Solusi Abu Nawas untuk Orang yang Rumahnya Sempit

Seorang pria mengunjungi Abu Nawas. Ia stress karena rumahnya sempit, istrinya bawel & sering marah. Selain itu, anak-anaknya pula badung.

“Ini semua alasannya adalah rumah kami sempit, tolonglah gue Abu Nawas,” kata laki-laki yg tak lain yaitu tetangganya itu.

Abu Nawas diam sejenak, lalu ia menjawab. “Masukkan beberapa ekor ayam ke dlm rumahmu.”

“Apa? Ditempati keluarga kami saja rumah itu sudah sempit, malah ditambah beberapa ekor ayam. Tidak masuk nalar.”

“Kalau tidak mau ya sudah. Itu solusi dariku jikalau ananda minta tolong padaku.”

“Baiklah kalau begitu. Aku coba saranmu.”

Keesokan harinya, pria itu datang dgn wajah lebih tegang.

“Abu Nawas…! Istriku marah-murka sebab suara-bunyi ayam itu sangat mengusik. Mereka pula buang kotoran sembarang pilih. Aku kian stres karena rumah kami mirip kapal pecah.”

“Kalau begitu, kini masukkan beberapa ekor kambing ke dlm rumahmu.”

“Apa katamu? Aku bisa abnormal kalau rumahku yg sempit ditambahi kambing.”

“Itu solusi dariku jikalau ananda meminta pertolonganku”

“Baiklah kalau begitu. Aku coba saranmu.”

Keesokan harinya, pria itu datang dgn paras makin kusut.

“Abu Nawas…! Aku kian stres alasannya adalah kambing-kambing itu bukan cuma semakin menyederhanakan rumah kami namun pula berbagi bau tak sedap ke seisi rumah.”

“Kalau begitu, kini masukkan beberapa ekor belibis ke dlm rumahmu.”

“Apa katamu? Ditambah belibis?”

“Itu solusi dariku jikalau ananda meminta pertolonganku”

“Baiklah kalau begitu. Aku coba saranmu.”

Keesokan harinya, pria itu datang dgn tampang merah padam.

“Kau mempermainkanku Abu Nawas. Dengan adanya ayam, kambing & belibis, rumahku kian awut-awutan & keluargaku semakin galak. Rumah kami yg sempit menjadi kian sempit”

  Menang Kalah Menghadapi Wabah

“Nah, kini. Keluarkan semua ayam, kambing & bebek dr rumahmu. Besok pagi, kembalilah padaku & ceritakan apa yg terjadi.”

Keesokan harinya, pria itu datang dgn wajah berseri.

“Engkau benar, Abu Nawas. Sekarang rumah kami terasa luas. Istriku pula tak murka-marah lagi. Terima kasih.”

“Nah, ternyata rumahmu mampu terasa luas meskipun tak diperluas. Ukurannya masih sama. Ia menjadi terasa luas tatkala ananda mensyukurinya.”

***

Kisah ini, entah faktual atau tidak, mengajarkan pada kita untuk bersyukur. Sering kali evaluasi kita kepada kondisi yg kita alami berbanding lurus dgn rasa syukur kita. Tatkala kita bersyukur, kita merasa semuanya cukup & membahagiakan. Namun tatkala kita tak bersyukur, semuanya terasa kurang & menyusahkan. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]