Sosiologi pendidikan adalah studi tentang bagaimana institusi publik dan pengalaman individu memengaruhi pendidikan dan akibatnya. Studi ini lebih mempelajari metode sekolah biasa di masyarakat industri modern, tergolong ekspansi pendidikan tinggi, lanjut, akil balig cukup akal, dan berkelanjutan.
Pendidikan senantiasa dilihat sebagai perjuangan manusia optimistik mendasar yang dimengerti dari aspirasi untuk kemajuan dan kemakmuran. Pendidikan dimengerti oleh banyak orang selaku usaha untuk melampaui kesanggupan orang cacat, meraih kesetaraan yang lebih tinggi dan memperoleh kekayaan dan status sosial. Pendidikan dianggap sebagai kawasan belum dewasa bisa berkembang sesuai kebutuhan dan kesempatanunik mereka. Selain itu juga selaku salah satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi. Banyak orang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap orang hingga potensi tertinggi mereka dan memberi potensi untuk mencapai semuanya dalam kehidupan sesuai kesanggupan alami mereka (meritokrasi). Banyak juga orang yang meragukan bahwa sistem pendidikan apapun meraih tujuan ini dengan tepat. Pendapat lain mengemukakan persepsi negatif, menyatakan bahwa sistem pendidikan dirancang dengan tujuan menyebabkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.
Kelompok Ilmu Sosial
Sosiologi Sosiologi
Pendidikan Ilmu Pendidikan
Gambar 1 Sosiologi pendidikan dalam Kelompok Ilmu-Ilmu Sosial
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sudah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan wawasan
yang terperinci. Objek penelitiannya adalah tingkah laris manusia dan golongan. Sudut pandangnya memandang hakikat penduduk ,
kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuannya berisikan atas konsep-rancangan dan prinsip-prin-
sip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Objek observasi sosiologi pendidikan yakni tingkah laku sosial, adalah tingkah laku manusia dan institusi sosial yang terkait
dengan pendidikan. Tingkah laris itu hanya dapat diketahui dari tujuan, harapan atau nilai-nilai yang dikejar. Sebagaimana dalam
terminologi sosiologi, sosiologi pendidikan mengatakan wacana pandangan wacana kelas, sekolah, keluarga, masyarakat desa, kelom-
pok-golongan masyarakat dan sebagainya, masing-masing terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial. Tiap-tiap metode
sosial merupakan kesatuan integral yang mendapat imbas dari (1) metode sosial lainnya, (2) lingkungan alam, (3) sifat-sifat fisik
manusia dan (4) abjad mental penghuninya. Sosiologi pendidikan sudah mempunyai lapangan pengusutan,
sudut pandang, tata cara dan susunan pengetahuan yang terperinci. Menurut Dodson (dalam Faisal dan Yasik, 1985) sosiologi pendidikan mempersoalkan konferensi dan percampuran dari ling-
1
Bab I SOSIOLOGI PENDIDIKAN
(Sebuah Pengantar)
A. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Perubahan tatanan sosial kehidupan penduduk Eropa pada sekitar permulaan periode ke-20 menimbulkan manfaat sosiologi menjadi
penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di Eropa. Perkembangan tersebut ialah efek dari revolusi sosial di ber-
bagai penjuru kawasan Eropa yang menyebabkan akselerasi pergeseran arah pertumbuhan masyarakat Eropa. Era transisi pergantian
sosial tersebut menjadikan konsekuensi-konsekuensi logis yang tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keragu-
raguan akan nilai dan tatanan normatif yang sudah mapan mengalami erosi bila tidak dijalankan penguatan orientasi. Bantuan
ilmu sosiologi dengan segala unsur konsepsionalnya mendapat sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan, selaku wujud
alternatif untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan. Manifestasi tersebut ditandai dengan kelahiran sosiologi pendi-
dikan selaku produk keilmuan gres. Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat
sosial dari pendidikan dan menatap duduk perkara-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan
ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks sikap dan perkem-
bangan eksklusif, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bab dari struktur sosial penduduk .
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi pendidikan yaitu bab dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pen-
didikan yang secara lazim juga merupakan bagian dari golongan ilmu sosial. Sedangkan yang tergolong dalam lingkup ilmu
sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat terang kedu-
dukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dengan rakhmat Allah SWT, Alhamdulillah buku Sosiologi Pendidikan ini dapat terbit dan hadir ke hadapan para pembaca. Harapan dari penulisan buku ini dapat mempermudah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan mata kuliah ini di FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS Solo). Namun, tidak menutup kemungkinan mampu digunakan bagi kepentingan yang lain, karena terbatasnya buku-buku ihwal Sosiologi Pendidikan di tanah air.
Keterkaitan sosiologi dan ilmu pendidikan dalam wacana ilmu-ilmu sosial, mudah-mudahan dapat ikut memberi sum bangan untuk penyelesaian dan pengembangan di bidang pendidikan khu susnya untuk pengembangan sumberdaya manusia. Buku ini membicarakan hal-hal terkait dengan relasi antarindividu dan/atau masyarakat dalam pendidikan, forum pendidikan dan pera nan nya, sosialisasi anak, serta peran kebijakan pendidikan dan bahasan lain yang terkait dengan pendidikan dan kemasya rakatan.
Sebagai kumpulan bahan kuliah, buku ini masih lebih banyak selaku rangkuman dari pertimbangan banyak para penulis lain sebelumnya daripada sebagai pendapat eksklusif penulis sendiri; yang kemudian disajikan menjadi 11 Bab dari isi buku, yakni:
BAB I
SOSIOLOGI PENDIDIKAN (Sebuah Pengantar)
SOSIOLOGI PENDIDIKAN (Sebuah Pengantar)
BAB II
PERANAN SOSIOLOGI TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
PERANAN SOSIOLOGI TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
BAB III
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
BAB IV
SEKOLAH, SOSIALISASI ANAK DAN KELUARGA
SEKOLAH, SOSIALISASI ANAK DAN KELUARGA
BAB V
HUBUNGAN GURU DAN MURID
HUBUNGAN GURU DAN MURID
BAB VI
PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT
PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT
BAB VII
KELAS DAN SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL
KELAS DAN SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL
BAB VIII
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
BAB IX
PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
BAB X
PENDIDIKAN DAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN EKONOMI
BAB XI
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN (Suatu Bahasan Kebijakan Pendidikan)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN (Suatu Bahasan Kebijakan Pendidikan)
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A. Definisi Sosiologi Pendidikan
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akhir sosial dari pendidikan dan menatap dilema-duduk perkara pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan menatap gejala pendidikan dari konteks sikap dan perkembangan langsung, maka sosiologi pendidikan menatap gejala pendidikan sebagai dari struktur sosial penduduk .
Pada dasarnya, sosiologi mampu dibedakan menjadi dua, yakni sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum memeriksa tanda-tanda sosio-kultural secara lazim. Sedangkan Sosiologi khusus, ialah pengkhususan dari sosiologi lazim, ialah memeriksa sebuah aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog aturan, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Makara sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa jago:
1. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan ialah sosiologi khusus yang tugasnya memeriksa struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pemahaman teori dan filsafat pendidikan, tata cara kebudayaan, struktur kepribadian dan korelasi kesemuanya dengantata sosial penduduk . Sedangkan dinamika adalah proses sosial dan kultural, proses kemajuan kepribadian,dan relasi kesemuanya dengan proses pendidikan.
2. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan yaitu sosiologi yang dipraktekkan untuk memecahkan persoalan-duduk perkara pendidikan yang fundamental. Jadi dia tergolong applied sociology.
3. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk menyebarkan kepribadian individu biar lebih baik.
4. Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan yaitu ilmu yang membahas dan menjelaskan korelasi-kekerabatan sosial yang menghipnotis individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan yakni studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari sisi ilmu sosiologi yang dipraktekkan.
6. Menurut Drs.Ary H.Gunawan. Sosiologi Pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang berupaya memecahkan duduk perkara-duduk perkara pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, mampu ditarik kesimpulan bahwa sosiologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari seluruh faktor pendidikan, baik itu struktur, dinamika, persoalan-dilema pendidikan, ataupun aspek-faktor lainnya secara mendalam lewat analisis atau pendekatan sosiologis.
a. Pengertian sosiologi pendidikan
Perubahan tatanan social kehidupan penduduk Eropa pada sekitar permulaan era ke 20 menjadikan manfaat sosiologi menjadi penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di eropa. Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi social diberbagai penjuru wilayah Eropa yang memicu pergantian arah pertumbuhan penduduk .
Sosiologi pendidikan berisikan dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari sisi etimologi pastinya berlainan maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya insan, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam system mempekerjakan manusia, dimana sampai dikala ini mempergunakan pendidikan selaku instrument pemberdayaan tersebut.
Dilihat dari obyek penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial utamanya sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara lazim juga ialah bab dari kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain : ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. dari sini terlihat terperinci kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Beberapa pedoman pakar perihal sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, golongan-kalangan social, proses social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan mengurus pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social, sosiologi pendidikan yaitu ilmu wawasan yang mempelajari menuju untuk melahirkan maksud kekerabatan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses social.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan memiliki kewajiban untuk memeriksa evolusi dari forum-forum pendidikan dalam keterkaitannya dengan pertumbuhan insan, dan dibatasi oleh dampak-pengaruh dari lembaga pendidikan yang memilih kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara individu dengan forum-lembaga social itu senantiasa saling dampak mempengaruhi (process social interaction).
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan yakni ilmu yang membicarakan dan menjelaskan korelasi-relasi social yang mempengaruhi individu untuk menerima serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
E.G Payne secara spesifik menatap sosiolgi pendidikan selaku studi yang konfrenhensif perihal segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang dipraktekkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang mampu dikenakan analisis sosiologis. Tujuan terutama yakni memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang harmonis dan efektif dalam sosiologi yang mampu memberikan sumbangannya kepada pengertian yang lebih mendalam wacana pendidikan (Nasution 1999:4)
Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan yakni sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang mendasar.
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berupaya untuk mengetahui cara-cara menertibkan proses pendidikan untuk berbagi kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan yaitu sosiologi khusus yang bertugas mengusut struktur dan dinamika proses pendidika.
Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-duduk perkara pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dengan aneka macam definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan ialah bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di forum pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan terhadap seluruh akseptor latih.
b. Tujuan sosiologi pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan mengamati efek keseluruhan lingkungan budaya selaku kawasan dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berupaya untuk mengetahui cara-cara mengontrol proses pendidikan untuk memproleh pertumbuhan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pemahaman yang sudah dikemukakan mampu disebutkan beberapa rancangan perihal tujuan sosiologi pendidikan, ialah selaku berikut:
1. Sosiologi pendidikan bermaksud menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan dampak lingkungan dan kebudayaan penduduk terhadap kemajuan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah cukup umur/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/memprioritaskan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bermaksud menganalisis pertumbuhan dan perkembangan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan menawarkan kemungkinan yang besar bagi perkembangan masyarakat, alasannya dengan mempunyai ijazah yang makin tinggi akan lebih bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kemakmuran social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keahlian yang banyak mampu berbagi acara serta kreativitas social.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam penduduk . Berdirinya sebuah lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan tempat di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup ekspresi dominan mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bermaksud menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam acara social. Peranan/acara warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan wacana maju dan meningkat kehidupan penduduk . Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam acara social, utamanya dalam memajukan kepentingan / keperluan penduduk . Ia mesti menjadi motor pencetus dari kenaikan taraf hidup social.
5. Sosiologi pendidikan bermaksud membantu memilih tujuan pendidikan. Sejumlah pakar beropini bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk memilih tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan diadaptasi dengan periode pembangunan yang ditempuh, serta keperluan masyarakat dan kebutuhan insan.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi terhadap guru- guru (tergolong para peneliti dan siapa saja yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga mampu memperlihatkan sumbangannya secara cepat dan sempurna kepada problem pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak cuma berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, namun juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar adalah sistem sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan berfaedah besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga berguna untuk mengerti relasi antara insan di sekolah serta struktur penduduk . Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari persoalan – duduk perkara sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, materi kurikulum, strategi mencar ilmu, sarana berguru, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan yakni analisis ilmiah atas proses sosial dan contoh- teladan sosial yang terdapat dalam metode pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada kala Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih memprioritaskan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian selaku ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, mirip masa kehidupan Cicero (106-43 BC),2 pendidikan memprioritaskan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada kurun pertengahan, pendidikan memprioritaskan mengakibatkan insan selaku pengabdi Khalik (baik model Islam maupun model Kristiani). Pada kala pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai insan yang mempunyai karakteristik yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa rancangan perihal tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
(1) analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, (4) alat pertumbuhan dan kemajuan social, (5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep perihal tujuan sosiologi pendidikan di atas menawarkan bahwa kegiatan masyarakat dalam pendidikan merupakan suatu proses sehingga pendidikan mampu dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada segi lainnya, sosiologi pendidikan akan menawarkan klarifikasi yang berhubungan dengan kondisi kekinian penduduk , sehingga setiap individu selaku anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perkembangan banyak sekali fenomena yang timbul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan penduduk merupakan bentuk lain dari contoh budaya yang dibentuk oleh suatu penduduk . Pendidikan tugasnya tentu saja memberi klarifikasi mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut ialah sesuatu yang mesti terjadi, dan bagaimana menangani segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari aneka macam fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya semoga pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu yakni memanusiakan manusia oleh insan yang sudah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 yakni “ untuk membuatkan kesanggupan serta memajukan mutu kehidupan dan martabat insan Indonesia dalam rangka upaya merealisasikan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk membuatkan kemampuan manusia Indonesia, (2) memajukan kualitas kehidupan manusia Indonesiam (3) memajukan martabat manusia Indonesia, (4) merealisasikan tujuan nasional lewat insan-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk insan Indonesia sehingga insan Indonesia tersebut memiliki kemampuan berbagi diri,mmeningkatkan kualitas kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut yaitu untuk menciptakan penduduk madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber info dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berjalan haruslah membuat arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian penduduk madani tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa penduduk madani itu adalah penduduk yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami pergeseran yang begitu cepat dan drastic, sehingga terjadi pergantian nilai dan menciptakan perbedaan dalam menyaksikan berbagai nilai yang meningkat dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama menyaksikan nilai-nilai usang mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk menggantikan yang usang, sedang kalangan kedua menyaksikan keruntuhan nilali-nilai lama itu, namun dalam waktu yang bersama-sama dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai gres dan menolong menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam penduduk bukan berarti tidak terperhatikan oleh penduduk . Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang tersebut, arah yang menjadi fatwa antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama. Tidak semua penduduk secara terarah mengerti arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar berdasarkan Mulkham (1993:195) yaitu “secara garis besar arah dan tujuan hidup insan dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak terhadap kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun social yangb terlaksana dalam laris ibadah”.
Sampai ketika ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai fasilitas yang efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan penduduk . Pendidikan akan membuatkan kecerdasan dan penguasaan ilmu pengetahuan, pada segi lainnya agama akan makin popular dan terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jikalau diberikan melalui pendidikan.
c. Masyarakat selaku ruang lingkup pembahasan sosiologi pendidikan
Sosiologi disebut juga sebagai ilmu Masyarakat atau ilmu yang membicarakan masyarakat., maka perlu diberikan pemahaman tentang penduduk . Berikut ini yaitu pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi:
1. Masyarakat ialah jalinan korelasi social, dan senantiasa berganti. (Mac Iver dan Page).
2. Masyarakat yakni kesatuan hidup makhluk-makhluk insan yang terikat oleh suatu system akhlak istiadat tertentu. (Koentjaraningkat).
3. Masyarakat adalah daerah orang-orang hidup bersama yang menciptakan kebudayaa. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).
Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsure yang terdapat dalam masyarakat, yakni:
1. Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih)
2. Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menjadikan system komunikasi dan tata cara pergaulan yang lain.
3. Memiliki kesadaran selaku satu kesatuan
4. Merupakan system kehidupan bersama yang menyebabkan kebudayaan.
Komunitas (communiti) adalah suatu kawasan/kawasan kehidupan social yang ditandai oleh adanya sebuah derajat relasi social tertentu. Dasar dari sebuah komunitas adalah adanya lokasi (unsure daerah) dan perasaan sekomunitas. (Mac Iver dan Page).
Contohnya: 1). Komunitas yang sangat besar yaitu Negara, komplotan Negara-negara. 2). Komunitas yang besar, adalah kota, dan 3). Komunitas kecil yaitu desa pertanian, rukun tetangga, dan sebagainya.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akhir sosial dari pendidikan dan menatap dilema-duduk perkara pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan menatap gejala pendidikan dari konteks sikap dan perkembangan langsung, maka sosiologi pendidikan menatap gejala pendidikan sebagai dari struktur sosial penduduk .
Pada dasarnya, sosiologi mampu dibedakan menjadi dua, yakni sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum memeriksa tanda-tanda sosio-kultural secara lazim. Sedangkan Sosiologi khusus, ialah pengkhususan dari sosiologi lazim, ialah memeriksa sebuah aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog aturan, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Makara sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa jago:
1. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan ialah sosiologi khusus yang tugasnya memeriksa struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pemahaman teori dan filsafat pendidikan, tata cara kebudayaan, struktur kepribadian dan korelasi kesemuanya dengantata sosial penduduk . Sedangkan dinamika adalah proses sosial dan kultural, proses kemajuan kepribadian,dan relasi kesemuanya dengan proses pendidikan.
2. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan yaitu sosiologi yang dipraktekkan untuk memecahkan persoalan-duduk perkara pendidikan yang fundamental. Jadi dia tergolong applied sociology.
3. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk menyebarkan kepribadian individu biar lebih baik.
4. Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan yaitu ilmu yang membahas dan menjelaskan korelasi-kekerabatan sosial yang menghipnotis individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan yakni studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari sisi ilmu sosiologi yang dipraktekkan.
6. Menurut Drs.Ary H.Gunawan. Sosiologi Pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang berupaya memecahkan duduk perkara-duduk perkara pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, mampu ditarik kesimpulan bahwa sosiologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari seluruh faktor pendidikan, baik itu struktur, dinamika, persoalan-dilema pendidikan, ataupun aspek-faktor lainnya secara mendalam lewat analisis atau pendekatan sosiologis.
a. Pengertian sosiologi pendidikan
Perubahan tatanan social kehidupan penduduk Eropa pada sekitar permulaan era ke 20 menjadikan manfaat sosiologi menjadi penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di eropa. Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi social diberbagai penjuru wilayah Eropa yang memicu pergantian arah pertumbuhan penduduk .
Sosiologi pendidikan berisikan dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari sisi etimologi pastinya berlainan maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya insan, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam system mempekerjakan manusia, dimana sampai dikala ini mempergunakan pendidikan selaku instrument pemberdayaan tersebut.
Dilihat dari obyek penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial utamanya sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara lazim juga ialah bab dari kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain : ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. dari sini terlihat terperinci kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Beberapa pedoman pakar perihal sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, golongan-kalangan social, proses social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan mengurus pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social, sosiologi pendidikan yaitu ilmu wawasan yang mempelajari menuju untuk melahirkan maksud kekerabatan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses social.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan memiliki kewajiban untuk memeriksa evolusi dari forum-forum pendidikan dalam keterkaitannya dengan pertumbuhan insan, dan dibatasi oleh dampak-pengaruh dari lembaga pendidikan yang memilih kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara individu dengan forum-lembaga social itu senantiasa saling dampak mempengaruhi (process social interaction).
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan yakni ilmu yang membicarakan dan menjelaskan korelasi-relasi social yang mempengaruhi individu untuk menerima serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
E.G Payne secara spesifik menatap sosiolgi pendidikan selaku studi yang konfrenhensif perihal segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang dipraktekkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang mampu dikenakan analisis sosiologis. Tujuan terutama yakni memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang harmonis dan efektif dalam sosiologi yang mampu memberikan sumbangannya kepada pengertian yang lebih mendalam wacana pendidikan (Nasution 1999:4)
Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan yakni sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang mendasar.
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berupaya untuk mengetahui cara-cara menertibkan proses pendidikan untuk berbagi kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan yaitu sosiologi khusus yang bertugas mengusut struktur dan dinamika proses pendidika.
Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-duduk perkara pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dengan aneka macam definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan ialah bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di forum pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan terhadap seluruh akseptor latih.
b. Tujuan sosiologi pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan mengamati efek keseluruhan lingkungan budaya selaku kawasan dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berupaya untuk mengetahui cara-cara mengontrol proses pendidikan untuk memproleh pertumbuhan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pemahaman yang sudah dikemukakan mampu disebutkan beberapa rancangan perihal tujuan sosiologi pendidikan, ialah selaku berikut:
1. Sosiologi pendidikan bermaksud menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan dampak lingkungan dan kebudayaan penduduk terhadap kemajuan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah cukup umur/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/memprioritaskan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bermaksud menganalisis pertumbuhan dan perkembangan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan menawarkan kemungkinan yang besar bagi perkembangan masyarakat, alasannya dengan mempunyai ijazah yang makin tinggi akan lebih bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kemakmuran social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keahlian yang banyak mampu berbagi acara serta kreativitas social.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam penduduk . Berdirinya sebuah lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan tempat di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup ekspresi dominan mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bermaksud menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam acara social. Peranan/acara warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan wacana maju dan meningkat kehidupan penduduk . Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam acara social, utamanya dalam memajukan kepentingan / keperluan penduduk . Ia mesti menjadi motor pencetus dari kenaikan taraf hidup social.
5. Sosiologi pendidikan bermaksud membantu memilih tujuan pendidikan. Sejumlah pakar beropini bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk memilih tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan diadaptasi dengan periode pembangunan yang ditempuh, serta keperluan masyarakat dan kebutuhan insan.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi terhadap guru- guru (tergolong para peneliti dan siapa saja yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga mampu memperlihatkan sumbangannya secara cepat dan sempurna kepada problem pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak cuma berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, namun juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar adalah sistem sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan berfaedah besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga berguna untuk mengerti relasi antara insan di sekolah serta struktur penduduk . Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari persoalan – duduk perkara sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, materi kurikulum, strategi mencar ilmu, sarana berguru, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan yakni analisis ilmiah atas proses sosial dan contoh- teladan sosial yang terdapat dalam metode pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada kala Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih memprioritaskan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian selaku ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, mirip masa kehidupan Cicero (106-43 BC),2 pendidikan memprioritaskan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada kurun pertengahan, pendidikan memprioritaskan mengakibatkan insan selaku pengabdi Khalik (baik model Islam maupun model Kristiani). Pada kala pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai insan yang mempunyai karakteristik yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa rancangan perihal tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
(1) analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, (4) alat pertumbuhan dan kemajuan social, (5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep perihal tujuan sosiologi pendidikan di atas menawarkan bahwa kegiatan masyarakat dalam pendidikan merupakan suatu proses sehingga pendidikan mampu dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada segi lainnya, sosiologi pendidikan akan menawarkan klarifikasi yang berhubungan dengan kondisi kekinian penduduk , sehingga setiap individu selaku anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perkembangan banyak sekali fenomena yang timbul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan penduduk merupakan bentuk lain dari contoh budaya yang dibentuk oleh suatu penduduk . Pendidikan tugasnya tentu saja memberi klarifikasi mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut ialah sesuatu yang mesti terjadi, dan bagaimana menangani segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari aneka macam fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya semoga pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu yakni memanusiakan manusia oleh insan yang sudah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 yakni “ untuk membuatkan kesanggupan serta memajukan mutu kehidupan dan martabat insan Indonesia dalam rangka upaya merealisasikan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk membuatkan kemampuan manusia Indonesia, (2) memajukan kualitas kehidupan manusia Indonesiam (3) memajukan martabat manusia Indonesia, (4) merealisasikan tujuan nasional lewat insan-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk insan Indonesia sehingga insan Indonesia tersebut memiliki kemampuan berbagi diri,mmeningkatkan kualitas kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut yaitu untuk menciptakan penduduk madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber info dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berjalan haruslah membuat arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian penduduk madani tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa penduduk madani itu adalah penduduk yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami pergeseran yang begitu cepat dan drastic, sehingga terjadi pergantian nilai dan menciptakan perbedaan dalam menyaksikan berbagai nilai yang meningkat dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama menyaksikan nilai-nilai usang mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk menggantikan yang usang, sedang kalangan kedua menyaksikan keruntuhan nilali-nilai lama itu, namun dalam waktu yang bersama-sama dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai gres dan menolong menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam penduduk bukan berarti tidak terperhatikan oleh penduduk . Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang tersebut, arah yang menjadi fatwa antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama. Tidak semua penduduk secara terarah mengerti arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar berdasarkan Mulkham (1993:195) yaitu “secara garis besar arah dan tujuan hidup insan dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak terhadap kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun social yangb terlaksana dalam laris ibadah”.
Sampai ketika ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai fasilitas yang efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan penduduk . Pendidikan akan membuatkan kecerdasan dan penguasaan ilmu pengetahuan, pada segi lainnya agama akan makin popular dan terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jikalau diberikan melalui pendidikan.
c. Masyarakat selaku ruang lingkup pembahasan sosiologi pendidikan
Sosiologi disebut juga sebagai ilmu Masyarakat atau ilmu yang membicarakan masyarakat., maka perlu diberikan pemahaman tentang penduduk . Berikut ini yaitu pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi:
1. Masyarakat ialah jalinan korelasi social, dan senantiasa berganti. (Mac Iver dan Page).
2. Masyarakat yakni kesatuan hidup makhluk-makhluk insan yang terikat oleh suatu system akhlak istiadat tertentu. (Koentjaraningkat).
3. Masyarakat adalah daerah orang-orang hidup bersama yang menciptakan kebudayaa. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).
Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsure yang terdapat dalam masyarakat, yakni:
1. Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih)
2. Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menjadikan system komunikasi dan tata cara pergaulan yang lain.
3. Memiliki kesadaran selaku satu kesatuan
4. Merupakan system kehidupan bersama yang menyebabkan kebudayaan.
Komunitas (communiti) adalah suatu kawasan/kawasan kehidupan social yang ditandai oleh adanya sebuah derajat relasi social tertentu. Dasar dari sebuah komunitas adalah adanya lokasi (unsure daerah) dan perasaan sekomunitas. (Mac Iver dan Page).
Contohnya: 1). Komunitas yang sangat besar yaitu Negara, komplotan Negara-negara. 2). Komunitas yang besar, adalah kota, dan 3). Komunitas kecil yaitu desa pertanian, rukun tetangga, dan sebagainya.
Daftar Pustaka :
Drs. H. Muhyi Batubara, M. Sc. “Sosiologi Pendidikan”. PT. Ciputat Press. Jakarta, Hal 1
Drs. H. Muhyi Batubara, M. Sc. “Sosiologi Pendidikan”. PT. Ciputat Press. Jakarta, Hal 8
H. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi perihal Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartoto. 2008. Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana. wordpress.com, diakses 20 Maret 2008)
Drs. H. Muhyi Batubara, M. Sc. “Sosiologi Pendidikan”. PT. Ciputat Press. Jakarta, Hal 8
H. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi perihal Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartoto. 2008. Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana. wordpress.com, diakses 20 Maret 2008)