Berbagai hal terkait sebuah kelas sosial, akan berada pada dilema pola hidup khususnya pada masyarakat muda ketika ini. Dengan berbagai pengamatan misalnya, tampak dengan faktor kebudayaan sosial mereka.
Dalam lingkungan pergaulan yang terperinci bagaimana sebuah kehidupan menjadi bagian dari faktor pergeseran bagi mereka mengerti bagaimana mereka hidup di lingkungan rumah tangga, pendidikan, dan kesehatan yang diraih.
Guna mencapai hal itu juga, bagaimana mereka hidup dengan kebudayaan sosial yang menjelaskan bagaimana mereka hidup dengan aspek pola hidup sosial politik mereka dengan status mereka miliki guna menciptakan berbagai tata cara ekonomi, politik melalui pergaulan.
Selama berada di Pontianak misalnya, terperinci bagaimana mereka hidup dengan lingkungan mereka ketika ini contohnya, bagaimana suatu pergaulan muda pola hidup menjangkau kelas sosial, baik menjadi dokter, pendidik dan terang bagaimana hasil genetika mereka hasilkan dariu Batak – Dayak dan Jawa (Pontianak) contohnya dari moralitas mereka selaku Orang Indonesia, untuk mengeluarkan uang biaya gaya hidup mereka.
Ketika hal ini diterangkan bagaimana suatu Negara maju, dapat diketahui terang bagaimana proses pertumbuhan insan dengan tolok ukur lokal yang masih jauh dengan faktor kehidupan seksualitas mereka, pastinya pembangunan insan menjadi tren pada gaya hidup mereka saat ini.
Kehidupan seksualitas, yang sedikit ngotot pada marga Sihombing (Jawa – Marpaung) jelas bagaimana mereka hidup dengan kehidupan mereka yang penuh dengan rekayasa sosial, dan kelas sosial yang ingin dimasuki jelas bagaimana mereka hidup dengan moralitas mereka untuk berseksualitas, jelas seperti traktir, nongkrong bagaimana orangtua itu menawarkan ekonomi anak-anak mereka untuk itu dengan ikhlas setidaknya.
Tetapi, pada nyatanya tanpa menyadari akan eksistensi mereka selama hidup sebagai orang Indonesia, dengan drama kehidupan mereka buat guna mengundang simpati banyak orang, pada profesi mereka sebagai pendidik dan dokter, tentunya ialah gaya hidup orang renta mereka di masa kemudian, dengan status kelas sosial.
Dengan hasil seksualitas mereka buat, dari buah mereka tentunya pada aspek kesehatan sudah berlainan ketika ini, penghacuran pada ilmu kedokteran dan pendidikan serta hukum ( Indonesia ), dan spritualitas politik memang telah dikerjakan oleh orang Batak pada periode Kolonial Belanda dan berlanjut pada revolusi mental dan industri, dan penyesalan kehidupan orang renta mereka pada pendidikan.
Suatu pengalaman mengerti mereka pada era Gubernur 2008-21 di Pontianak Kalimantan Barat, berlawanan dengan di DKI Jakarta Anies Baswedan selama politik seksualitas mereka terapkan, dan ekonomi yang mereka hasilkan dari budaya Tionghoa – Jawa – Batak – Melayu – Dayak, baik itu murni dan hasil asimilasi budaya mereka. Hingga hilangh budaya malu mereka sebagai orang Lokal, Indonesia.