Surat Al Baqarah ayat 62 & surat Al Ma’idah ayat 69 sering dijadikan dalil pluralisme oleh kaum pluralis; bahwa Allah tak menatap agama seseorang. Apakah seseorang itu muslim, yahudi, nasrani atau tak beragama –berdasarkan kaum pluralis- mereka bisa masuk nirwana. Benarkah demikian tafsirnya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Daftar Isi
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen & orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yg sungguh-sungguh beriman pada Allah & hari Kemudian serta bersedekah shalih, maka untuk mereka yaitu ganjaran dr segi Tuhan mereka, tak ada ketakutan atas mereka & tak pula mereka bersedih hati” (QS. Al Baqarah: 62)
Asbabun nuzul ayat ini, berdasarkan Ibnu Katsir, Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu pernah memuji sahabat-temannya di masa kemudian yg beragama Yahudi & Kristen: “mereka shalat, puasa & beriman kepadamu bahwa sebuah ketika kamu-sekalian akan diutus.” Setelah Salman akhir bercerita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Jawaban itu sangat berat bagi Salman. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Surat Al Baqarah ayat 62 ini.
Ketika menjelaskan ayat ini dlm tafsir Al Qur’anil Adhim, Ibnu Katsir rahimahullah menyampaikan bahwa yg dimaksud dgn haaduu, nashaaraa & shabi’in dlm ayat ini ialah kaum terdahulu, sebelum Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus.
“Allah mengingatkan melalui ayat ini, bahwa barangsiapa yg berbuat baik dr golongan umat-umat terdahulu & taat, bagi mereka pahala yg baik,” tulis ia.
Yang dimaksud dgn Haaduu (orang-orang Yahudi) dlm ayat ini adalah pengikut Nabi Musa ‘alaihi salam. Nashaaraa (orang-orang Katolik) yakni pengikut Nabi Isa ‘alaihi salam. Sedangkan Shaabi’in yaitu orang-orang yg belum hingga pada mereka dakwah seorang Nabi pun.
Bagaimana bentuk keimanan orang-orang Yahudi & Nasrani yg dimaksud dgn “man aamana” dlm ayat ini?
Ibnu Katsir menerangkan: “Iman orang-orang Yahudi itu merupakan barangsiapa yg berpegang pada kitab Taurat & sunnah Nabi Musa ‘alaihi salam, maka imannya diterima hingga Nabi Isa ‘alaihi salam tiba. Apabila Nabi Isa telah datang, sedangkan orang yg tadinya berpegang pada Taurat & sunnah Nabi Musa tak meninggalkannya & tak ingin mengikuti syariat Nabi Isa, maka ia tergolong orang yg binasa.”
“Iman orang-orang Nasrani itu ialah barangsiapa yg berpegang pada kitab Bibel & syarita Nabi Isa ‘alaihi salam, maka imannya diterima hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam datang. Apabila Nabi Muhammad telah tiba, sedangkan orang yg tadinya berpegang pada Alkitab & sunnah Nabi Isa tak meninggalkannya & tak ingin mengikuti syariat Nabi Muhammad, maka ia termasuk orang yg binasa.”
Sayyid Qutb dlm Tafsir Fi Zilalil Qur’an pula memastikan bahwa yg dimaksud dgn orang-orang yahudi, nasrani & shabi’in dlm ayat ini yakni sebelum diutusnya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Yang ditetapkan di sini ialah hakikat kepercayaan,” kata Sayyid Qutb, “bukan fanatisme golongan atau bangsa. Dan, hal ini pastinya sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Ayat 62 dr surat Al Baqarah ini redaksinya mirip dgn firmanNya dlm surat Al Maidah ayat 69:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi’in & orang-orang Nasrani, semua orang di antara mereka yg betul-betul beriman pada Allah & hari Kemudian serta beramal shalih, maka untuk mereka ialah ganjaran dr sisi Tuhan mereka, tak ada cemas atas mereka & tak pula mereka bersedih hati” (QS. Al Maidah: 69)
Makna kedua ayat ini pun tak berbeda. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]