Ketika diketahui dengan baik, bagaimana tata cara pendidikan di Indonesia melakukan pekerjaan , dengan menciptakan orang Tionghoa, dan menggangu acara kampus, melalui pendidikan katolik Orang Batak di Indonesia, serta tenaga kesehatan, serta menjadi terang akan perlawanan mereka terhadap suku Tionghoa, jikalau tidak berasimilasi budaya pada periode Soekarno, Orde Baru, Revolusi Mental, dan Industri, akan terjadi pendidikan dan kesehatan yang tidak cocok dengan hakikatnya.
Hal ini terang dilaksanakan oleh orang Indonesia, dengan demikian duduk perkara pembangunan ekonomi di era kemudian,. Atas kesalahan mereka kepada seksualitas politik yang mereka gunakan di Jawa dan Kalimantan. Jelasnya, saat mereka telah dinyatakan biadab menurut bagian genetika bukan manusia, Orang Batak dan Orang Dayak ini bisa hidup di penduduk dengan rasa tidak malu, di masyarakat.’
Dari hal itu, maka mereka membangunan ekonomi politik mereka dengan kemaluan itu dengan baik, hal ini jelas sebagai pemahaman yang menjadi pendekatan atas apa yang dletakan pada setiap perkampungan di RT 003 ini, jelasnya mereka menggunakan aneka macam aspek ilmu sosial, budaya dan agama, dengan data itu maka mereka menggangu kehidupan musuh politiknya.
Alhasil yang mampu diketahui, aneka macam partai yang berkoalisi, tidak luput dari duduk perkara mereka selaku Gubernur Sutarmidji ( 2019 ), berbagai partai politik yang berkoalisi dengan Golkar di Indonesia, dengan melibatkan Silaban dengan julukan perompakan kapal, setelah pendidikan maka mereka berasmilasi seperti tidak bersalah, dengan demikian ekonomi Tionghoa makmur maka perlahan Orang Batak mempunyai motof untuk menguasai sistem politik dan ekonomi.
Kebersalahan orangtua dalam kebiadaban mereka kepada pendidikan di Jawa dikala itu (Marpaung) menjadi perjalanan sosial budaya, dan genetika (turunan), kehilangan rasa aib di Indonesia, dimana dalam hal ini kehidupan dan kematian menjadi planning mereka terhadap kebringasan mereka pada orang Tionghoa di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan Barat.
Menjadi penting bahwa, mereka hidup dalam kesemrawutan akan agama mereka yang tidak pasti itu dalam sehari-harinya, serta lingkungan sosial dan budaya, terhadap aneka macam pendidikan dan kesehatan yang mereka terapkan dan berlindung dibalik itu. Bagaimana mereka bertahan hidup, dengan drama kehidupan yang begitu apik di tonton.
Berbagai hal terkait itu juga, menjadi temuan bagaimana mereka hidup ditengah penduduk , sosial, budaya dan Negara, dimana dalam hal ini menjadi pemajuan peradaban insan para suku di Indonesia menjadi terlihat secara mikro. Jelasnya bagaimana mereka berada pada lingkungan dan perkampungan terhina, tetapi tidak membangunan ekonomi mereka, yang dicari yaitu orang Tionghoa dengan budaya asimilasi, ternyata (mereka bukan orang baik, pada kehidupan agama, dan budaya), 2015-2021.
Akal sehat tiada, sehingga tidak mengenal tata cara dan kelas sosial yang begitu penting di Indonesia, pendidikan aksara tidak baik terhadap aneka macam aktivitas dan pekerjaan mereka selama di Pontianak. Sistem ekonomi politik menjadi bagian dari eksistensi mereka selama ini, bagaimana mereka hidup dengan sistem ekonomi seksualitas pada pelaggaran agama dan kehidupan mereka di penduduk .