentu, ada perilaku pasangan suami-istri yg berganti sesudah menikah. Di antaranya adalah seorang suami yg berbuat berangasan pada istrinya.
Dalam hal ini, apa yg akan dijalankan seorang istri terhadap suaminya? Apakah ia akan menghadapi kekerasan suami dgn kekerasan serupa?
Apakah ia akan menuangkan ‘segalon bensin’ di atas perkelahian panas itu biar api kian membesar?
Apakah ia diam & menyerah pasrah? Atau mungkinkah ia menemukan cara untuk mengatasi hal ini?
Pengalaman hidup & cerita para orang akil mengajarkan bahwa seorang istri yg pandai dapat mengganti suami yg aneh atau yg lemah menjadi suami yg waras & perkasa.
Sebaliknya, istri pemarah & lemah dengan-cara intelektual dapat mengubah otak suami yg waras menjadi asing.
Wahai istri yg terhormat, untuk meredakan kemarahan suami & emosinya yg memuncak ikutilah beberapa usulan mirip ditulis Shafa Syamandi dlm bukunya Kuni Aniqah.
1. Tenanglah & tekan urat kemarahanmu jika suamimu sedang marah.
2. Lawanlah parasnya yg masam dgn senyummu yg damai.
3. Jangan sekali-kali menyalahkannya jika ia melaksanakan kesalahan di depan umum. Jangan pula mendukungnya untuk tetap pada kesalahannya, namun diamlah.
4. Gunakanlah asumsi cemerlangmu untuk menafsirkan apa yg baru saja terjadi.
5. Jadilah pihak yg senantiasa mendengarkan perkataan suamimu & segala permasalahannya, & tetaplah konsentrasi mendengarkannya.
6. Simpanlah keluhanmu dikala menyaksikan suamimu datang atau hendak pergi bekerja.
7. Ceritakanlah permasalahanmu pada kerabatmu yg tepercaya & dengarkan sarannya.
8. Mintalah nasihat pada orang yg lebih pandai dlm menghadapi permasalahan ini seperti konsultan keluarga, alasannya adalah semua permasalahan akan berulang dgn pemain drama yg berbeda.
9. Rangkaikanlah menjadi suatu pedoman terstruktur dr apa yg dialami oleh suami.
10. Teguhkanlah hatimu untuk menghadapi langkah-langkah suamimu dgn tujuan mengembalikan ketenangan jiwanya, baik dgn dirimu sendiri, atau melalui santunan keluarganya atau psikiater jikalau memang diperlukan.
Jika ada kemauan niscaya di sana ada jalan yg terarah.
Setelah itu kita mesti maju satu langkah. Sekarang segala sesuatu menjadi mungkin, tetapi apakah semua hal di atas dirasa cukup?
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]
Berlanjut ke Suami Kasar? Inilah Trik Menghadapinya (2)