Sejarah Kemajuan Islam Di Mauritania

Wilayah negara Mauritania terletak di sebelah barat Afrika. Dahulu negeri ini bernama Syinqith. Ibu kota Mauritania yakni Nouachot. Luas wilayahnya meraih 1.030.700 km2 dengan orangnya beragama Islam, mereka mengatakan dengan bahasa Arab. Sekitar 75 % penduduk negeri ini berasal dari orang-orang asing dan sisanya berasal dari petani lokal. 

Mauritania menyandarkan perekonomiannya pada pertanian dan ternak, serta memproduksi barang tambang seperti besi. Sejarah masuknya Islam ke Mauritania terdapat beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke negeri ini dibawa oleh Panglima Uqbah binNafi sesudah sukses menaklukkan Maroko dan memasuki Sahara, serta negerinegeri Tikrur dan Ghana. 
Uqbah bin Nafi dan tentara Islam hingga di perbatasan Mauritania pada tahun 60 H/679 M untuk membuatkan agama Islam di sana. Kemudian usaha penyebaran Islam dilanjutkan oleh Musa bin Nusair pada tahun 89 H/708 M. 
Sebelum Islam tiba, Mauritania sudah memiliki peradaban-peradaban yang dipengaruhi oleh Barat Laut Afrika. Karena itu, kehidupan mereka dipengaruhi oleh peradaban Lembah Nil dan peradaban Barcah. 
Dalam sejarahnya kemudian negeri ini diperintah oleh orang-orang Venecia, Romawi, dan Windal berikut orang-orang Byzantium. Islam meningkat di Mauritania mampu ditelusuri dari pemerintahan yang bercorak kerajaan Islam. 
Nama Mauritania sendiri memiliki arti “negeri kaum muslimin” sebagaimana disebutkan oleh Bangsa Eropa dan Spanyol. Negeri ini secara berturut-turut dikuasai pemerintahan al-Murabitun, al-Muwahhidun, dan Bani Hasyimiyah yang mendirikan emirat-emirat Tararazah dan Baraqinah sepanjang masa ke-15 H/17 Masehi. 
Lalu, Perancis menguasai daerah ini pada tahun 1714 Masehi dan secara resmi menjajah pada tahun 1338 H/1920 M. Perancis menjajah Mauritania hingga tahun 1378 H/1958, pada tahun itulah Mauritania secara resmi memproklamasikan kemerdekaaannya. 
Presiden pertamanya yaitu Mukhtar Ould Daddah. Selanjutnya terjadi sengketa wilayah Gurun Sahara Barat antara Maroko, Mauritania, dan Aljazair, sehabis kawasan itu merdeka dari Spanyol. Pada periode kepemimpinannya, terjadi perebutan kekuasaan oleh militer, yaitu pada tahun 1978 M dengan membentuk Comite Militaire de Salut National (CMRN) suatu Komite Militer untuk Pembebasan Nasional di Mauritania. 
Sejak tahun 1980 sampai 1984 M, Kolonel Khaunah bin Haidalah berkuasa selaku presiden mengambil alih Mukhtar. Namun, ia juga dikudeta oleh militer di bawah pimpinan Kolonel Muawidin Sayyidi Ahmad Tayyi, sebagai presiden negeri ini pada tahun 1404 H/1984 M. Dia terpilih kembali pada tahun 1413 H/1992 M selaku presiden di Mauritania.

  Perkembangan Peradaban Islam Masa Dinasti Safawi

Demikian pembahasan bahan perihal sejarah pertumbuhan Islam di Mauritania.