Sejarah Kemajuan Islam Di Korea

Korea Selatan yakni negara yang terletak di Asia Timur, tepatnya meliputi bab selatan Semenanjung Korea. Korea Utara ialah satusatunya negara yang berbatasan eksklusif dengan Korea Selatan, dengan panjang perbatasan 238 km yang ditetapkan dengan DMZ (Garis Demarkasi Militer). Wilayahnya sebagian besar dikelilingi perairan dan mempunyai panjang garis pantai 2.413 km.

Sebelah barat dibatasi oleh Laut Kuning, sebelah selatan dengan Laut Cina Timur, sementara sebelah timur memiliki batas dengan perairan Laut Jepang. Luas wilayah daratan keseluruhan adalah 100.032 km2 dan luas perairan cuma 290 km2. Sebagaian besar penduduk di Korea tidak beragama (atheis), yang jumlahnya mencapai sekitar 45%.

Kemudian, dibarengi dengan pemeluk agama Budha (23%), Nasrani (18%) dan Katolik (10%) secara berturut-turut. Tidak lupa, terdapat satu penduduk minoritas yang menganut agama tauhid yang berupaya untuk tetap eksis di tengah-tengah mayoritas penduduk pada umumnya. Ya, kelompok minoritas tersebut yakni umat Islam.

Islam pertama kali mulai diketahui di Korea sejak tahun 1955 dengan hadirnya prajurit Turki untuk misi perdamaian di bawah PBB. Mereka membangun sebuah daerah sholat sederhana dari tenda dan mengenalkan wacana Islam di Korea. Sejak saat itu, kaum muslimin mulai ada dan jumlahnya terus meningkat.

Meski demikian, sangat berlawanan dengan di Indonesia, jumlah penduduk asli Korea yang beragama Islam hingga ketika ini tidak lebih 0,1% dari sekitar 50 juta jiwa total populasi penduduk. Di samping jumlah tersebut, terdapat sekitar 200.000 muslim pendatang dari berbagai negara di dunia, baik untuk melakukan pekerjaan , berguru, ataupun menetap di Korea.

Masyarakat orisinil Korea yang Muslim, kebanyakan yaitu keturunan dari para mualaf yang masuk Islam dikala berjalan Perang Korea. Masjid pertama yang dibangun di Korea yaitu Seoul Central Masjid and Islamic Center yang berada di kota Itaewon. Masjid ini akhir dibangun dan dibuka untuk publik pada tahun 1974.

  Gerakan Pembaruan Islam Di Indonesia

Masjid ini dibangun untuk aktivitas Shalat, Ruang Kantor, ruang kelas (sekolah) danaula konferensi. Selain itu juga digunakan untuk aktifitas dakwah dan pendidikan. Di Busan juga dibangun Masjid di atas lahan sekitar 3.500 m2. Masjid yang berada sekitar 400 m dari pintu keluar stasiun kereta bawah tanah di daerah Dusil itu dibangun dengan bantuan dana dari usahawan Libya bernama Ali B Fellagh pada tahun 1980.

Segala acara ibadah dan acara dakwah dikoordinasi oleh Korean Muslim Federation (KMF) yang diresmikan tahun 1967. Mengingat sebagian besar jumlah kaum muslimin yang di Korea yakni pendatang, maka seluruh kegiatan ibadah di masjid mencakup sholat jumat, lebaran dan yang lainnya, disampaikan dalam 3 bahasa, adalah arab, inggris dan korea.

Sampai sekarang ada sekitar 21 masjid/Islamic center yang tersebar di beberapa sentra kota di Korea, yang seluruhnya dibawah kerjasama oleh KMF. Selain masjid dan Islamic center, beberapa universitas/perusahaan menyediakan ruangan untuk tempat sholat bagi mahasiswa maupun karyawannya.

Adapun di sebagian besar tempat, tidak pernah ditemui daerah sholat khusus, sehingga pada umumnya kaum muslimin melaksanakan sholat saat tiba waktunya di mana saja, asalkan suci. Data dari Korea Muslim Federation (KMF) menyebutkan, jumlah Muslim di Korea Selatan kini ini meraih 120.000-130.000 orang, terdiri dari Muslim Korea asli dan para warga negara asing.

Jumlah orang Korea asli yang Muslim sekitar 45.000 orang, selebihnya didominasi pekerja migran asal Pakistan dan Bangladesh. Sekolah Islam pertama di Korea Selatan telah diresmikan. Sekolah itu didanai melalui dana hibah dari pemerintah Arab Saudi.

Tahun 2008 lalu, Duta Besar Saudi di Seoul telah menyerahkan dana sebesar 500.000 dollar pada KMF untuk biaya pembangunan sekolah. Sebagai penghargaan atas derma Saudi, sekolah tersebut rencananya akan memakai nama putera mahkota Saudi Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz.

Demikian pembahasan materi perihal sejarah perkembangan Islam di Korea.