Ketika mendeklarasikan dua kalimat syahadat & sah keislaman kita, atau kita berislam dr orang renta, sejatinya kita sudah layak menerima predikat kaya. Kaum Muslimin bukan lagi harus kaya atau tak boleh kaya. Jika Muslim, ia sudah niscaya kaya.
Siapa yg tak mengenal Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib. Pemuda pintar ini banyak diriwayatkan selaku pria miskin. Memang demikian, namun itu di awal ijab kabul. Dan kemiskinan itu dijalani dgn sabar hingga Allah Ta’ala karuniakan kekayaan, kemudian menantu sekaligus sepupu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu menjalaninya dgn syukur tak terukur.
Khalifah keempat kaum Muslimin ini, sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnul Jauzi Rahimahullahu Ta’ala dlm Shaidul Khatir pernah menunjukkan sedekah sebanyak 40.000 dinar. Sedangkan sobat mulia ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu meninggalkan warisan sebesar 90.000 dinar.
Sedikit di bawah dia, kita pula memiliki sosok Imam penduduk Mesir yg ahli fiqih, hadits, & sungguh senang memberi. Ialah Imam Abul Harits Laits bin Sa’ad yg wafat di tahun 175 Hijriyah mempunyai penghasilan sebanyak 20.000 dinar setiap tahunnya.
Satu angkatan dgn ia, di Makkah al-Mukarramah, kita pula mempunyai laki-laki shalih yg sangat masyhur adab mulianya. Abu ‘Abdullah Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri atau diketahui dgn Imam Sufyan ats-Tsauri, sebagaimana disebutkan dlm kitab yg sama pula berprofesi sebagai pedagang.
Sedangkan Imam Abu Sa’id ‘Abdurrahman bin Mahdi al-Lu’lu’i atau masyhur dgn sebutan Imam Ibnu Mahdi memiliki penghsailan sekitar 2.000 dinar pertahun.
Jika dihitung dgn kurs dikala ini, satu dinar nilainya sekitar 2 juta rupiah. Silakan hitung jumlah penghasilan, nilai sedekah, & jumlah harta yg diwariskan oleh para sahabat & imam-imam kaum Muslimin generasi terdahulu.
Anda akan mendapati jumlah yg sungguh mengagumkan, & angka itulah yg semestinya kita jadikan motivasi dlm melakukan pekerjaan dgn selalu meluruskan niat mematuhi perintah Allah Ta’ala & sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bukankah kalau harta berada di tangan orang shalih akan digunakan di jalan kebaikan pula? Bukankah bila dikuasai oleh pelaku maksiat, harta pun akan disalurkan dlm banyak sekali jenis tindakan tidak berguna, dosa, keburukan, & maksiat?
Bersemangatlah dlm melakukan pekerjaan dengan-cara profesional. Sudahi perdebatan. Luruskan niat. Jangan hingga aqidah tergadai dgn permasalahan remeh soal duit & variannya.
Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]