Lanjutan dr Siapa yg Paling Berhak Mendapatkan Perhatian Istri?
Sejauh apa pun perbedaan & setajam apa pun kontradiksi, maka yg benar adalah apa yg diwajibkan oleh Allah, yakni patuh pada suami & mencurahkan perhatian kepadanya, bukan pada karir.
Sungguh banyak ancaman besar & efek negatif dr paham sekularisme yg memengaruhi persepsi seorang istri.
Kaum sekularis menghembuskan ajaran di tengah penduduk bahwa keperluan istri pada suami hanyalah sebatas keperluan yg bersifat materi, tak menyangkut keperluan ketenteraman hati, kedamaian jiwa, kasih sayang, & kawasan tinggal.
Pemikiran seperti ini lalu menjalar merasuki tiap keluarga & meracuni logika banyak golongan.
Apa yg mereka hembuskan itu cocok dgn para wanita kafir yg hidup Barat, yaitu wanita yg dapat dgn bebas bergonta-ganti pasangan, mengingat masyarakat Barat terkonstruksi untuk menjauhkan seorang istri dr rumah, keluarga & persepsi aktual ihwal keluarga, anak serta suami.
Pembicaraan ini menggiring kita untuk membincangkan ragam perhatian pada suami, mirip:
Mengambilkan tusuk gigi sesudah makan, memilihkan parfum yg anggun, & menyiapkan pakaiannya setelah mandi, tatkala hendak pergi atau tatkala keluar rumah, menyiapkan pembicaraan yg diminati suami, & mampu menawan perhatiaannya sehingga sang suami betah berlama-lama di sisinya.
Hal lain yg dapat dilaksanakan seorang istri ialah:
Melepas kepergian suami menuju kantor, mencium tangannya, menyambutnya tatkala pulang ke tempat tinggal, menyiapkan minuman hangat untuk melepas hausnya, menanyakan keadaannya, membawakan tasnya, serta menyiapkan suguhan kesuakaannya.
Hal ini akan membuat suami merasa dihargai & dihormati, sehingga rasa cinta & sayang kian terpatri di dlm hatinya.
Alangkah lebih baik kalau seorang istri mencatat tema-tema obrolan dlm sebuah memori tatkala sang suami tak ada, agar ia mampu mengingatnya.
Sang istri pula mempersiapkan daerah tidur & daerah istirahatnya, mengamati kesehatan & acara makannya, apalagi tatkala sang suami sedang sakit.
Semua ini yakni hal-hal yg dapat membahagiakan suami.
Semoga para istri yg beriman pada Allah tak mengabaikan hak suaminya. Demikian dikutip dr buku Kado Pernikahan karya Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud.
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]