Sedari mudaku aku di sini, bukan?

Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tidak mau jadi kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan terhadap Allah Subhanahu wata’ala. Tidak pernah aku menyulitkan orang lain. Lalat seekor aku enggan membunuhnya. Tapi sekarang saya dikatakan insan terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutuki-Nya aku jika selama hidupku saya mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, alasannya adalah aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih penyayang kepada umat-Nya yang tawakal. Aku bangkit pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan insan dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu, siang malam, pagi sore. Aku sebut-sebut nama-Nya senantiasa. Aku puji-puji dia. Aku baca kitab-Nya. Alhamdulilah, kataku bila saya menerima karunia-Nya.

                  (Robohnya Surau Kami: A.A.Navis)
Nilai yang terkandung dalam cerpen di atas adalah . . . .
agama

Soal ini menguraikan duduk perkara (nilai) yang berhubungan dengan Tuhan, cara seseorang mengagungkan Tuhannya, sikap seseorang mengabdi pada Tuhannya, dan seseorang yang lebih mementingkan hubungannya dengan Tuhan daripada dengan dirinya sendiri.

  Idul Fitri 2020/2021, Ucapan Selamat Hari Raya Lewat Puisi Lebaran Karya Taufik Ismail & A Mustofa Bisri