Sejarah Permen Karet




 terpaksa melarikan diri ke Staten Islanddi New York Sejarah Permen Karet


Sejarah Permen Karet Penulis : Brigitta Ajeng 

Sudah beribu-ribu tahun penduduk pantai Laut Tengah di Eropa suka mengunyah-ngunyah getah pohon mastic. Konon untuk menyegarkan napas dan membersihkan gigi.

Ternyata orang Indian antik di Jazirah Yucatan di benua Amerika pun memiliki kebiasaan yang sama. Cuma, getah yang mereka kunyah berasal dari pohon sawo. Orang-orang Eropa yang pindah ke Amerika beberapa ratus tahun yang kemudian ikut-ikutan mengunyah getah yang harum dan dingin-masbodoh pedas itu.

Kebiasaan mengunyah-ngunyah juga dikerjakan orang Eskimo dekat Kutub Utara. Apa yang mereka kunyah? Lemak ikan!

Getah kenyal yang dikunyah mereka tidak seenak permen karet kita. Begitu pula lemak ikan. Bagaimana ceritanya hingga insan mampu membuat permen karet mirip kini?

Pertengahan kurun ke-19, diktator Meksiko, Jenderal Antonio Lopez de Santa Anna, terpaksa melarikan diri ke Staten Islanddi New York. Ia berbekal banyak sekali chicle, yaitu getah pohon sawo, untuk dikunyah-kunyah di periode stres. Konon mengunyah-ngunyah bisa menetralisir ketegangan. Beberapa bulan kemudian, dia bisa kembali ke Meksiko. Chicle-nya ditinggalkan di laci mejanya.

Kenalannya, Thomas Adams, kebetulan seorang penemu. Adams mengotak-atik getah pohon yang kenyal ini. Siapa tahu bahan ini bisa dipakai mengambil alih karet yang disadap dari pohon karet? Ternyata, tidak mampu. Ya, telah! Tapi, siapa tahu bisa dipakai menempelkan gigi imitasi, pikirnya.

Ternyata, itu pun tidak bisa. Akhirnya benda itu direbus dan digilas dengan gilingan kue sampai tipis. Hasilnya permen karet yang lebih baik ketimbang yang umum dikunyah oleh Diktator Santa Anna.

Permen karet itu diberi gula dan wewangian. Ketika dijual di sebuah toko permen diNew Jersey, ternyata laris. Jadi,Adamsmeminta hak paten untuk mesin pembuat permen karetnya. Melihat suksesAdams, banyak orang ikut-ikutan membuat permen karet. Rasa dan warnanya beragam.

  Perhatikan keterangan-keterangan berikut! Berkembang pada abad ke-13. Terletak ±15 km di sebelah timur Lhokseumawe

Pengusaha permen karet yang paling populer yakni William Wringley, Jr. Padahal, tadinya dia anak yang malas bersekolah dan senantiasa menciptakan ulah. Sampai-hingga pada umur 12 tahun (1873), Wringley dikeluarkan dari sekolah. Namun, dia bukan anak yang malas melakukan pekerjaan . Ia membujuk ayahnya supaya diperbolehkan memberikan sabun bikinan pabrik keluarga mereka.

Ternyata, beliau salesman yang bersungguh-sungguh dan giat. Ia menawarkan juga barang-barang lain, di antaranya baking powder, adalah bahan untuk membuat kue. Orang yang akan membeli sekaleng baking powder diberinya hadiah dua permen karet.

Permen karet ternyata banyak peminatnya sehingga Wringley khusus berdagang permen karet. Walaupun dilanda pelbagai kesusahan, di antaranya krisis ekonomi dunia beliau tidak mau menyerah. Usahanya maju sampai kini.

Ada dua orang lain yang berperan besar dalam sejarah permen karet. Henry Fleer tahun 1910 sukses memberi “baju” pada permen karet. Lapisan luar itu putih, manis dan renyah. Ia menamai permen karet berbaju itu “Chiclets”.

Saudaranya, Frank, setelah lama bekerja keras sukses menciptakan permen karet yang mampu ditiup sampai melembung besar seperti baton. Permen karetnya itu dinamai bubble gum (karet gelembung).

Akhir masa ke-19, penggemar permen karet kebanyakan perempuan. Namun tahun 1914, laki-laki maupun perempuan, belum dewasa maupun akil balig cukup akal, menyukai permen karet.

Karena mengunyah permen karet dianggap berguna menenangkan, serdadu Amerika Serikat pada Perang Dunia II dibekali permen karet. Setiap serdadu rata-rata menghabiskan 3.000 potong permen karet setahun. Sebenamya, tidak mereka makan sendiri, namun dibagikan juga terhadap anak-anak dan orang lazimyang mereka temui.

Amerika Serikat bahkan menjatuhkan permen karet dari pesawat terbang di Filipina saat negara itu diduduki Jepang. Pada bungkus permen karet itu tertulis komitmen Jenderal Douglas MacArthur, “I shall return” (aku akan kembali). MacArthur memang berjanji akan tiba kembali untuk mengusir Jepang.

  Perjanjian Linggarjati

Penduduk Kepulauan Pasifik hingga sekarang masih tergila-gila pada permen karet dan bubble gum yang diperkenalkan lebih dari ½ periode kemudian. Sejak Perang Dunia II, permen karet tidak lagi dibuat dari getah pohon sawo, tetapi dari materi sintetis.

Di Amerika Serikat sendiri mulanya mengunyah permen karet di muka umum dianggap kebiasaan yang menjijikkan, “seperti ternak sedang memamah biak”. Kemudian zaman berganti. Bukan curaa serdadu dibekali permen karet, namun bintang-bintang olahraga seperti Michael Jordan pun erat sekali dengan permen kenyal yang dikunyah-kunyah itu. Sekarang, permen karet boleh dikunyah di mana-mana, kecuali ketika beribadat, di dalam kelas, dan pada potensi resmi. (sumber)