Sebelum memasuki bahasan tentang sejarah perkembangan Islam di Afrika, alangkah baiknya kita identifikasi dahulu ihwal letak geografis kawasan Afrika. Selama ini kita kenal Afrika sebab masih banyaknya binatang-hewan liar yang berada disana dan menjadi kawasan banyak sekali pengambilan gambar dan buatan kegiatan ilmiah dari beragam organisasi dunia wacana kekayaan hayati di Afrika.
Daerah Afrika adalah yang paling besar dari ketiga benua di penggalan selatan Bumi dan yang terbesar kedua setelah Asia dari semua benua. Luasnya kurang lebih 30.244.050 km2 (11.677.240 mil2) termasuk kepulauan disekitarnya, meliputi 20.3% dari total daratan di bumi dan didiami lebih dari 800 juta manusia, atau sekitar sepertujuh populasi insan di bumi.
Dipisahkan dari Eropa oleh Laut Tengah, Afrika menyatu dengan Asia di ujung timur lautnya lewat Terusan Suez yang memiliki lebar 130 km. Semenanjung Sinai yang dimiliki oleh Mesir sering dianggap secara geopolitis sebagai bab dari Afrika.
Dari ujung paling utara, Cape Spartel di Maroko, di 37°21′ lintang Utara, ke ujung paling selatan, Cape Agulhas di Afrika Selatan, 34°51′15″ lintang Selatan, terhampar jarak sekitar 8000 km, dari ujung paling barat, Cape Verde, 17°33′22″ bujur Barat, sampai ujung paling timur, Ras Hafun di Somalia, 51°27′52″ bujur Timur, jaraknya sekitar 7.400 km.
Panjang garis pantainya 26.000 km (selaku perbandingan, Eropa, yang mempunyai luas 9.700.000 km2 mempunyai garis pantai 32.000 km.
Pada tahun ke-5 dari kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan beberapa orang sahabatnya (berjumlah 15 orang: 11 pria dan 4 wanita) untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Hijrah ini dipimpin oleh Usman bin Maz’un yang bermaksud untuk menyingkir dari penyiksaan-penyiksaan dan menyelamatkan diri dari kaum kafir Quraisy serta mendakwahkan agama Islam.
Selain itu, pada sekitar tahun ke-6 Hijrah, Nabi SAW menyuruh sahabatnya Hatib bin Abi Balta’ah untuk memberikan surat dakwah (usul permintaan untuk masuk Islam) terhadap Muqauqis (penguasa Mesir, Gubernur Romawi Timur).
Islam akibatnya mulai menyebar ke negara-negara Afrika Utara serta terjadi proses Islamisasi. Hal ini terjadi sekitar kurun 7-8 Masehi. Adapun di Afrika Timur, faktor Islamisasi terlihat jelas dengan kedatangan dan ekspansi Islam ke Afrika Selatan, antara lain dilaksanakan oleh para budak Melayu yang dibawa oleh orang-orang Eropa ke daerah itu.
Setelah dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari Cape Town, pada tahun 1793, Imam Abdullah menciptakan petisi pertamanya untuk pembangunan masjid. Saat itu, petisi tersebut sempat menerima penolakan meski akhirnya menerima izin dari pemerintah hindia belanda untuk mendirikan masjid.
Ia pun menulis sebuah buku tentang yurisprudensi Islam pada 1781 dalam bahasa Melayu dan Arab. Judul buku itu yakni Ma’rifa alIslam wa alIman. Buku ini memberi efek sosial dan keagamaan yang besar di kalangan komunitas Muslim di Cape Town.
Pada 1793, Imam Abdullah membangun sekolah Muslim pertama. Lokasinya di Dorp Street, Bokaap, yang risikonya menjadi bagian dari Masjid Auwal, masjid pertama di Cape Town. Pada 1825, sekolah ini memiliki 491 siswa, sebagian besar dari kelompok budak negro. Di kemudian hari, sekolah inilah yang melahirkan orang-orang Afrika Arab yang mengetahui bahasa Arab.
Setelah Imam Abdullah wafat, kepemimpinan sekolah ini dilanjutkan oleh Imam Achmat van Bengalen. Pada kurun awal kedatangannya di Cape Town, Islam yaitu agama yang diawasi secara ketat oleh penguasa.
Pemerintah Hindia Belanda secara tegas melarang aktivitas Islam di kawasan umum, meski ibadah langsung diperbolehkan. Tak ada komunitas Muslim yang diizinkan untuk melakukan perkumpulan. Mengingat keadaan itu, ulama seperti Imam Abdullah, Syaikh Yusuf, dan juga lainnya memakai rumah mereka sebagai kawasan untuk berguru Islam.
Mereka berupaya keras menjaga keberadaan Islam di Cape Town. Beruntung, pembatasan ini kian usang semakin surut. Pada 1770, di rumah seorang budak yang dibebaskan berjulukan Mohammodan, secara rutin diselenggarakan konferensi.
Dalam konferensi itu, mereka yang datang membaca, shalat, dan mempelajari ayat-ayat al-Alquran. Pada 25 Juli 1804, Islam secara resmi tak lagi menjadi agama yang dilarang. Warga setempat pun bebas menentukan agama yang diyakininya. Sementara, para ulama bisa berdakwah secara leluasa.
Penyebaran Islam di Benua Afrika tidak terlepas dari kompetisi antara Islam dan Nasrani, serta antara Islam dan westernisasi sekuler. Walaupun begitu, Islam di benua Afrika tetap berkembang ke arah yang lebih maju, baik kuantitas maupun kualitas.
Di Benua Afrika banyak negara yang penduduknya secara umum dikuasai Islam, mirip: Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania, Mali, Nigeria, Senegal, Gambia, Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan negara-negara di Benua Afrika yang minoritas Islam adalah: Zambia, Uganda, Mozambique, Kenya, Kongo, dan Afrika Selatan.
1. Mesir
Umat Islam di negeri ini yaitu lebih banyak didominasi. Dengan jumlah penduduk sebanyak 58,630,000 orang menyebabkan negara ini menjadi negara dengan populasi muslim paling besar ke-7 di dunia. Mesir yakni negara yang besar jasanya bagi perkembangan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.
Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai perguruan tinggi tinggi, dan yang tertua yakni Universitas al-Azhar di Kairo yang diresmikan oleh Jauhar al-Khatib as-Saqili pada tanggal 7 Ramadhan 361 Hijriyah (22 Juni 972 Masehi).
Mesir juga mempunyai bangunan-bangunan dengan nilai seni yang tinggi, mirip Al Qasr Al Garb (Istana Barat), Al Qasr Asy Syarq (Istana Timur), Universitas Al Azhar, tembok yang mengelilingi istana, dan pintu-pintu gerbang yang populer dengan nama Bab An Nasr (pintu kemenangan) serta Bab Al Fath (pintu pembukaan).
Di Mesir juga terdapat masjid-masjid yang megah dan indah, contohnya: Masjid Al Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rasyidah, Masjid Aqmar, Masjid Saleh, dan Masjid Raya di Qairawan yang dibangun kembali pada tahun 862 Masehi. Mesir juga umumdisebut: “Jumhuriyah Misr Al Arabiyah” (Republik Arab Mesir), luas daerahnya sekitar 997,739 km.
2. Al Jazair
Bentuk pemerintahannya ialah republik, adapun ibu kotanya ialah Al Jir, dan bahasa resminya yakni bahasa Arab dan bahasa Perancis. Penduduknya yang beragama Islam berjumlah 99,1 % dari seluruh penduduk. Aljazair diperintah oleh bangsa Romawi sejak tahun 40 SM, oleh Vandala dari tahun 429-534 SM, oleh Bizantium dari tahun 534-690 SM, dan simpulan kurun ke-7 dikuasai umat Islam.
Pada tahun 1830 Masehi, Al Jjazair diduduki oleh Perancis, dan baru pada tanggal 3 Juli 1962 mendapatkan kemerdekaan. Semenjak tahun 1980 al Jazair memasuki kala kebangkitan Islam hal itu di tandai antara lain :
1. Semangat kehidupan beragama yang meningkat.
2. Perencanaan ekonomi yang lebih sistematis, bahkan menimbulkan masyarakatmenganut minoritas mitos industrialisasi selaku satu-satunya kekuatan.
3. Berdasarkan kongres partai tunggal di Al Jazair, adalah The National Liberation Front (Front Pembebasan Nasional)
Pada tanggal 27-31 Januari 1979, maka diadakan kegiatan-acara, antara lain :
Mendirikan “Pusat Latihan Imam” di Meftah, sebelah Utara Al-Jir.
Membangun Universitas Teknik Ultra Modern di Oran; mendirikan sentra jual beli Ultra terbaru di Oran, dan membangun sentra jual beli serta kebudayaan Riyad Al Feth yang bergaya Barat dan kontroversial di al Jir.
Pembangunan masjid-masjid. Di Aljazir juga terdapat Kementerian Agama (Wizarah asSyu’un al Diniyah) yang tugas khususnya berbagi studi Islam dan mengenalkan tradisi Islam serta ideologi Islam. Salah satu kegiatannya ialah menyelenggarakan seminar wacana aliran Islam yang pertama di batna, 1969. Dan ketiga di al Jir 1980 Masehi.
3. Tunisia
Tunisia terletak di Afrika Utara, bentuk pemerintahannya yakni Republik, adapun ibu kotanya adalah Tunis (dulu berjulukan Tarsyisy). Penduduknya dominan beragama Islam yakni sebanyak 99,4 %. Tunisia diperintah oleh penguasa-penguasa Islam.
Pada tahun 1881, Muhammad Sadiq, raja dari kerajaan Husainiyah, mengalah pada Perancis. Sejak ketika itu, Tunisia menjadi jajahan Perancis sampai mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1956 Masehi. Tunisia memiliki peranan besar dalam sejarah kemajuan Islam.
Melalui forum pendidikan Jam’iyah Zaitunah, yang lalu bermetamorfosis Institut Ilmu-Ilmu Islam, kader-kader ulama dididik dan dilatih agar menjadi ulama besar. Lembaga pendidikan tersebut berada dalam pengarahan dan pemerintahan Tunisia.
Demikian bahasan wacana bahan sejarah kemajuan Islam di Afrika.