close

Sirah Nabawiyah, Dakwah Terang-Terangan

Sirah Nabawiyah kali ini akan membahas wacana dakwah jelas-terangan. Sebelumnya, kita telah membicarakan Dakwah Sembunyi-Sembunyi.

Selama sekitar tiga tahun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah dengan-cara sembunyi-sembunyi. Di antara hasilnya, Rasulullah mendapatkan 40 hingga 50 orang assabiqunal awwalun. Merekalah teman nabi yg paling awal masuk Islam. Mayoritasnya ialah para perjaka.

Memulai Dakwah Terang-Terangan

Allah menurunkan perintah untuk berdakwah dengan-cara jelas-terangan, dimulai dgn firman-Nya:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan pada keluargamu yg terdekat.” (QS. Asy Syu’ara: 214)

Setelah mendapatkan perintah tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil keluarga terdekatnya, Bani Hasyim. Rasulullah menjamu mereka. Tatkala Rasulullah ingin berbicara di forum yg dihadiri 45 orang laki-laki itu, tiba-tiba Abu Lahab memotongnya.

Rasulullah tak frustasi meskipun pertemuan pertama gagal. Beliau pun memanggil mereka lagi. Kali ini, beliau mendapat sumbangan dr Abu Thalib, walaupun Abu Lahab masih sama menampakkan permusuhannya.

Setelah mendapat pemberian dr Abu Thalib, Rasulullah mulai memperluas usul dakwahnya. Beliau naik ne bukit Shafa & memanggil orang-orang Quraisy dengan-cara terbuka.

“Wahai Bani Fihr, Wahai Bani Adi!” Rasulullah menyeru suku-suku Quraisy hingga mereka berdatangan. “Bagaimana menurut usulan kalian bila kuberitahukan bahwa di balik bukit ini ada segerombolan pasukan berkuda yg akan menyerang kalian? Apakah kalian mempercayaiku?”

“Ya, kami tak pernah tahu dr dirimu selain kejujuran,” jawab mereka.

Demikianlah kecerdasan Rasulullah. Beliau mengawali dgn menguji tingkat keyakinan mereka atas integritas dia. Selama ini tak ada satu pun cacat yg mereka dapati. Bahkan mereka menawarkan julukan al amin pada beliau karena tak pernah berdusta, senantiasa jujur & paling dipercaya.

Dan hendaklah ini yg perlu dijaga oleh para dai. Senantiasa jujur & menjauhi dusta. Sebab integritas yaitu modal utama. Jika integritasnya cacat, bagaimana orang-orang akan percaya kepadanya. Jika integritasnya rusak, mereka akan gampang membalik perkataan dai & menyerangnya.

“Sesungguhnya gue yaitu pemberi peringatan pada kalian terhadap azab yg amat pedih,” lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Mendengar usul Rasulullah, Abu Lahab menimpali. “Celaka kau-sekalian Muhammad. Apakah cuma untuk ini kau-sekalian menghimpun kami?”

Maka Allah menurunkan Surat Al Lahab yg menegaskan kecelakaan baginya.

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ . مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ . سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ . وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ . فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ

Binasalah kedua tangan Abu lahab & bahu-membahu ia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda & apa yg ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dlm api yg bergejolak. Dan (begitu juga) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dr sabut. (QS. Al Lahab: 1-5)

Dakwah Menggema ke Seluruh Makkah

Seruan dakwah Rasulullah mulai menggema ke seluruh Makkah. Beliau berdakwah dengan-cara terbuka, menyeru dgn jelas-terangan.

Lalu turunlah ayat yg menyuruh Rasulullah berpaling dr orang-orang musyrik.

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

“Maka sampaikanlah olehmu dengan-cara jelas-terangan segala apa yg ditugaskan (kepadamu) & berpalinglah dr orang-orang yg musyrik” (QS. Al Hijr: 94)

Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah bangun menyerang banyak sekali khurafat & kebohongan syirik. Juga menyebutkan kedudukan berhala & hakikatnya yg sama sekali tak bernilai, tak bisa menawarkan faedah & madharat.

Makkah pun mulai memanas. Mereka yg tadinya menganggap kemudian dakwah Muhammad dikala fase sembunyi-sembunyi, mulai pasang badan sesudah Rasulullah mengumpulkan aneka macam suku di bukit shafa, & kini mereka mulai memusuhi dgn permusuhan yg sengit.

Orang-orang kafir Quraisy marah ketika mengetahui dakwah Rasulullah yaitu menafikan seluruh penyembahan pada selain Allah. Mereka menyadari hadirnya revolusi yg tak mampu dikompromikan dgn penyembahan berhala. Mereka pula khawatir kehilangan kekuasaan seiring makin banyaknya orang yg masuk Islam.

Yang membuat mereka gundah, Rasulullah tak ada celanya. Mereka sendiri yg menawarkan gelar al amin sebab dia yakni orang terpercaya yg tak pernah berdusta. Mereka pula tahu silsilahnya yg berasal dr keturunan mulia. Mereka tahu integritas & keagungan akhlaknya.

Dalam kebingungan seperti itu, mereka tidak memiliki cara menghentikan Rasulullah dikala itu kecuali dgn mengunjungi Abu Thalib terlebih dahulu.

Tokoh Quraisy Mendatangi Abu Thalib

Sejumlah pemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib. Mereka tahu tokoh kuat itu memperlihatkan perlindungan pada keponakannya. Dan tak mungkin bagi mereka mencelakai orang yg dilindungi oleh tokoh yg mereka hormati.

“Wahai Abu Thalib, sebetulnya anak saudaramu telah mencaci maki sesembahan kami. Ia mencela agama kami, membodohkan keinginan-keinginan kami & menyesatkan nenek moyang kami. Cegahlah ia semoga tak mengusik kami atau biarkan kami menanganinya sendiri,” kata mereka seraya berharap Abu Thalib mau menghentikan Rasulullah atau mencabut perlindungannya.

Namun Abu Thalib menolak mereka dgn halus. Para pemuka Quraisy itu pun pulang dgn tangan hampa. Rasulullah tetap melanjutkan dakwah.

Menghadang Dakwah Rasulullah di Musim Haji

Kegelisahan orang-orang kafir Quraisy kian menjadi. Setelah Abu Thalib menegaskan perlindungannya pada Rasulullah, datanglah musim haji. Orang-orang dr seluruh penjuru Arab akan tiba di Makkah. Orang Quraisy takut jika mereka menjadi pengikut Rasulullah.

Digelarlah rapat di rumah Walid bin Mughirah untuk menyatukan bunyi. Agar mereka seragam menunjukkan stigma status Rasulullah guna menghadang dakwah beliau.

Berbagai tawaran dikemukakan. Ada yg mengusulkan menyebut Rasulullah selaku dukun. Ada yg menganjurkan sebutan orang aneh. Ada yg menganjurkan sebutan penyair. Ada yg menganjurkan istilah penyihir.

Awalnya semua anjuran itu ditolak oleh Walid. Namun alasannya tak menemukan kata yg tepat, karenanya ia menyepakati menyebut Rasulullah membawa sihir. Dengannya terpisah anak & orangtua, dengannya terpisah suami & istri.

إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ . فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ . ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ . ثُمَّ نَظَرَ . ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ . ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ . فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ . إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ

Sesungguhnya ia sudah memikirkan & menetapkan (apa yg ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana ia memutuskan?, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah ia menetapkan?, kemudian ia menimbang-nimbang, setelah itu ia bermasam tampang & merengut, kemudian ia berpaling (dari kebenaran) & menyombongkan diri, lalu ia berkata: “(Al Quran) ini tak lain hanyalah sihir yg dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tak lain hanyalah perkataan insan”.  (QS. Al Muddatsir: 18-25)

Mereka pun memperingatkan para jamaah haji dgn stigma yg sama. Mereka mengatakan, fatwa yg dibawa Muhammad ialah sihir. Banyak orang yg alasannya adalah kata-kata Quraisy itu menjadi takut pada Rasulullah. Namun ada pula orang-orang yg justru penasaran & kemudian mencari tahu apa yg sesungguhnya terjadi.

Di antaranya yakni Thufail bin Amr Ad Dausi. Dialah tokoh terkemuka Bani Daus. Sosok penyair cerdas, arif & bijaksana. Tatkala tokoh-tokoh Quraisy mendekatinya & menakut-nakuti bahwa Rasulullah menjinjing sihir, ia sempat khawatir.

“Thufail, ada orang yg mengaku Nabi. Ia telah merusak & mencerai beraikan kami. Jangan hingga peristiwa itu menimpa kepemimpinanmu. Kami menyarankan, jangan bicara dengannya & jangan mendengar apa pun darinya. Kata-katanya berbisa laksana sihir yg memisahkan anak dr ayahnya & suami dr istrinya,” kata mereka.

Thufail sempat menutup telinganya dgn kapas biar tak mendengar apa yg dikatakan Rasulullah. Namun takdir berkata lain. Di bersahabat Ka’bah, usang-lamat ia mendengar apa yg dibilang Rasulullah.

“Thufail, kau-sekalian orang yg cerdas. Penyair mahir. Bagaimana mungkin kamu-sekalian takut dgn kata-kata. Coba dengarkan saja. Jika kata-katanya baik, kamu-sekalian mampu mendapatkannya. Jika kata-katanya tak baik, kau-sekalian mampu meninggalkannya,” demikian suara hati Thufail. Ia pun membuang kapas yg menutupi telinganya.

Rupanya apa yg dikatakan Rasulullah sangat mempesona. Diksinya sangat indah, balaghah-nya sungguh tinggi, maknanya sungguh dalam. Hanya mengajarkan kebenaran & kebaikan. “Ini bukanlah syair, apalagi sihir,” kata Thufail.

Thufail pun mendekati Rasulullah, menceritakan apa yg diperingatkan para tokoh Quraisy. Rasulullah mengajarkan kepadanya Surat Al Ikhlas & Al Falaq. Lalu Thufail pun masuk Islam. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

 < Sebelumnya Berikutnya >
 Dakwah Sembunyi-Sembunyi Quraisy Menghadang Dakwah
Selengkapnya (urut per bab)
Sirah Nabawiyah

  Ingin Beruntung? Lakukan Amal Ini Saat Bisnis dan Dagang